Menurut saya, perempuan memiliki bakat unik untuk dapat melihat hutan dan pepohonan pada saat bersamaan. Kami dapat melihat gambaran yang lebih besar dan melihat visi, tetapi juga melihat hal-hal unik yang terjadi dan dapat memperbaikinya.
– Bozoma Saint John–
Matanya yang sayu memandang saya, ibunya, dengan penuh harap. Tubuh yang lemas karena demam dan trombosit yang sempat menurun akibat diserang pasukan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) serta nafsu makan yang terjun bebas ke titik rendah semakin membuat perawakannya yang kurus tampak nelangsa di ranjang rumah sakit di Kota Soto itu.
Namun, tatapannya berangsur-angsur berbinar ketika saya yang tengah menyuapinya mulai mengajaknya mengobrol tentang pilkada di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Dengan penuh semangat, anak sulung saya ini memaparkan pendapatnya tentang para calon gubernur, bupati, atau walikota yang akan berkontestasi pada Pilkada Serentak 2024 ini.
Ia salut pada tiga orang calon gubernur yang semuanya adalah ibu-ibu, yaitu Luluk Nur Hamidah, Khofifah Indar Parawansa, dan Tri Rismaharini. Bahkan, ia sempat menitipkan aspirasinya untuk mencoblos salah satu calon yang ia unggulkan pada hari pemilihan tanggal 27 November 2024. Rupanya sang ibu dianggap bisa mewakili aspirasi politiknya di pilgub dan pilkada kali ini, heuheuheu.
Tiga Srikandi calon Gubernur Jawa Timur (Sumber: KPU Jatim) |
“Sabar ya, Mas. Insya Allah lima tahun ke depan sudah bisa mencoblos sendiri pilihanmu di TPS,” ujar saya menyemangatinya. Ia hanya memberikan senyum manisnya yang sudah beberapa hari ini hampir menghilang dari wajahnya. Saya semakin merasa tak tega untuk meninggalkannya, tetapi harus menguatkan hati demi menjalani tugas meliput pilkada di Surabaya keesokan harinya.
Meski baru berusia 14 tahun, anak laki-laki yang mondok di salah satu pesantren di Jombang itu memang memiliki minat besar tentang dunia politik. Saya tahu, si sulung menyukai obrolan tentang politik dan filsafat, tema yang mungkin dianggap berat bagi sebagian anak lainnya. Ia tampak antusias mengobrol hal-hal berbau politik tanpa takut atau ragu.
Saya yang tengah mendampinginya juga berusaha menimpali dengan antusiasme yang sama sehingga suasana hangat dan semangat kembali menguar di ruangan berbau karbol dan sering kali menaburkan aura sendu itu.
Saya menyadari bahwa kedekatan seorang ibu dengan anak laki-lakinya memiliki efek yang sangat besar di masa dewasanya. Dikutip dari kumparan.com, anak yang dekat dengan ibunya punya kecerdasan secara emosional, kuat secara emosional dan mandiri, pintar di bidang akademis, dapat mengendalikan perilaku, menghormati wanita, lebih sukses di masa depan, tingkatkan komunikasi, dan mencegah perilaku berisiko seperti kecanduan narkoba dan seks bebas.
Kami sebagai orangtua memang membiasakan untuk saling berdialog dan terbuka dalam segala hal, termasuk masalah politik. Semua itu kami anggap sebagai sebuah upaya pembelajaran untuk berdemokrasi dan mengeluarkan pendapat, termasuk konsekuensi atau tanggung jawab di dalamnya. Kemampuan mereka bernalar kritis dan berkomunikasi memang menjadi hal yang tidak bisa diremehkan dalam keseharian, terutama di zaman yang sudah serbadigital saat ini.
Pembelajaran ini kami anggap urgen karena sebagaimana disebutkan oleh Lachmi Deb Roy dalam bukunya Are You Over Parenting? Why Doing Everything Possible Harms Your Child, anak-anak memang perlu memiliki life skill yang penting, seperti problem solving, decision making, independence, creativity, critical thinking, self awareness, building interpersonal relationships, empathy, money management, leadership, dan time management.
Percaya atau tidak, semua hal tersebut sangat berperan penting dalam kehidupan mereka, apalagi jika mereka ingin terjun di dunia politik kelak.
