Di keheningan malam menjelang munculnya bulan sabit tanda datangnya tanggal satu, Ramadan dan Iblis bertemu. Pertemuan itu kental dengan kecanggungan karena mereka sesungguhnya sulit untuk bisa bersahabat.
Rindukah kita pada Ramadan? (Sumber: detik,com)
Mereka berjumpa demi memenuhi perintah Tuhannya. Dua makhluk Allah itu saling membuang muka meski tahu bahwa telah beribu-ribu tahun dan entah akan beberapa kali lagi mereka harus bertemu demi menjalankan apa yang telah menjadi takdir mereka.
Di suatu ruang dunia, akhirnya Ramadan dan Iblis saling berhadapan. Mereka saling mencari rahasia yang tersembunyi di balik keberadaan masing-masing. Selalu tergelitik sebuah pertanyaan, mengapa mereka harus berjumpa, padahal hati hampir tak pernah rela?
Syahdan, mereka mencoba bertegur sapa meski dengan jarak terbentang di antara mereka. Terhias pancaran wajah iblis penuh dengan aroma kebencian. Iblis mencoba membuka percakapan penuh basa-basi diiringi pandangan sinis akibat iri dan dengki yang senantiasa lekat dan menjadi ciri khasnya.
Iblis
Hahaha, akhirnya kita bertemu lagi. Aku sangat yakin, saat ini akan menjadi pertemuan yang berkesan. Aku pun yakin, tahun ini aku akan mampu merengkuh lebih banyak lagi anak cucu Adam ke dalam pelukanku. Mereka semakin lama semakin buta dan tuli. Kau tidak akan kembali menjadi istimewa di mata mereka, duhai Ramadan!
Nafsu dan kesenangan duniawi telah menutup mata hati
mereka. Manusia akan menjadi pengikutku yang sejati. Lihatlah, dunia sudah
cukup tua dan rapuh untuk membuka jiwa mereka. Tidakkah kini kau sadari itu, wahai
Ramadan?
Ramadan
Kesombongan dan keangkuhanmu memang tidak dapat disangkal lagi. Tak pernah surut kutemui kecongkakan milikmu dari tahun ke tahun. Tetapi, betapa engkau masih saja bodoh, wahai Iblis yang terkutuk?
Tidakkah kau tahu bahwa pada diriku telah Tuhan anugerahkan banyak keistimewaan yang tidak akan pernah engkau dapatkan, bahkan hingga bumi ini akan terlipat-lipat suatu saat nanti? Keistimewaanku tak pernah mereka temui di bulan-bulan yang lain.
Masih banyak hamba
Allah yang menantikan kehadiranku. Mereka tahu persis bahwa kau, wahai Iblis,
hanya akan menjadi pecundang!
Iblis
Ternyata rasa percaya dirimu sangat tinggi. Aku tidak melihat sedikit pun kegentaranmu. Tapi seberapa besar kelebihanmu hingga kau mencoba menaklukkan kehebatanku? Tidak banyak yang kau miliki. Kau hanya punya waktu 30 hari.
Lihatlah, masih banyak manusia yang tidak peduli. Mereka masih
mencari kepuasan hidup tanpa ingat berapa lama lagi mereka diberi batas usia. Kau,
wahai Ramadan, hanya akan menjadi waktu yang terlewat begitu saja tanpa bekas.
Ramadan tahu persis bahwa Iblis sudah mulai terpancing amarahnya. Rasa terancam mulai terlihat karena sesungguhnya Iblis tahu betul betapa istimewa Tuhan menciptakan Ramadan, dan betapa luar biasanya keberadaan bulan ini.
Namun dengan penuh ketenangan, Ramadan mampu meredam gejolak hatinya.
Ia sebenarnya merasa muak dengan pertemuan dan melihat tingkah pola Iblis yang durjana.
Ramadan
Wahai Iblis, si Pengambil "selendang" Tuhanku! Kutukan Tuhan ternyata membuatmu frustasi, bukan? Aku bisa melihatnya dari keresahanmu di ujung sana. Berjuta-juta hati yang telah menunggu pertemuan dengan Allah sangat bersuka cita mengharapkan kehadiranku.
Kau tahu mengapa Allah dan kekasihnya,
Muhammad, demikian memuliakanku, memberi keberkahan untukku, melekatkan
kesucian kepadaku, menghiasi kebahagiaan bagi mereka yang mampu meraih
kemenangan di akhir masaku? Di sanalah mereka akan berbahagia karena bertemu
dengan Allah.
Iblis sejenak terdiam. Ia tahu bahwa Ramadan berkata benar. Ia merasa kecil seketika di hadapan Ramadan yang mulia. Hanya saja Tuhan telah menciptakan dirinya penuh dengan hasad dan kesombongan.
Bagaimanapun, ia tetap
akan mencari celah kelebihan pada dirinya untuk dibanggakan dan disombongkan.
Iblis
Aku telah diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk selalu
menggoda keturunan Adam hingga akhir zaman. Tak ada makhluk lain yang memiliki kebanggaan
sepertiku karena predikat ini telah dilekatkan langsung oleh Tuhan, Penguasa jagat
raya ini.
