Banyak orang mengenal Cianjur sebagai salah satu daerah sentra produksi beras di Indonesia. Hal ini tak luput dari iklim di daerah Cianjur yang cocok untuk pertanian padi. Daerah ini memiliki tanah yang subur  dan sumber air yang melimpah sehingga mendukung pertumbuhan padi dengan kualitas tinggi.


Setya Gustina Riwayat. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Namun ternyata di kemudian hari, seorang pemuda Cianjur bernama Setya Gustina Riwayat menemukan hal unik tentang daerah asalnya tersebut. Nyatanya, pasar terbesar komoditas jagung dari daerah manapun adalah justru daerah Cianjur.


“Dari Jawa, dari manapun, kirim jagungnya ya ke Cianjur,” cetus Setya.


Jadilah ia mencoba masuk di sektor pertanian jagung. Awalnya, ia hanya mencoba satu setengah hingga tiga hektar. Namun di kemudian hari, permintaan pasar semakin besar.


Setya akhirnya menjadi pelopor pengembangan tanaman jagung hibrida di Cianjur, Jawa Barat. Ia pun telah membuktikan bahwa pertanian tidak sekadar membudidayakan tanaman, tetapi juga tentang inovasi dan keberanian mengambil risiko.


Latar belakang Setya di bangku kuliah bidang Ilmu Perdagangan Internasional pun tidak menghalangi dirinya untuk beralih ke sektor pertanian. Ia melihat bahwa keluarganya sebagian besar merupakan petani sehingga merasa terdorong untuk memberikan kontribusi nyata di bidang yang sama.


Meskipun demikian, awalnya Setya mengaku bahwa langkah tersebut seperti sebuah "program bunuh diri." Di Cianjur, daerah yang dominan dengan komoditas beras, menanam jagung merupakan sebuah tantangan besar.


Namun, Setya melihat adanya peluang besar kebutuhan jagung di daerah Cianjur. Ia pun mulai mengajak para petani lain, baik petani muda maupun yang telah berpengalaman untuk ikut serta dalam program kemitraan pertanian jagung. Dengan visi yang jelas, ia membentuk Rumah Petani Indonesia sebagai wadah bagi para petani jagung untuk saling berbagi informasi, memecahkan berbagai masalah, dan mencari solusi atas kendala yang dihadapi, seperti kelangkaan pupuk dan benih.

 

Perkembangan Rumah Petani Indonesia


Rumah Petani Indonesia didirikan oleh Setya dengan tujuan untuk mempersatukan para petani dalam satu komunitas. Melalui Rumah Petani Indonesia ini, Setya berharap dapat mengatasi berbagai kendala yang umum dihadapi petani, seperti harga pupuk dan benih yang tinggi, serta ketersediaan bahan-bahan tersebut yang sering kali langka.



Setya dan para petani jagung. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Dengan membentuk kelompok tani ini, Setya menghimpun para petani jagung yang tertarik untuk mengembangkan tanaman jagung mereka. Hingga tahun 2023 lalu, Setya dan timnya mengelola lahan sekitar 70 hektar di bawah bimbingan mereka, sedangkan jika digabungkan dengan perusahaan-perusahaan mitra, lahan tersebut bisa mencapai hampir 135 hektar.


Banyak perusahaan yang bermitra dengan Rumah Petani Indoensia untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jagung sehingga standar operasional yang dimiliki Setya menjadi acuan dalam proses penanaman dan perawatan tanaman jagung.


“Kita kan ada standar penanamannya, kemudian ada standar untuk bagaimana sih jika ingin hasilnya bagus dan sebagainya. Itu kita punya SOP. Makanya banyak perusahaan yang bermitra dengan kita untuk pengembangan di tanaman jagung,” jelas Setya.

 

Potensi Jagung Hibrida yang Tidak Terbuang


Salah satu alasan mengapa Setya memilih jagung sebagai komoditas utama adalah karena hampir seluruh bagian dari tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Biji jagungnya dapat dijadikan pakan ternak hingga bahan untuk industri makanan. Batangnya juga digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk ternak pedaging dan sapi perah. Bahkan, bonggol jagung yang sering kali dianggap limbah, ternyata dapat dijadikan briket atau pakan ternak jika diolah dengan baik.


