Dalam dunia medis, hipertensi atau tekanan darah tinggi kerap dikenal sebagai silent killer. Ia bisa merenggut nyawa seseorang secara tiba-tiba. Hal ini terjadi karena sering kali penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala. Namun nyatanya, hipertensi bisa berdampak fatal jika tidak ditangani dengan tepat.


Ayu Rahmawati Hidayat. (Sumber foto: Instagram @ayurahmawatihidayat)


Hal itulah yang Ayu saksikan pada tetangganya. Ia bercerita, dulu pernah ada tetangganya yang mendadak meninggal dunia dan membuat terkejut banyak orang di sekitarnya.


“Jadi ada kasus yang pernah saya temui semasa saya kuliah tuh. Tetangga kan gitu, meninggal tiba-tiba. Dan karena pas kuliah kan saya sudah belajar tentang hipertensi dan bisa dikaitkan dengan hipertensi. Beliau jarang diperiksa juga ya. Dan dari gejala-gejalanya memang hipertensi. Dari lingkungan, saya ingin mengubah paradigma masyarakat tentang hipertensi,” cerita Ayu.


Karena itulah kini, saat wanita yang memiliki nama lengkap Ayu Rahmawati Hidayat ini sudah menjadi apoteker, ia mendedikasikan ilmunya pada masyarakat tentang bahaya hipertensi. Apalagi ternyata, itulah mimpi yang sudah dimilikinya sejak duduk di bangku kuliah.

 

Melakukan Penyuluhan Berawal dari Keluarga


Semuanya dimulai saat tahun 2015, ketika Ayu masih berstatus mahasiswa. Ia mulai tergerak untuk melakukan edukasi kesehatan dengan melakukan kegiatan penyuluhan kecil-kecilan tentang hipertensi. Lingkungan terdekat atau keluarga menjadi sasaran pertama Ayu waktu itu.


Pada tahun 2016, Ayu mulai lebih aktif terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Ketertarikannya pada hipertensi dan kesadaran akan pentingnya edukasi kesehatan menjadikannya semakin bersemangat untuk melakukan penyuluhan ke komunitas sekitar.


Masyarakat di sekitar tempat Ayu tinggal yang melakukan konsultasi kesehatan dengannya. (Sumber foto: Instagram @ayurahmawatihidayat)


Sedangkan di tahun 2018, saat telah lulus kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia serta mulai bekerja menjadi apoteker, di situlah Ayu merasa sudah cukup memiliki pengalaman dan ilmu yang memadai untuk lebih serius dalam menjalankan misi penyuluhannya tersebut.

 

Saat Hipertensi Sering Dikaitkan dengan Hal Mistis


Ayu menyadari ada yang perlu dibenahi di masyarakat sekitar tempatnya tinggal waktu itu di daerah Banten. Ia mengamati bahwa di lingkungan sekitarnya waktu itu banyak masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang masih rendah.


Apalagi, banyak juga orang yang cenderung mengaitkan hipertensi dan penyakit lain dengan hal-hal mistis. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang bahaya hipertensi dan perannya dalam kesehatan.


Karena itulah sebagai tenaga kesehatan, ia merasa perlu mengubah paradigma ini. Dalam beberapa kasus yang ia temui, ada masyarakat yang tiba-tiba meninggal karena hipertensi yang tidak tertangani.


Dengan pendekatan yang sabar dan edukatif, ia mencoba membuka wawasan masyarakat bahwa hipertensi adalah penyakit serius yang bisa dicegah dan dikelola dengan baik jika diketahui sejak dini.

 

Pembentukan Sahabat Sehat Masyarakat dan Konsultasi Online


Tahun 2020 menjadi momen penting bagi Ayu karena ia memutuskan untuk memperluas jangkauan edukasinya melalui platform online. Ia membentuk “Sahabat Sehat Masyarakat,” sebuah program yang bertujuan untuk menyediakan informasi kesehatan melalui konsultasi daring.


