Di saat banyak orang bisa begitu mudahnya mengakses buku, baik itu dalam bentuk fisik ataupun di internet, nyatanya, masih ada beberapa daerah di Indonesia yang kesulitan mendapatan kemudahan tersebut. Misalnya saja daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Indonesia.
Gerakan Komunitas Sejumi Anak Batas | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi |
Salah satu daerah yang termasuk dalam 3T itu adalah Pulau Sebatik. Pulau yang masuk Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara ini memang cukup unik. Secara pemerintahan, pulau ini terbagi dua, sebelah utara merupakan wilayah Malaysia, sedangkan sebelah selatan masuk dalam wilayah Indonesia.
Anak-anak yang ada pulau ini mengalami kesulitan untuk bisa dengan mudah mengakses buku. Kondisi itulah yang menggerakkan Suprianto Haseng untuk mendirikan Komunitas Sejumi, atau Sejuta Mimpi Anak Batas.
Dengan komunitas tersebut, Suprianto dan para pemuda lainnya bergerak menyebarkan literasi dari desa ke desa. Komunitas ini membuka lapak pustaka keliling dari desa ke desa yang ada di Pulau Sebatik.
Berawal dari Sulitnya Akses Buku dan Internet
Bisa dibilang, Suprianto merupakan salah satu dari putra daerah Pulau Sebatik yang beruntung bisa berkuliah di Jakarta. Saat kuliah, adik-adik dan pemuda lain di desanya melihat betapa mudahnya Suprianto bisa mengakses buku dan internet.
“Motivasi saya adik-adik saya di perbatasan ini. Mereka bingung di mana mendapatkan buku-buku ini sedang di Sebatik sendiri tidak ada toko buku. Mengharapkan akses internet saja susah,” cerita pria yang lahir di Malaysia dan besar di Pulau Sebatik.
Bahkan Suprianto ingat sewaktu ia berkuliah di Jakarta, setiap hari ia bisa dihubungi oleh adik-adiknya di Sebatik yang meminta dikirimi buku-buku. Di situlah ia dan beberapa pemuda pemudi di Sebatik mulai bergerak.
“Kalau bukan kita siapa lagi gitu kan. Mengharapkan orang lain juga nggak mungkin,” cetus Suprianto.
Suprianto Haseng | Sumber foto: Instagram @suprianto_haseng |
Karena itulah, ia berinisiatif mengajak teman-temannya untuk mengumpulkan buku-buku layak baca yang lalu dikirimkan ke daerah-daerah. Itulah awal cerita berdirinya Komunitas Sejumi, Sejuta Mimpi Anak Batas.
Saat itu di awal tahun 2017, saat ia masih berkuliah di Jakarta, Suprianto mendirikan Komunitas Sejumi dan ingin mewujudkan mimpi adik-adiknya di Pulau Sebatik untuk bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Hingga tahun 2020, Suprianto terus melakukan aksi tersebut dengan setiap bulannya mengirimkan buku-buku ke daerah pedalaman Sebatik, juga daerah-daerah lainnya. Aksinya ini banyak didukung oleh PT Pos Indonesia.
“Pada awalnya sulit menyebarkan seperti itu. Jadi sekitar dua tahun setengah itu kita dibantu PT Pos Indonesia. Karena kita bisa menyebar buku-buku ke wilayah di Indonesia,” ujar Suprianto.
Penyerahan buku ke staf Kantor Perwakilan Nunukan untuk dibawa ke daerah perbatasan di Nunukan | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi |
Buku-buku yang didapat Suprianto selama ini berasal dari para donatur dan juga relawan yang turut membantu. Lantas untuk menampung buku-buku di Sebatik, komunitas ini lalu membuat rumah baca Teras Perbatasan. Di situlah ia dan para relawan fokus melakukan kegiatan bersama anak-anak dan para pemuda di Sebatik yang bergerak untuk menyebarkan buku tersebut.
Rumah Baca Teras Perbatasan di Sebatik | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi |
Membuka Cakrawala Baru Melalui Buku
Uniknya, kegiatan yang dilakukan Komunitas Sejumi tak hanya terpusat pada rumah baca saja. Selain menyebarkan buku-buku ke daerah lain di sekitar Nunukan, komunitas ini juga berkeliling membuka lapak pustaka ke desa-desa yang ada di Sebatik.
Komunitas juga bergerak menyebarkan buku di sekitar Nunukan | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi |
“Rumah baca tidak kami fokuskan seperti kayak pustaka
lainnya gitu kan, di mana anak-anak datang ke rumah baca. Enggak, jadi kita
yang gerak. Adik-adik ini yang bergerak dari desa-desa bawa buku gitu. Jadi
mereka termotivasi,” terang Suprianto.
Seiring berjalannya waktu, kini komunitas ini sudah bisa mendapatkan buku tanpa harus meminta-minta ke mana-mana. Sedangkan Suprianto sendiri kini lebih aktif melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah.
Suprianto dengan Komunitas Sejumi ini pun akhirnya mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2023 di Tingkat Provinsi Kalimantan Utara.
“Arti penghargaan ini kalau makna bagi saya luar biasa sekali. Apalagi buat adik-adik saya sebenarnya, bukan buat saya pribadi. Karena kalau bukan karena mereka, gerakan ini tidak akan terwujud,” aku Suprianto.
Kini ia puas bisa melihat banyak adik-adiknya di Sebatik khususnya dan juga Nunukan bisa tersenyum bahagia dengan kedatangan buku-buku yang ada. Ia berharap ke depannya, bisa lebih banyak lagi teman-teman lain yang ikut bergabung dengan aksi seperti itu.
Antusiasme anak-anak yang bahagia mendapatkan buku | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi |
“Nggak cuma satu daerah, minimal tiap-tiap daerah ada lah seperti itu. Jadi gerakan ini bisa seperti institusi gitu lah. Dan adik-adik juga bisa mewujudkan cita-cita mimpi mereka yang terhambat karena bisa dibilang tidak ada perhatian sama sekali,” pungkas Suprianto.