Menurut Setya, jagung memiliki potensi ekonomi yang besar dan mampu mengatasi banyak asumsi lama tentang pertanian yang dianggap kotor atau tidak menjanjikan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, Setya berharap pertanian di Indonesia dapat terus berkembang.


“Sebetulnya asumsi-asumsi bahwa petani itu kotor, sebetulnya asumsi dulu gitu ya. Bahwa orang pikir jadi petani itu kotor, ke kebun, kena lumpur di sawah, atau mungkin ketemu ular. Kalau sekarang bagaimana dengan teknologi informasi yang makin maju dan pesat. Kita juga jadi banyak belajar, juga melihat bagaimana perekonomian petani jagung di Amerika seperti apa, di Eropa seperti apa. Mereka sudah memasuki teknologi industri pertanian. Kalau kita kan kebanyakan masih konvensional gitu. Masih pakai cangkul, masih pakai mesin-mesin biasa. Untuk mempertahankannya adalah bagaimana kita memadukan itu antara konvensional dengan kemajuan teknologi industri. Jadi lebih efisiensi juga tanpa meninggalkan petani-petani yang memang sudah berjalan lama,” papar Satya.

 

Tantangan dan Solusi di Dunia Pertanian Jagung


Setya menyadari bahwa menjadi petani di Indonesia bukanlah perkara mudah. Di tengah tantangan kelangkaan pupuk dan benih, Setya bersama Rumah Petani Indonesia berupaya mencari alternatif solusi. Salah satunya melalui kemitraan dengan perusahaan penghasil pupuk organik.


Meski demikian, menurutnya, pertanian jagung bisa lebih menguntungkan daripada komoditas lain, seperti padi. Ia mencontohkan bahwa modal awal penanaman jagung hanya sekitar 14 hingga 15 juta rupiah dan untuk penanaman berikutnya bisa lebih murah.


Setya bersama seorang petani jagung. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Dengan perhitungan yang ada, menurutnya menanam jagung masih lebih untung meski sudah termasuk menghitung biaya tenaga kerja. Sementara dalam menanam padi, banyak petani mengatakan untung padahal tidak menghitung biaya tenaga kerja petani itu sendiri.


Oeh karena itu, Setya menekankan pentingnya mengajak para petani untuk memahami perhitungan keuntungan secara menyeluruh, termasuk menghitung biaya tenaga kerja agar mereka memiliki pandangan yang lebih realistis tentang keuntungan yang didapatkan.

 

Penghargaan dan Makna Pertanian Bagi Lingkungan


Pada tahun 2023 lalu, Setya Gustina menerima penghargaan SATU Indonesia Awards untuk kategori lingkungan tingkat provinsi Jawa Barat. Penghargaan ini menjadi bukti nyata dari kontribusi Setya dan Rumah Petani Indonesia dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan.


Menurut Setya, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa pertanian berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Jika minat terhadap pertanian semakin menurun, akan banyak lahan yang beralih fungsi menjadi area industri atau perumahan yang justru akan memperparah masalah lingkungan, seperti pencemaran dan urbanisasi. Setya berharap dengan semakin banyaknya anak muda yang tertarik ke bidang pertanian, desa-desa tidak lagi ditinggalkan sehingga keseimbangan ekonomi dan lingkungan dapat terjaga.


“Padahal dengan mereka bertani itu keuntungannya luar biasa sebagai dampak dari pertanian yang bersinggungan dengan lingkungan,” cetusnya.


Setya Gustina adalah contoh nyata bahwa keberhasilan dalam pertanian membutuhkan inovasi, kemitraan serta semangat pantang menyerah. Melalui Rumah Petani Indonesia, ia bukan hanya menciptakan peluang ekonomi bagi petani jagung di Cianjur, tetapi juga memberikan inspirasi kepada masyarakat luas bahwa sektor pertanian dapat memberikan dampak positif yang luas, baik secara ekonomi maupun lingkungan.


Setya berharap generasi muda Indonesia akan lebih tertarik ke dunia pertanian sehingga mendapatkan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan sosial yang terus terjaga di masa depan.

 

 

Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi beberapa waktu lalu dalam waktu yang tidaklah singkat, sempat membuat hancur dunia pertanian di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Padahal kebanyakan masyarakat di daerah tersebut sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama.