Program ini memungkinkan masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan atau edukasi tentang obat-obatan untuk berkonsultasi langsung melalui platform seperti WhatsApp.


Dengan latar belakang sebagai apoteker, ia dapat memberikan panduan mengenai penggunaan obat yang benar. Misalnya, ia sering membantu para ibu yang membutuhkan saran mengenai dosis obat untuk anak-anak mereka.


Tidak hanya itu, konsultasi 24 jam ini juga memfasilitasi masyarakat yang berada jauh dari fasilitas kesehatan untuk tetap mendapatkan informasi yang benar terkait obat-obatan. Ketika ada kasus yang lebih serius, ia selalu menyarankan agar mereka segera mengunjungi dokter.

 

Tantangan dan Realita yang Dihadapi Ayu di Lapangan


Mengadakan penyuluhan di lingkungan masyarakat bukanlah tugas yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait dengan pemahaman masyarakat tentang kesehatan.


Saat penyuluhan dilakukan, sering kali audiensnya datang dalam jumlah yang cukup banyak, yang artinya antusiasme masyarakat sudah ada. Selain memberikan edukasi tentang hipertensi, ia juga melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, seperti pengecekan tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.


Ayu saat bertugas di masyarakat. (Sumber foto: Instagram @ayurahmawatihidayat)


Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, ia menemukan bahwa sekitar 53 persen dari masyarakat yang diperiksa memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi. Data ini menguatkan keyakinannya bahwa edukasi kesehatan di masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

 

Cita-Cita Sejak Kuliah: Mengabdi Lewat Edukasi Kesehatan


Cita-cita menjadi tenaga kesehatan yang bisa memberikan edukasi kepada masyarakat luas sudah menjadi mimpi Ayu sejak ia masih kuliah. Baginya, pendidikan kesehatan bukan hanya pekerjaan, melainkan panggilan hati.


Ia menyadari bahwa di kampung halamannya sendiri, hanya sedikit orang yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Hal inilah yang membuatnya semakin bertekad untuk memberikan kontribusi nyata dengan ilmu yang dimilikinya.


Setelah lulus dari Universitas Indonesia atau UI di Fakultas Farmasi dan resmi menjadi apoteker, ia pun melanjutkan misinya, baik melalui pekerjaannya maupun di luar tempat kerjanya.


Di tempat kerja, ia juga memberikan edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat yang benar, baik dalam hal dosis maupun frekuensi pemakaiannya.


Perjalanannya yang berawal dari kegiatan kecil di lingkungan keluarga hingga kini berkembang menjadi program edukasi masyarakat yang lebih luas menunjukkan bahwa pengabdian kepada masyarakat bisa dilakukan dengan cara sederhana, tetapi berdampak besar. Dengan komitmen dan ketulusan, Ayu berhasil mengubah paradigma masyarakat tentang hipertensi dan pentingnya pengobatan.


Penghargaan yang diraih Ayu dalam SATU Indonesia Awards 2023 tingkat Provinsi Banten. (Sumber foto: Instagram @ayurahmawatihidayat)


Oleh karena itulah, di tahun 2023 lalu, Ayu berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang kesehatan. Programnya yang memiliki nama Sahabat Sehat Masyarakat (MakSeMaMan: Makin Sehat Makin Mandiri) membuat ia mendapatkan dari Astra untuk tingkat Provinsi Banten.



 

Suryanto dan anak-anak sekolah yang berkunjung di Surya Fish Farm Education. (Sumber foto: Instagram @suryafishfarmeducation)

Berawal dari hobi memelihara ikan sejak SD, nyatanya seorang pria asal Yogyakarta bisa meraih penghargaan besar seperti Kalpataru hingga SATU Indonesia Awards. Tentunya bukan sebuah perjalanan yang singkat bagi Suryanto hingga ia bisa meraih dua penghargaan tersebut. 