Perempuan Indonesia dan Kebebasan Peran yang Ingin Diambil
Sebagai seorang perempuan yang lahir dan besar di Jakarta, pernah mengenyam pendidikan hingga pascasarjana, dan berkarier sebagai editor lebih dari 20 tahun, saya mungkin salah satu perempuan yang beruntung mendapatkan kesempatan itu. Meski kini telah berpindah dari Bogor ke Lamongan dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, tetapi ilmu, pengalaman, dan pencapaian yang telah diperoleh dapat saya tularkan kepada keluarga, khususnya kepada kedua buah hati saya.
Jujur saja, bagi saya tidak mudah untuk mengasuh dan mendidik anak laki-laki ketimbang anak perempuan di tengah lingkungan yang sebagian besar masih menganut patriarki garis keras. Saya yang lahir dan besar di keluarga yang cukup moderat melihat sendiri perbedaan gaya parenting, khususnya di lingkungan tempat tinggal saya saat ini.
Kesempatan yang diberikan kepada anak perempuan, misalnya dalam hal pendidikan masih belum equal atau sejajar dengan kesempatan bagi anak laki-laki. Meski tampak miris, tetapi fakta yang saya temukan ini memang masih membutuhkan waktu untuk suatu perubahan. Saya bertekad untuk mengikis mindset pembedaan tersebut, minimal pada anak-anak lelaki saya.
Jurnalis perempuan meliput kegiatan Pilkada 2024. (Sumber: Pribadi) |
Saya cukup berbangga hati ketika mengetahui bahwa calon-calon pemimpin provinsi di tempat saya kini berada adalah tiga orang ibu yang notabene para perempuan. Hal ini benar-benar sebuah tonggak bersejarah karena pada akhirnya perempuan di wilayah ini mampu tampil dan berani menjadi sosok-sosok yang patut diperhitungkan untuk menjadi pemimpin.
Oleh karena itu, antusiasme yang saya rasakan juga terasa berbeda. Dunia politik, meskipun saya tidak berkecimpung di dalamnya, tetapi saya rasakan penting karena memberikan salah satu pintu untuk menjadikan kehidupan bermasyarakat dan bernegara menjadi lebih baik. Hal tersebut bergantung pada kualitas pemimpin yang dihasilkan dalam pilpres, pileg, pilgub, dan pilkada di negara ini.
Pemahaman stereotype yang menganggap bahwa politik cenderung kotor dan negatif harus diganti menjadi penting dan berdaya ubah untuk menjadikan masyarakat dan negara semakin maju dan hebat.
Saya juga merasa kembali beruntung ketika diikutsertakan untuk terlibat dan berkontribusi dalam hajatan Pilkada Serentak 2024 ini. Melalui peran baru sebagai penulis (buku) dan blogger yang telah saya tambahkan di samping sebagai sebagai ibu rumah tangga, saya diajak untuk meliput kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. Beberapa di antaranya nanti akan saya ceritakan pada tulisan ini.
Para blogger perempuan turut serta mengekspose kegiatan terkait Pilkada Jatim 2024. (Sumber:Pribadi) |
Para sahabat perempuan bloger dan influencer lain bahkan ada pula yang ikut terlibat secara langsung sebagai praktisi dalam proses pemilihan suara, seperti menjadi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) atau menjadi pemantau.
Beberapa peran lain mungkin tidak kasat mata, tetapi saya yakin sekecil apa pun peran saya sebagai perempuan dalam Pilkada 2024 kali ini akan tetap memberikan pengaruh, minimal ketika saya dan orang yang membaca tulisan saya ikut mengambil peran sebagai pemilih yang cerdas dan menularkan semangat demokrasi di tengah keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Memotret Perempuan dalam Pilkada di Jawa Timur yang Beragam dan Berdaya
Saya turut menyaksikan sendiri antusiasme masyarakat dan kemeriahan pesta demokrasi di beberapa tempat di Lamongan dan Kota Surabaya. Melalui hal tersebut saya menyadari bahwa ternyata banyak sekali peran yang kini sudah mulai diambil oleh kaum perempuan di dalam hajatan politik lima tahunan di negeri ini.