Nazri Syahputra. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Peristiwa inilah yang menjadi salah satu awal Muhammad Nazri Syahputra terjun ke dunia pertanian. Ia mengenalkan hidroponik sebagai solusi bagi para petani yang kesulitan bercocok tanam seperti biasanya.


“Abu vulkanik itu membuat pertanian Karo jadi porak poranda. Sehingga kita hadir di sana untuk memberikan sebuah solusi. Jadi, tim trauma healing juga di sana. Dan alhamdulillah, diterima oleh masyarakat Karo. Kita kenalkan pertanian ini dan alhamdulillah mendapat respon yang luar biasa hingga saat ini,” ujar Nazri.


Seiring waktu, ternyata Nazri menyadari satu hal, sektor pertanian ternyata memiliki potensi bisnis yang luar biasa. Memahami hal tersebut, pria yang aslinya sarjana Pendidikan Matematika ini pun kemudian bertekad dalam hati untuk terus menekuni sektor pertanian.

 

Membawa Ilmu Hidroponik dari Bogor ke Medan


Kisah perjalanan hidup Nazri bisa dibilang cukup unik. Jika menuruti ijazahnya, seharusnya Nazri kini menjadi bapak guru matematika. Namun yang terjadi adalah selepas kuliah tahun 2011 dari Universitas Sumatra Utara, ia justru terjun ke dunia bisnis.


Sempat di-training provider. Sempat buat travel juga. Jatuh bangun kandas di travel. Akhirnya lari kecemplung di sektor pertanian,” kenang Nazri.


Usai mencoba bisnis, kemudian jatuh bangun bangkrut, ia menjalankan hobi backpacker-nya dari satu kota ke kota lain. Nazri mengaku sempat belajar ke mendiang Bob Sadino, pengusaha legendaris yang turut mempopulerkan hidroponik.


Akhirnya, Nazri menuju Kota Bogor untuk belajar ke sebuah tempat yang direkomendasikan Bob Sadino. Selama kurun waktu setahun, mulai tahun 2013 hingga 2014, Nazri belajar hidroponik. Setelah selesai, ilmunya itu lalu ia bawa ke Medan.


Salah satu cara hidroponik yang dilakukan oleh Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Awalnya ia  coba-coba mempraktikkan ilmu hidroponik tersebut. Setelah berhasil, kemudian ia hubungi teman-temannnya untuk diajak membuat sebuah lembaga kecil yang berupa lembaga relawan.


“Pada saat itu kondisi Sumatra Utara, khususnya Tanah Karo dalam kondisi memprihatinkan di mana kondisi Gunung Sinabung sedang gelisah hatinya.”


Di situlah awal Nazri serius menekuni pertanian hidroponik hingga menjadikannya sebagai bisnis besar saat ini.

 

Terinspirasi Cerita Petani yang Menguliahkan Anaknya ke Luar Negeri


Ada sebuah cerita menarik yang membuat Nazri tersadar bahwa pertanian bisa menjadi sebuah bisnis yang memiliki masa depan bagus. Ceritanya, suatu ketika saat ia melakukan pendampingan dengan teman-teman pengungsi Gunung Sinabung, saat itulah ia sempat melakukan wawancara dari satu orang ke orang yang lain.


Tanpa ia duga, Nazri mendapatkan cerita yang luar biasa dari para petani tersebut. Saat menanyakan di mana keberadaan anak-anak para petani ini, ternyata beberapa dari mereka menjawabnya di luar negeri.


“Mereka jawabnya di luar. Saya penasaran di luar itu di mana,; di luar Pulau Sumatra-kah atau di mana? Saya kepo gitu. Kami tanyain, ternyata kebanyakan anak petani-petani kita yang ada di sana itu bukan di Indonesia, tetapi di luar negeri. Ada yang di Australia University, Sidney University,” cerita Nazri.


Mendengar jawaban tersebut, Nazri jadi langsung jatuh hati dengan dunia pertanian karena ternyata, sektor pertanian nyatanya seperti memiliki kekayaan atau potensi bisnis yang luar biasa.


“Dan sejak itu saya azamkan hidup mati saya insyaAllah di sektor pertanian,” tekad Nazri.