Sebelumnya, Suryanto adalah seorang penggemar ikan hias yang lalu memulai bisnis jual beli ikan koi. Bahkan ia pun pernah termasuk salah satu penangkap ikan di sungai yang juga menggunakan alat setrum. 

 

Namun lambat laun, Suryanto sadar tentang pentingnya kelestarian lingkungan. Dari waktu ke waktu, ia lalu melakukan berbagai aksi yang membawa dampak positif bagi sikap masyarakat di sekitarnya terhadap alam, terutama ekosistem sungai.

 

Berawal dari Bisnis hingga Mendirikan Surya Fish Farm Education

 

Saat ini, banyak orang mengenal dan melekatkan Suryanto dengan Surya Fish Farm Education atau SFF Edu yang didirikannya 2015 silam. Namun sebelum ia mendirikan SFF Edu, ternyata Suryanto lebih terkenal sebagai penjual ikan hias koi.

 

Pria asal Pedukuhan Carikan, RT 03 RW 02, Kelurahan Bumirejo Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta ini sejak kecil tinggal di daerah yang dikelilingi sungai. Mulai dari yang berukuran kecil, hingga besar. 

 

Awalnya di tahun 2012, ia melakukan budidaya ikan hias jenis koi. Tak hanya itu, Suryanto juga memberi edukasi kepada para pelanggannya agar bisa memelihara dengan baik. 

 

Usahanya berbisnis ikan koi sambil memberi pengetahuan ke para pembelinya tersebut awalnya membuat ia tidak disukai para pedagang ikan hias lainnya. Namun uniknya, lambat laun caranya itu justru diikuti para penjual ikan hias lainnya. 

 

Selain budidaya ikan hias koi, Suryanto juga mengaku dulu kerap mencari ikan dengan setrum di sungai. Tetapi makin hari ia sadar, cara tersebut bisa merusak keberadaan ekosistem di sungai. 

 

Setelah ia sadar, Suryanto lalu berpikir bagaimana caranya agar masyarakat di sekitarnya juga bisa berhenti dari kebiasaan menangkap ikan dengan cara setrum. Hingga di tahun 2017, momen itu pun datang.

 

Saat itu, marak terjadi pencurian di rumah warga. Suryanto kemudian mengusulkan untuk menghidupkan lagi sistem pos ronda. Sementara itu, kebiasaan warga menangkap ikan dengan cara setrum di sungai pada malam hari juga masih kerap terjadi.

 

Akhirnya sambil melakukan ronda dan berjaga di pos ronda, Suryanto menyisipkan obrolan tentang cara melestarikan sungai dan ikan lokal yang ada di sungai sekitar daerah mereka.

 

Langkahnya dalam berkomunikasi dengan warga akhirnya berhasil. Makin hari, makin sedikit warga yang menangkap ikan dengan cara setrum. Masyarakat di sekitar tempatnya tinggal bahkan bergotong royong membuat papan peringatan larangan mengambil ikan dengan cara setrum. 

 

Cara ini awalnya tentu mendapat penolakan. Dari beberapa papan larangan yang dipasang, sempat ada juga papan-papan yang dirusak. Ia cukup mengerti karena hal tersebut terkait dengan mata pencaharian masyarakat.

 

Tapi Suryanto pantang menyerah. Pelan-pelan, ia terus memberi tahu dan memberi edukasi. “Karena dia itu juga butuh untuk makan, jadi kita juga harus pintar-pintarnya memberi pemahaman pengertian,” ujar Suryanto. 

 

Di tahun 2015, Suryanto kemudian menyisihkan sebagian hasil penjualan ikan koi dari usaha budidayanya  untuk mendirikan SFF Edu. Dari uang yang dimilikinya, ia membangun pendopo, membeli beberapa akuarium, dan membuat beberapa kolam budidaya. Semuanya itu ia pakai sebagai media edukasi untuk mereka yang tertarik dengan budidaya ikan hias.