Ramadan
Hahaha, ternyata kau tak sepintar yang dikira. Tetaplah dengan kebodohan dan kesombonganmu! Mmm, baiklah. Rupanya kau masih tetap membanggakan dirimu dan masih saja penasaran berapa besar karunia yang diberikan Allah kepadaku.
Ketahuilah, wahai Iblis! Namaku Ramda. Artinya batu karang yang
membakar. Ya, aku membakar dosa-dosa manusia melalui shaum, menahan lapar dan haus
serta apa pun yang membatalkan puasa itu. Mereka rela dan taat juga suka cita
melaksanakannya selama satu bulan penuh.
Diriku menjadi salah satu dari lima pilar Islam. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan memberitakan: “Maukah kalian kuberitahu tentang sesuatu yang apabila kalian melakukannya, kalian akan dijauhkan dari setan sejauh jarak antara timur dan barat?” Para sahabat Rasulullah saw saat itu menjawab: “Mau, beritahukanlah kepada kami!”
Nabi Muhammad berkata:
“Sesuatu itu adalah puasa. Puasa mampu menghitamkan wajah setan, sedangkan
sedekah mampu mematahkan tulang punggungnya, cinta karena Allah dan membantu
orang lain dalam melakukan perbuatan baik mampu memutuskan buntut setan,
sedangkan memohon ampunan kepada Allah dapat membelah tulang belakangnya. Bagi
segala sesuatu ada zakatnya dan zakat bagi tubuh adalah puasa.”
Beliau juga memberitakan: “Siapa pun yang berpuasa selama
bulan Ramadan dengan keimanan yang mantap dan keinginan yang sungguh-sungguh
untuk mendapatkan ridha Allah, maka seluruh dosanya yang lalu dan yang akan datang
akan diampuni.”
Iblis merasa geram dan mencoba menghentikan Ramadan yang
akan terus menceritakan tentang keistimewaan dirinya.
Iblis
Cukup! Berhenti!! Kau hanya membual saja. Kau tidak berbeda
dengan bulan-bulan yang lain. Kau hanya waktu yang bergulir. Kau bisa hilang
dan lenyap tanpa bekas.
Namun Ramadan tidak peduli. Ia tetap mengabarkan
keberadaan dirinya sebagaimana berita dari wahyu yang telah diterima Rasul-Nya.
Ramadan
Bersama kedatanganku di dunia, Allah memberikan kebaikan dan keutamaan kepada mereka, manusia-manusia yang beriman, sebuah malam yang teramat istimewa. Suatu malam yang lebih baik dari 1.000 bulan ... Lailatul Qadar namanya. Ooowwh, betapa bahagia mereka yang mendapatkannya.
Allah telah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an pada malam Qadar, dan
tahukah kamu apakah malam Qadar itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada 1.000
bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin
Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah malam itu sampai terbit
fajar."
Sssttt, tidak hanya itu. Ibadah yang
dilakukan pada masa kehadiranku akan mendapatkan ganjaran berlipat ganda, langsung
dari Tuhanku! Sebuah hadis qudsi mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Allah
berfirman, ‘Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya
puasa itu bagi-Ku dan Aku yang membalas puasanya itu’.”
Wahai Iblis! Tahukah kamu, bagi orang
yang berpuasa ada dua kebahagiaan, yaitu apabila ia berbuka dan apabila ia
menemui Tuhannya. Tidakkah itu lebih dari cukup untuk membuktikan betapa berharganya
diriku yang menjadi saat-saat di mana hamba-hamba Allah merasakan dua
kebahagiaan itu?
Iblis merasa dirinya sangat terguncang, tertohok, dan hampir
mengamuk. Iblis mencoba untuk berbalik arah, melarikan diri dari pertemuan itu.
Ia menjerit sekencang-kencangnya dan mulai merasa terbakar akibat kemarahan
yang meledakkan dirinya sendiri.
Ramadan
Pintu-pintu surga dibuka pada malam bulan Ramadan dan
pintu-pintu itu tetap terbuka hingga malam terakhir bulan yang suci ini. Engkau,
wahai Iblis, akan diikat sehingga kau akan mendapat halangan dan kesusahan
untuk menggoda anak cucu Adam di saat aku hadir di tengah-tengah mereka. Aku akan
memberi mereka waktu sehingga mereka dapat membersihkan diri dan menyucikan
jiwa dengan ibadah yang berlipat ganda pahalanya.
Iblis tak kuasa lagi. Ia semakin marah dan mengamuk
sejadi-jadinya. Tetapi ia tidak lagi dapat menghindar. Pertemuan ini diakhiri
dengan penangkapan dan pemasungan kaki dan tangan iblis beserta anak buahnya.
Ia dikerangkeng dengan rantai-rantai yang baru akan dibuka di akhir kepergian Ramadan,
si bulan yang penuh kemuliaan. Iblis tampak demikian tragis, tetapi Ramadan
akan melaju terus dan berjalan. Ia hanya sanggup bergumam dan berbisik pada
dirinya sendiri.
Ramadan
Benar-benar pertemuan yang akan selalu berkesan. Aku rindu dan tak sabar bertemu
dengan para calon Muttaqin. Merekalah para juara dan pemenang yang sesungguhnya, ketika aku pergi nanti ....
Ahlan wa sahlan, marhaban, yaa Ramadan ...!