Sejak melakukan pendampingan pengungsi Gunung Sinabung di tahun 2016, seiring waktu Nazri pun kemudian mendirikan perusahaan sekaligus membuat Komunitas Hidroponik Sumatra Utara yang lalu ia legalkan.


Sistem Hidroponik buah strawberry yang dikembangkan Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Kini ada puluhan kabupaten dan kota di Sumatra Utara dengan lebih kurang sekitar dua ratusan petani produktif yang ia bina. “Jadi, sayur-sayur yang mereka tanam itu SOP-nya dari kita. Apa yang mereka tanam itu juga informasi dari kita. Jadi tidak ada yang bentuknya over kapasitas. Jadi misalnya si A nanam sawi, si B nanam selada, jadi semuanya itu sudah menurut permintaan pasar yang ada seperti itu. Jadi nggak sembarang nanam aja. Kalau sembarang nanam yang repot kita juga” jelas Nazri.


Jadi gerak dari perusahaan Nazri adalah memasarkan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasarnya ada di Sumatra Utara hingga ke luar Sumatra Utara.

 

Beberapa Alasan yang Membuat Nazri Memilih Serius di Sektor Pertanian


Selain hasil keuntungan yang cukup besar, ternyata ada beberapa alasan yang membuat Nazri memilih serius menekuni sektor bisnis pertanian, khususya hidroponik. Menurutnya, ada satu hal yang benar-benar memikat hatinya, yaitu rasa nilai yang tidak bisa didapatkan di bisnis lain.


“Menanam satu benih, menanam satu kebaikan. Jadi ketika tanaman itu kita tanam, dan kita rawat sampai besar, dan kita panen sayur berkualitas, buah-buahan berkualitas, dikonsumsi banyak orang, orang juga sehat, dan kita juga mendapat kebaikan di sana. Jadi hal nilai itu yang selalu kita jaga,” jelasnya.


Hal itu juga yang ia sampaikan ke anak-anak muda bahwa pertanian memiliki potensi bisnis yang tidak kalah menarik dibanding bisnis-bisnis yang lain. Menurut Nazri, di mana hal ini juga sering ia sampaikan kepada banyak anak muda lain, pertanian merupakan salah satu bisnis yang selama manusia masih hidup, sektor ini akan terus ada. Sederhananya, karena manusia butuh makan, jadi manusia butuh sektor pertanian untuk bisa bertahan hidup.


Salah satu green house yang dikelola Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Apalagi sejak Nazri berhasil mendapat apresiasi penghargaan SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi Sumatra Utara di tahun 2023 atas semangat dan karyanya ini, ia makin bertekad bahwa sektor pertanian tidaklah bisa dipandang sebelah mata.


“Tugas kita meresonansi, menyampaikan pemikiran-pemikiran, semangat di sektor pertanian ini untuk anak-anak muda terus menjaga semangat pertanian. Karena kalau tidak ada petani mau jadi apa negara kita. Karena negara kita dikenal negara agraris di mana sektor pertanian adalah yang paling utama menopang negara ini. Kalau tidak ada anak-anak muda, siapa lagi? Kalau bukan kita siapa lagi?” papar Nazri.


Ia berharap besar, semoga banyak anak muda yang tidak meninggalkan sektor pertanian. Apalagi saat ini, sektor pertanian kebanyakan masih dipegang oleh mereka yang berusia di atas 40 hingga 50-tahunan. Kaum muda inilah yang akan meneruskan keberlanjutan pertanian di masa depan. Sehingga semangat kebersamaan untuk menjaga pertanian demi masa depan bangsa dan negara harus terus ditanamkan.

Pada tahun 2022, sebuah inisiatif lingkungan lahir dari masalah pribadi yang dirasakan oleh Ima Rida, pendiri Magi Farm. Hal ini bermula dari dirinya yang telah lama melakukan pemilahan sampah di rumahnya, tetapi ia masih merasa kurang puas karena sampah yang dipilah akhirnya tercampur kembali saat diangkut dan kemudian dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir atau TPA.


Ima Rida dan Magi Kit, bagian dari produk Magi Farm yang bisa digunakan di rumah tangga. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Kenyataan ini menimbulkan rasa bersalah bagi Ima. Ia menyadari, sampah yang berakhir di TPA dengan kondisi tercampur antara sampah organik dan anorganik justru memperparah masalah lingkungan.