 

Halaman SFF Edu. (Sumber foto: Instagram @suryafishfarmeducation)


Pria yang mengaku hanya lulusan SMA dan tidak punya dasar ilmu formal tentang perikanan ini banyak belajar dari pengamatan sendiri. “Kita memelihara, terus mengetahui karakteristiknya gimana, sama budidayanya,” aku Suryanto. 

 

Ia terus melakukan semua itu degan motivasi karena menyukai lingkungan yang bersih. “Zaman aku dulu waktu masih kecil, banyak alami. Terus waktu dewasa kok banyak sekali kerusakan dan tercemar. Terus aku ingin kembali ke masa-masa dulu seperti itu,” ungkap Suryanto.

 

Edukasi Ikan untuk Kelestarian Lingkungan

 

Tempat tinggal Suryanto yang juga menjadi tempat berdirinya SFF Edu memang cukup asri. Sebagai tempat edukasi dan konservasi, SFF Edu berada di balik teduhnya pepohonan kebun pohon jati, beberapa pohon kelapa, dan pohon mlinjo. 

 

Saat mengunjungi tempat ini, para pengunjung langsung mendengar suara gemericik air dari pompa air di beberapa akuarium berukuran besar. Akuarium-akuarium ini yang terletak di antara pendopo dan rumah tinggal Suryanto. 

 

Sejak awal didirikan, Suryanto membuat slogan untuk SFF Edu, yaitu ‘Edukasi Ikan untuk Kelestarian Lingkungan’. Hingga kini, SFF Edu fokus pada kegiatan edukasi dan konservasi.

 

Di sini, para pengunjung bisa belajar, mengenal, mengidentifikasi ikan lokal dan jenis ikan invasif, cara menangkap ikan yang baik dan benar, cara memelihara, pengetahuan reproduksi ikan, serta cara membudidayakan aneka macam jenis ikan lokal dan asing. SFF Edu juga memberi pengetahuan tentang cara melepasliarkan ikan yang benar agar tidak mengganggu habitat lain yang sudah ada di sungai. Apalagi jika ikan tersebut tergolong ikan predator.

 

Kegiatan identifikasi ikan lokal. (Sumber foto: Instagram @suryafishfarmeducation)


“Kita belajar tentang ikan untuk mengetahui tentang jenis jenis ikan terus begitu juga melestarikan ikan ikan yang lokal tentunya,” jelas Suryanto. 

 

Selama ini fokus SFF Edu lebih banyak untuk anak usia sekolah. Ia mengenalkan ikan sebagai cara mendidik untuk menumbuhkan karakter jiwa peduli lingkungan hidup di sekitarnya, cinta sesama makhluk hidup, hingga belajar mencintai kebersihan lingkungan. 

 

Keberadaan SFF Edu pun sebagai wahana edukasi bagi generasi muda. Suryanto menganggap cara ini sebagai jurus jitu untuk dilakukan karena memberi pengetahuan kepada para penerus pelestarian lingkungan yang kelak bertanggung jawab di masa depan. 

 

Di SFF Edu, masyarakat akan diajak mengidentifikasi jenis-jenis ikan lokal termasuk cara memeliharanya, domestikasi, hingga bagaimana cara membudidayakan ikan lokal. 

 

Materi di SFF Edu. (Sumber foto: Instagram @suryafishfarmeducation)


Bagi Suryanto sendiri, ikan lokal tak hanya memiliki nilai ekonomis dan sumber pangan. Akan tetapi, keberadaan ikan lokal dapat menjadi alat ukur kelestarian lingkungan hidup terutama kualitas air yang sehat.

 

Awalnya SFF Edu didirikan Suryanto dengan menunjukkan keberadaan ikan-ikan hias. Namun seiring menurunnya populasi ikan lokal yang ada sekitarnya, ia pun menambah koleksi di SFF Edu berupa ikan-ikan lokal.  