Beberapa sahabat perempuan juga ikut terlibat menjadi petugas, bahkan ketua KPPS di tempat tinggalnya. Contohnya, Munasyarah yang juga aktivis literasi di Desa Pucangro, Lamongan dan Wiwid Wadmira di kawasan Rungkut, Surabaya. Mereka tentu memiliki peran yang sangat signifikan saat pemilihan suara. Mereka dan para petugas KPPS lainnya bertanggung jawab atas kelancaran proses dan kesiapan logistik di TPS sehingga proses pemilihan suara itu dapat berjalan tanpa halangan dan hambatan.
Kaum perempuan ikut terlibat dalam proses pemilihan di TPS. (Sumber: Pribadi) |
Mereka bahkan harus merelakan waktunya sebagai ibu rumah tangga yang tentu juga memiliki tanggung jawab mengasuh anak-anak mereka. Namun, mereka tampak enjoy dan happy melakukan persiapan dan pelaksanaan pesta demokrasi di daerah mereka sehingga tak salah apabila slogan yang digaungkan pada Pilkada 2024 ini adalah #pilkadajatimsenengbareng.
Di tempat lain, rekan-rekan perempuan jurnalis atau wartawan dan bloger juga antusias saat dilibatkan dalam peliputan berita-berita mengenai progres persiapan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. Sebagian dari kami bahkan harus rela melakukan perjalanan antarkota untuk meliput berita atau informasi terkini berkaitan dengan perkembangan tersebut hingga larut malam.
Ketika meliput acara yang diadakan oleh KPU Jawa Timur, saya menyaksikan banyak staf perempuan di Data Center yang sibuk wira-wiri mempersiapkan data atau kelengkapan untuk memperlancar acara dan kegiatan di KPU Jatim tersebut. Totalitas dan profesionalisme yang mereka tunjukkan patut diacungi jempol.
Saya juga cukup bungah ketika mendapati ada panelis perempuan meskipun jumlahnya masih belum berimbang dengan panelis laki-laki, dalam debat Pilgub Jatim 2024. Mereka berasal dari kalangan akademisi yang tentu saja memiliki kapasitas mumpuni dalam bidang keilmuan yang mereka geluti. Saya yakin ini adalah langkah maju menuju pintu yang lebih terbuka bagi kaum akademisi perempuan dalam hajatan pilkada di masa-masa selanjutnya.
Dalam acara debat pilgub dan pilwagub yang disiarkan secara live oleh TV nasional, saya dan masyarakat Jawa Timur juga menjadi saksi betapa besar kecerdasan, keberanian, dan kemampuan yang dimiliki oleh tiga orang Srikandi calon gubernur Jawa Timur dalam ikhtiar menyelesaikan segala problematika di daerah Jawa Timur, khususnya dalam rentang lima tahun ke depan.
|
Kalaupun tidak terlibat dalam hal-hal tersebut, saya juga melihat di dusun-dusun atau desa yang antusias untuk memilih dan mencoblos calon-calon yang mereka dukung dengan penuh semangat. Di beberapa tempat, seperti di Pasar Tradisional Made, Lamongan, saya juga turut mendengarkan mereka berdiskusi atau berdialog atau sekadar mengobrol santai tentang calon-calon gubernur, bupati, atau wali kota beserta para wakilnya.
Track record atau kiprah mereka tak luput menjadi tema atau bahan yang mereka bicarakan. Saya dapat menilai bahwa sebagian dari mereka telah memiliki kepekaan dan kecerdasan untuk mengarahkan suara atau pilihan mereka. Kita akan melihat sejauh mana peran mereka sebagai pemilih di pilkada ini dari hasil perolehan suara yang secara final akan diumumkan oleh pihak KPU Jatim setelah nanti proses penghitungan suara Pilkada Serentak Jatim 2024 ini selesai.
Pilkada Serentak 2024 dan Pendidikan Politik Perempuan Masa Depan
Ya, beberapa contoh itu merupakan sebuah bukti bahwa banyak sekali hal yang dilakukan oleh para pemilih perempuan dalam event atau kegiatan pemilihan kepala daerah dan pemilihan gubernur Jawa Timur. Secara pribadi saya memandang fenomena ini sebagai suatu bentuk hal yang positif karena terlepas dari siapa pun nanti yang akan memimpin Jawa Timur, perempuan sudah mulai menyadari peran mereka di dalam dunia politik di negeri ini.