Sampah organik, meski terurai, membutuhkan waktu dan menghasilkan gas yang mampu menyumbang penyebab pemanasan global. Sedangkan sampah anorganik di TPA yang tidak bisa terurai perlu membutuhkan proses daur ulang.


Dari serentetan fakta itulah, Ima terpikirkan untuk menemukan solusi yang lebih baik terhadap masalah sampah yang ada, terutama bagi sampah organik.

 

Kesadaran Terhadap Bahaya Sampah yang Salah Penanganan


Sebelum mengenal keberadaan maggot, Ima melakukan metode komposting untuk mengolah sampah organik yang ia hasilkan di rumahnya. Namun, proses penguraian sampah menjadi kompos ini memerlukan waktu yang tak bisa cepat terurai. Sementara itu, sampah makanan di rumahnya bisa terus bertambah setiap harinya.


Ima merasa kecepatan proses komposting tersebut tidak seimbang dengan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Sementara itu, jika sampah organik dibiarkan begitu saja, bisa membusuk dapat menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.


Kesadaran Ima akan pentingnya pengelolaan sampah yang tepat muncul setelah ia memahami dampak buruk sampah pada lingkungan.


Ima Rida. (Sumber foto: Instagram @imaridaa)


“Padahal dulu kan waktu kecil yang ku tahu, oh ni kulit pisang nih, udah buang aja sembarangan. Ntar kan juga ilang. Tapi ternyata nggak begitu proses si kulit pisang ini bisa sampai terurai sempurna. Itu bisa mengeluarkan gas metana yang berbahaya yang kalau di TPA, gas metana ini bisa bikin meledak tuh. Trus kalau di muka bumi biasa bisa berkontribusi terhadap global warming sama climate change,” jelas Ima.


Pemahaman inilah yang memotivasinya untuk mendirikan Magi Farm agar sampah makanan bisa diolah dengan benar dan bermanfaat bagi lingkungan.

 

Magi Farm, Solusi Pengelolaan Sampah Organik yang Inovatif


Suatu ketika, Ima menemukan solusi dengan maggot yang merupakan larva lalat hitam atau black soldier fly. Larva ini mampu menguraikan sampah makanan lebih cepat. Secara alami, maggot bisa mengonsumsi sampah organik dan menghasilkan pupuk organik dalam waktu singkat.


Setelah keberhasilannya mengolah sampah makanan sendiri, Ima terinspirasi untuk berbagi solusi ini dengan masyarakat luas. Terutama, untuk skala rumah tangga, hotel, dan restoran yang ada di Bali. Di Magi Farm, Ima membuka kesempatan kerja sama bagi siapa saja yang ingin mengelola sampah organik mereka secara lebih bertanggung jawab.


Magi Kit, salah satu produk utama dari Magi Farm. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Maka lahirlah Magi Farm, sebuah social enterprise yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam menangani sampah makanan. Magi Farm menawarkan solusi inovatif dalam pengelolaan sampah makanan dengan menggunakan maggot.


Usaha ini menawarkan dua pilihan bagi pelanggan. Pertama, pelanggan dapat mengumpulkan sampah makanan mereka di ember khusus yang disediakan Magi Farm yang nantinya akan diolah menggunakan maggot. Kedua, mereka bisa mengadopsi larva-larva maggot dalam Magi Kit yang dapat ditempatkan di rumah.


Tim dari Magi Farm yang mengumpul sampah organik dari pelanggan. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Dengan mengadopsi Maggi Kit, sampah makanan dapat diolah sendiri secara langsung di rumah sehingga pelanggan Magi Farm bisa melihat proses penguraian yang dilakukan oleh maggot. Nantinya, seminggu sekali, sampah dan maggot yang sudah besar akan diambil oleh tim Magi Farm dan diganti dengan larva maggot yang baru.


Selain mengolah sampah makanan, Magi Farm juga menghasilkan berbagai produk turunan dari maggot. Maggot hidup dapat dijadikan pakan ternak untuk ikan lele dan ayam, sementara maggot yang dikeringkan bisa menjadi pakan untuk hewan peliharaan eksotis, seperti koi, tokek, dan sugar glider.