 

Ikan lokal yang dimaksud antara lain seperti ikan jenis wader-waderan yaitu wader pari, wader cangkul, wader abang, ikan sepat, ikan betok, ikan betik, serta ikan cupang lokal. Sedangkan ikan red devil atau ikan nila termasuk ikan asing yang asalnya tidak dari daerah tempat Suryanto tinggal.

 

Keberadaan jenis-jenis ikan lokal ini sangat ia perhatikan dan lestarikan. Hal ini dikarenakan maraknya pencarian ikan terutama yang dilakukan secara tidak ramah lingkungan. 

 

“Misalnya seperti racun atau setrum, alatnya yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu masuknya jenis-jenis ikan baru yang bukan habitatnya, yang berasal dari luar negeri atau dari luar daerah kita. Kebanyakan kalau sudah bosen dilepas ke sungai atau dilepasliarkan. Sepatutnya tidak boleh karena nanti bisa menginvansi atau menggeser keberadaan ikan yang asli atau ikan lokal di sekitar kita,” jelas Suryanto. 

 

Dengan belajar tentang ikan, menurut Suryanto, siapapun jadi bisa paham tentang ilmu ekologi yang memelajari hubungan atau interaksi sesama makhluk hidup dengan lingkungan dalam sebuah ekosistem. 

 

Masyarakat juga jadi bisa tahu bagaimana ikan berkembang biak, bagaimana ikan hidup di perairan, mengenal ekosistem perairan, jenis-jenis pohon sebagai pelestari mata air, serta arti pentingnya kebersihan lingkungan.

 

Berbagai Aksi Pelestarian Alam yang Menuai Apresiasi

 

Tak hanya mengedukasi untuk tidak lagi menangkap ikan dengan cara setrum, Suryanto juga memberikan solusi. Langkah ini membuat ia tidak mematikan mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan diri dari kegiatan menangkap ikan dengan cara setrum. 

 

“Alhamdulillah sekarang itu sudah agak tergerak, ataupun sadar gitu tidak lagi menggunakan alat-alat yang berbahaya. Karena itu kan juga ada undang-undangnya yang mengatur seperti itu kan,” tutur Suryanto yang turut menginisiasi penyusunan peraturan tentang larangan perburuan liar. 

 

Ia bersyukur, masyarakat di sekitarnya sudah mulai mencoba membudidayakan jenis-jenis ikan yang asli seperti ikan wader. Tak hanya itu, masyarakat yang memiliki kebiasaan membuang sampah di sungai juga sudah diarahkan untuk mengolahnya di rumah tangga masing-masing. 

 

“Ya karena kita aktif sosialisasi mungkin mereka juga tergerak untuk melestarikan sungai,” imbuhnya.

 

Suryanto yang mampu menunjukkan cara baru mengkreasikan budidaya ikan-ikan lokal untuk dimanfaatkan lebih luas untuk kesejahteraan masyarakat inipun membuatnya mendapat apresiasi Kalpataru tahun 2021. Ia berhasil meraih juara 1 penerima Kalpataru Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta untuk kategori Perintis Lingkungan.

 

Memang, sudah banyak hal yang dilakukan oleh Suryanto hingga menggerakan kebiasaan baik di masyarakat tentang pelestarian alam khususnya sungai. Misalnya, ia bisa mengajak bersih sungai secara berkala satu bulan sekali.

 

Selain itu, Suryanto juga pernah membuat buku muatan lokal berjudul ‘Jaga Kaliku’ untuk anak SD. Buku yang berisi tentang pengenalan jenis-jenis ikan lokal ini merupakan hasil kerja sama Dinas Kelautan dan Perikanan, bersama Dinas Pendidikan. 