Kekuatan kaum perempuan memang sudah tidak bisa dianggap remeh karena mereka memiliki kuantitas yang cukup signifikan dalam mengarahkan suara pemilih di suatu wilayah. Kita bisa menyaksikan bahwa suara perempuan secara statistik memiliki jumlah yang hampir sama besar dengan jumlah pemilih laki-laki.
Oleh karena itu, dunia politik di Jawa Timur tentu tidak terlepas pula dari warna yang diberikan oleh suara dari kaum perempuan di wilayah ini. Pemilih yang terdaftar di Indonesia berjumlah 204,1 juta orang dengan 102,58 juta pemilih perempuan dan 102,21 juta pemilih laki-laki. Adapun di wilayah Jawa Timur sendiri pemilih perempuan berjumlah 15.907.282 orang dan pemilih laki-laki berjumlah 15.495.556 orang.
Sumber: KPU RI dan dataindonesia.id |
Namun, perempuan jelas bukan sekadar kuantitas suara, mereka juga punya daya. Pemahaman politik yang baik diperoleh melalui akses pendidikan dan informasi yang mereka dapatkan. Semakin tinggi kesempatan mendapat akses tersebut, semakin berkembang pula dinamika politik tanah air yang bisa diwarnai oleh sentuhan kaum perempuan.
Tahapan dan jadwal Pilkada Serentak 2024 (Sumber: KPU Jatim) |
Menjelang Hari Ibu tanggal 22 Desember 2024, yang bertepatan dengan masa-masa menanti pemimpin Jatim lima tahun ke depan, kita mungkin perlu merefleksikan diri kembali seberapa besar peran kaum ibu atau perempuan dalam dunia politik tanah air. Sejarah Hari Ibu yang berawal dari Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 di Yogyakarta sejatinya merupakan bentuk penghormatan terhadap peran dan perjuangan kaum perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan serta membangun bangsa.
Ya, sebagai seorang anak, kita semua tentu tidak menjadikan momen Hari Ibu sebagai sebuah momen perayaan atau seremoni belaka. Namun lebih dari itu, peringatan Hari Ibu juga bertujuan mendorong masyarakat dan para stakeholder di negeri ini untuk mengakui dan mendukung peran penting yang perempuan miliki di berbagai sektor pembangunan, termasuk di bidang politik, pendidikan, sosial, dan budaya.
Perempuan dalam Pilgub dan Pilkada 2024 di Jawa Timur adalah sebuah keunikan sekaligus bukti dan langkah yang luar biasa tentang bangkitnya kaum perempuan dalam peta politik regional maupun nasional. Tak heran jika Jawa Timur kali ini dijadikan tuan rumah dalam Election Visit Program (EVP) 2024 yang diadakan oleh KPU RI dan diikuti oleh 36 delegasi dari berbagai negara.
Potret keunikan Jatim yang memiliki kandidat calon gubernur dan bupati atau walikota perempuan terbanyak di Jawa dan pemilih terbesar di Indonesia memang layak mendapat sorotan dan apresiasi yang positif. Hal tersebut menandakan peran perempuan yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena memiliki kekuatan yang cukup besar.
Perempuan Makhluk Paling Berdaya, Pemilik Kelembutan Luar Biasa
Guyonan di media sosial yang kerap mengatakan bahwa “perempuan adalah ras terkuat di muka bumi” sering kali membuat suami dan anak-anak saya ikut mengamini. Mereka mengakui bahwa banyak hal yang justru bisa dilakukan hanya oleh kaum perempuan dalam satu waktu bersamaan (multitasking). Namun saya selalu menekankan pada keluarga bahwa sejatinya perempuan dan laki-laki harus saling melengkapi.
Oleh sebab itulah, saya menanamkan bahwa laki-laki dan perempuan dengan kodratnya masing-masing hendaknya harus saling bekerja sama demi kemaslahatan bersama dan kehidupan yang lebih baik bagi masa depan. Apa yang telah ditampilkan oleh kaum perempuan dalam Pilkada Serentak 2024, khususnya di Jawa Timur bukan untuk sekadar menunjukkan atau pembuktian atas kehebatan kaum perempuan. Akan tetapi, lebih cenderung untuk menunjukan sumbangsih dan memberikan peran yang sama besar kepada kaum perempuan dalam kehidupan berpolitik dan bernegara. Mereka dapat memilih peran bagi diri mereka sendiri, termasuk untuk menjadi seorang pemimpin yang menginspirasi.
0 komentar:
Posting Komentar