Berbagai produk turunan Magi Farm. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Salah satu produk unggulan Magi Farm adalah suplemen untuk anjing. Suplemen ini bukanlah makanan utama, tetapi digunakan sebagai topping tambahan. Mengingat populasi anjing di Bali cukup besar, suplemen ini pun mendapat sambutan positif dari para pemilik hewan peliharaan.


Sejauh ini, perjalanan Magi Farm tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Mulai dari yayasan Kopernik, NGO yang bergerak di bidang isu lingkungan dan sosial, serta komunitas lingkungan lainnya. Berkat dukungan tersebut, Magi Farm berhasil mendapatkan informasi dan panduan dalam mengolah sampah makanan dengan maggot secara lebih efektif.


Respon dari masyarakat pun cukup positif, terutama di Bali. Beberapa pemilik restoran, hotel, bahkan rumah tangga di Bali menunjukkan ketertarikan terhadap pengelolaan sampah yang berkelanjutan.


Salah satu hotel bintang lima di Bali yang menggunakan jasa Magi Farm untuk pengolahan sampah organiknya. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)



Hingga kini, Magi Farm telah berkembang dan memiliki lima anggota tim. Ima sendiri memilih fokus penuh di awal tahun 2023 mengembangkan Magi Farm dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya.


Kini, walaupun Magi Farm sudah berhasil mengolah lima ton sampah dalam setahun, Ima merasa usahanya tersebut masih perlu ditingkatkan untuk mencapai dampak yang lebih signifikan. Sampah makanan yang dihasilkan di Indonesia masih sangat tinggi dan sebagian besar berakhir di TPA. Ima berharap semoga makin banyak masyarakat yang mau memilah dan mengelola sampah organik di rumah sehingga masalah sampah bisa makin ditekan.


Magi Farm juga terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Langkah kecil seperti memilah sampah atau mengolahnya sendiri sudah dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan.


Dalam perjalanannya membangun Magi Farm, Ima memiliki satu pesan penting bagi masyarakat yaitu ajakan untuk memulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, dengan pilah-pilih sampah organik dan non-organik di rumah, atau mencoba mengolah sampah makanan sendiri dengan metode sederhana.


Menurutnya, langkah-langkah kecil ini jika dilakukan secara konsisten, bisa membawa perubahan besar dan positif bagi lingkungan kita.


Atas kiprahnya bersama Magi Farm yang turut peduli pada lingkungan, Ima mendapat Apresiasi SATU Indonesia Awards di tahun 2023 untuk tingkat Provinsi Bali di bidang lingkungan.


PEMILIHAN KEPALA daerah selalu menjadi ajang yang meriah dan dinanti-nantikan. Apalagi tahun ini pilkada akan dilakukan secara serentak tanggal 27 November 2024 di seluruh Indonesia. Warga Indonesia akan memilih bupati dan wakilnya, walikota dan wawali, dan terutama gubernur dan wagub yang diharapkan akan memajukan daerah masing-masing.


Aang Kunaifi, ketua KPU Jatim, saat berbicara dengan awak media seputar debat kedua Pilgub Jatim 2024

Tak terkecuali Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Timur yang tengah sibuk menyiapkan debat publik kedua Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim yang akan digelar di Grand City Convention Center, Surabaya pada hari Minggu (3/11) sejak pukul 19.30 malam.


Tiga Srikandi Beradu Gagasan

Pilgub Jatim 2024 menjadi menarik salah satunya karena ketiga paslon yang berlaga semuanya adalah perempuan. Para srikandi yang akan berjuang untuk Jawa Timur adalah Luluk Nur Hamidah - Lukmanul Khakim sebagai paslon nomor urut 1, Khofifah Indar Parawansa - Emil Dardak pada nomor urut 2, dan Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta pada nomor urut 3.


Tema debat terbuka yang akan menguji visi, misi, dan program aksi para paslon adalah 'Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Inovatif serta Pelayanan Publik yang Inklusif untuk Keadilan Masyarakat Jawa Timur'.


Tema utama ini kemudian dielaborasi ke dalam delapan subtema untuk menjajaki kepiawain para paslon dalam penguasaan tema dan terutama menyangkut kebijakan publik yang akan bersinggungan dengan hajat hidup warga Jatim.