 

Buku ‘Jaga Kaliku’ (Sumber foto: dkp.kulonprogokab.go.id)

 

Hal yang unik adalah program yang pernah dilakukan Departemen Agama Kabupaten Kulon Progo yang terinspirasi dari gerakan pelestarian ikan lokal yang dilakukan Suryanto. Program tersebut adalah, bagi siapapun yang menikah, pasangan pengantin wajib merilis ikan lokal. 

 

Berbagai kegiatan yang dilakukan pria yang tergabung dalam beberapa komunitas seperti Wild Water Indonesia dan Kelompok Masyarakat Pengawas Pelestari Alam dan Satwa Indonesia atau Pokmaswas Padas ini membuatnya meraih penghargaan dari Astra. Di tahun 2023 lalu, Suryanto berhasil menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi Yogyakarta di bidang Lingkungan. 

 

Dengan penghargaan tersebut, ia merasa senang karena masyarakat luas bisa peduli terhadap lingkungan, terutama lingkungan sungai. “Yang awalnya tercemar kini bisa menikmati seperti dulu lagi,” ujarnya. 

 

Ia berharap masyarakat bisa menyukai ikan serta memiliki keinginan menjaga dan melestarikan lingkungan perairan yang sehat agar bermanfaat bagi semua makhluk hidup.

 

“Harapannya nggak muluk-muluk, berharap masyakarat Indonesia sadar untuk mengelola lingkungannya sendiri. Kalau nanti lingkungan di sekitar rumah sudah bagus, tidak ada sampah, tidak ada pencemaran, itu akan terlihat. Seluruh wilayah akan bersih. Kita mulai dari lingkungan kita sendiri saja,” pungkasnya. 

 

 Di saat banyak orang bisa begitu mudahnya mengakses buku, baik itu dalam bentuk fisik ataupun di internet, nyatanya, masih ada beberapa daerah di Indonesia yang kesulitan mendapatan kemudahan tersebut. Misalnya saja daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Indonesia.


Gerakan Komunitas Sejumi Anak Batas | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi


Salah satu daerah yang termasuk dalam 3T itu adalah Pulau Sebatik. Pulau yang masuk Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara ini memang cukup unik. Secara pemerintahan, pulau ini terbagi dua, sebelah utara merupakan wilayah Malaysia, sedangkan sebelah selatan masuk dalam wilayah Indonesia. 


Anak-anak yang ada pulau ini mengalami kesulitan untuk bisa dengan mudah mengakses buku. Kondisi itulah yang menggerakkan Suprianto Haseng untuk mendirikan Komunitas Sejumi, atau Sejuta Mimpi Anak Batas. 


Dengan komunitas tersebut, Suprianto dan para pemuda lainnya bergerak menyebarkan literasi dari desa ke desa. Komunitas ini membuka lapak pustaka keliling dari desa ke desa yang ada di Pulau Sebatik.


Berawal dari Sulitnya Akses Buku dan Internet


Bisa dibilang, Suprianto merupakan salah satu dari putra daerah Pulau Sebatik yang beruntung bisa berkuliah di Jakarta. Saat kuliah, adik-adik dan pemuda lain di desanya melihat betapa mudahnya Suprianto bisa mengakses buku dan internet.


“Motivasi saya adik-adik saya di perbatasan ini. Mereka bingung di mana mendapatkan buku-buku ini sedang di Sebatik sendiri tidak ada toko buku. Mengharapkan akses internet saja susah,” cerita pria yang lahir di Malaysia dan besar di Pulau Sebatik.


Bahkan Suprianto ingat sewaktu ia berkuliah di Jakarta, setiap hari ia bisa dihubungi oleh adik-adiknya di Sebatik yang meminta dikirimi buku-buku. Di situlah ia dan beberapa pemuda pemudi di Sebatik mulai bergerak. 


“Kalau bukan kita siapa lagi gitu kan. Mengharapkan orang lain juga nggak mungkin,” cetus Suprianto. 