"Ada delapan subtema yang menjadi bahasan dalam debat kedua," ujar Nur Salam yang merupakan Komisioner KPU Jatim Divisi Sosdiklih Parmas saat berbicara dalam media briefing di Grand City, Surabaya, Sabtu 2 November 2024.


Tema Debat dan Tujuh Panelis

Tema utama itu lantas diuraikan lagi dalam delapan subtema yang lebih spesifik. Tujuh panelis telah ditugaskan untuk merumuskan satu tema besar dan delapan subtema sebagai berikut.
  1. Budaya dan Birokrasi Modern
  2. Inovasi Tata Kelola Pemerintahan
  3. Pelayanan Publik Transparan, Inklusif dan Berkeadilan
  4. Partisipasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat
  5. Harmonisasi Produk Hukum Daerah dan Meaningful Participation.
  6. Optimalisasi Kewenangan melalui Komunikasi dengan Pemerintahan Pusat dan Daerah
  7. Tata Kelola yang Menghargai dan Melindungi Keberagaman
  8. Mitigasi Bencana dan Bantuan Sosial


Siapakah yang telah ditunjuk sebagai panelis dalam debat kedua ini? Yang jelas, yang bertugas menguji para paslon lewat adu argumentasi dan rumusan tema berbeda dari debat pertama. Mereka adalah

  1. Prof Ir Agus Muhammad Hatta, ahli teknik fisika Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS); 
  2. Prof Dr H Abd Aziz Ahli Teknologi Pendidikan Fakultas Tarbiyah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung;
  3. Prof Dr Hariyono, yang dikenal sebagai pakar sejarah politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang;
  4. Dr Aan Eko Widiarto, ahli Ilmu Perundangan-undangan dan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Brawijaya;
  5. Prof Dr Biyanto, ahli ilmu filsafat dan sosial keagamaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya;
  6. Sunan Fanani yang dikenal luas sebagai ahli Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya; dan
  7. Airlangga Pribadi Kusman, ahli politik dan tata kelola pemerintahan Dept. Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.


Tentang independensi para panelis, Nur Salam meyakinkan bahwa mereka telah dipilih dengan seletif menurut keahlian dan independensi. Mereka bahkan telah menandatangani pakta Integritas.


Aang Kunaifi dalam sesi wawancara bersama media menambahkan, "Selama tidak ada catatan formal bahwa panelis merupakan tim kampanye paslon tetentu, maka selama itu pula dianggap independen," kata Ketua KPU Jatim ini.  


Hanya 100 pendukung 

Nur Salam mengatakan bahwa dalam debat kedua ini masing-masing paslon hanya diperbolehkan membawa 100 pendukung untuk masuk ke arena debat. Ini berbeda dari debat perdana di Graha Unesa yang boleh didampingi 150 massa per paslon. Keterbatasan kapasitas tempatlah yang jadi pertimbangan.


"Terkait lokasi, maka pendukung dalam ini setiap paslon hanya boleh 100 [orang] sehingga total ada 300 pendukung dari tiga paslon," kata Salam.


Debat kedua Pilgub Jatim 2024 akan digelar di Grand City Convex, Minggu (3/11) pukul 19.30

Yang juga berbeda adalah kali ini KPU Jatim kali ini tidak mewajibkan para paslon untuk memakai busana tertentu. Jika pada debat pertama lalu mereka wajib memakai busana adat Jawa Timuran, debat pada Minggu 3 November kandidat dibebaskan dalam memilih pakaian.


Jika debat publik pertama Pilgub Jatim dilangsungkan di Graha Unesa dan berlangsung sangat meriah, maka debat etape kedua akan dihelat di Grand City Convention and Exhibition (Grand City Convex) pukul 19.30 WIB, Minggu (3/11). Event ini bisa ditonton masyarakat terbuka melalui siaran langsung di JTV, CNN Indonesia, dan terutama akun Youtube KPU Jatim.


Jangan lupa ya Lur, tanggal 27 November 2024 kita semua merapat ke TPS untuk memilih kandidat terbaik demi memajukan Jawa Timur tercinta. Ayo seneng bareng ramaikan Pilgub Jatim. Ga nyoblos, ga mbois!