Suprianto Haseng | Sumber foto: Instagram @suprianto_haseng


Karena itulah, ia berinisiatif mengajak teman-temannya untuk mengumpulkan buku-buku layak baca yang lalu dikirimkan ke daerah-daerah. Itulah awal cerita berdirinya Komunitas Sejumi, Sejuta Mimpi Anak Batas. 


Saat itu di awal tahun 2017, saat ia masih berkuliah di Jakarta, Suprianto mendirikan Komunitas Sejumi dan ingin mewujudkan mimpi adik-adiknya di Pulau Sebatik untuk bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak.


Hingga tahun 2020, Suprianto terus melakukan aksi tersebut dengan setiap bulannya mengirimkan buku-buku ke daerah pedalaman Sebatik, juga daerah-daerah lainnya. Aksinya ini banyak didukung oleh PT Pos Indonesia. 


“Pada awalnya sulit menyebarkan seperti itu. Jadi sekitar dua tahun setengah itu kita dibantu PT Pos Indonesia. Karena kita bisa menyebar buku-buku ke wilayah di Indonesia,” ujar Suprianto. 


Penyerahan buku ke staf Kantor Perwakilan Nunukan untuk dibawa ke daerah perbatasan di Nunukan | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi


Buku-buku yang didapat Suprianto selama ini berasal dari para donatur dan juga relawan yang turut membantu. Lantas untuk menampung buku-buku di Sebatik, komunitas ini lalu membuat rumah baca Teras Perbatasan. Di situlah ia dan para relawan fokus melakukan kegiatan bersama anak-anak dan para pemuda di Sebatik yang bergerak untuk menyebarkan buku tersebut.


Rumah Baca Teras Perbatasan di Sebatik | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi



Membuka Cakrawala Baru Melalui Buku 


Uniknya, kegiatan yang dilakukan Komunitas Sejumi tak hanya terpusat pada rumah baca saja. Selain menyebarkan buku-buku ke daerah lain di sekitar Nunukan, komunitas ini juga berkeliling membuka lapak pustaka ke desa-desa yang ada di Sebatik.


Komunitas juga bergerak menyebarkan buku di sekitar Nunukan | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi


“Rumah baca tidak kami fokuskan seperti kayak  pustaka lainnya gitu kan, di mana anak-anak datang ke rumah baca. Enggak, jadi kita yang gerak. Adik-adik ini yang bergerak dari desa-desa bawa buku gitu. Jadi mereka termotivasi,” terang Suprianto.  


Seiring berjalannya waktu, kini komunitas ini sudah bisa mendapatkan buku tanpa harus meminta-minta ke mana-mana. Sedangkan Suprianto sendiri kini lebih aktif melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah. 


Suprianto dengan Komunitas Sejumi ini pun akhirnya mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2023 di Tingkat Provinsi Kalimantan Utara. 


“Arti penghargaan ini kalau makna bagi saya luar biasa sekali. Apalagi buat adik-adik saya sebenarnya, bukan buat saya  pribadi. Karena kalau bukan karena mereka, gerakan ini tidak akan terwujud,” aku Suprianto. 


Kini ia puas bisa melihat banyak adik-adiknya di Sebatik khususnya dan juga Nunukan bisa tersenyum bahagia dengan kedatangan buku-buku yang ada. Ia berharap ke depannya, bisa lebih banyak lagi teman-teman lain yang ikut bergabung dengan aksi seperti itu. 


Antusiasme anak-anak yang bahagia mendapatkan buku | Sumber foto: Instagram @gerakan_sejumi

“Nggak cuma satu daerah, minimal tiap-tiap daerah ada lah seperti itu. Jadi gerakan ini bisa seperti institusi gitu lah. Dan adik-adik juga bisa mewujudkan cita-cita mimpi mereka yang terhambat karena bisa dibilang tidak ada perhatian sama sekali,” pungkas Suprianto. 


Puncak Kirab Maskot Pilkada Jatim 2024


Cuaca panas yang sudah menjadi ciri khas kota Surabaya menjadi tantangan besar yang harus aku taklukkan hari ini. Bagaimana tidak? Jadwal hari ini mestinya aku mengantar anakku si sulung balik ke pondok pesantren. Namun karena tiba-tiba ia masih demam dan batuk pilek terpaksa aku batalkan agenda tersebut. Di saat yang sama aku hadir mengikuti Media Briefing yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur (KPU Jatim). Jadilah aku menyusuri jalan Lamongan-Surabaya dan melintasi jalur “Transformer” di tengah cuaca yang panas kenthang-kentang. Sungguh penuh perjuangan!

Demi apa coba? Yups, tentu saja aku ingin mengikuti rangkaian kemeriahan acara menuju Pilkada Jatim 2024. Sebagai bagian dari media yang mempublikasikan kegiatan pilkada serentak 2024, aku sebagai blogger juga berperan mensosialisasikan penyelenggaraan acara ini. Salah satunya adalah puncak acara Kirab Maskot Pilkada Serentak 2024 di Area Tugu Pahlawan, Surabaya, Rabu (23/10) yang aku ikuti ini.

Seneng Bareng Pilkada Jatim: 39 Maskot Unik Bertemu

Nah, mengapa Kirab Maskot Pilkada Serentak 2024 ini sangat unik dan menarik? Ya, karena ajang ini merupakan salah satu bentuk kreativitas dari KPU Jatim dan KPU kabupaten/kota untuk menyukseskan Pilkada Serentak 2024. Pada kirab yang dilangsungkan sejak pukul 14.30 WIB ini, sebanyak 38 maskot dari seluruh kabupaten/kota di Jatim dipamerkan dalam parade mobil hias; ditambah satu maskot Pilgub Jatim, yaitu Si Jalih sebagai ikon utama.

Ketua KPU Jatim Aang Kunaifi menyebutkan, "Rangkaian kegiatan ini dimulai sejak Juli dengan dilepas di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Sumenep. Setelah melewati berbagai daerah, akhirnya 39 maskot sampai di Surabaya sebagai puncaknya. Kami berharap partisipasi pemilih meningkat melalui kegiatan semacam ini."

Sementara itu, Komisioner KPU Jatim Divisi Sosdiklih dan Parmas Nur Salam menjelaskan acara ini akan berlangsung hingga malam hari dan merupakan bagian dari sosialisasi pendidikan pemilih. 

"Jawa Timur merupakan satu-satunya provinsi yang menggelar kirab maskot ini," ujarnya mantap. Acara tersebut melibatkan sekitar 50 personel dari setiap kabupaten/kota serta seluruh jajaran komisioner dan sekretariat KPU Jatim.

Pada acara media briefing yang aku ikuti kali ini, ada pula ajakan dari Miftahur Rozaq (Komisioner KPU Jatim Divisi Perencanaan dan Logistik) bagi media untuk meliput kunjungan ke pabrik kertas PT Temprina di Gresik yang menjadi pemenang pencetak ketas suara untuk Pilkada Jawa Timur.

Puncak Kirab Pecahkan Rekor MURI

Kirab maskot ini melewati rute dari Tugu Pahlawan, Jalan Genteng Kali, Jalan Tunjungan, hingga Jalan Gubernur Suryo sebagai rute terakhir. Para personel dari tiap kabupaten/kota juga turut menampilkan defile kostum atraktif ala karnaval membawakan kesenian daerah masing-masing pada malam hari. Defile berkeliling dari Jalan Rajawali, Jembatan Merah, hingga Jalan Kebon Rojo.

Acara juga diisi dengan penyerahan maskot dan deklarasi Pilkada Damai yang berlangsung di Monumen Tugu Pahlawan sebagai simbol harapan pemilu yang damai dan sukses. Hal yang tak kalah menarik adalah Kirab Maskot Pilkada Serentak Jawa Timur 2024 yang digagas oleh KPU Jatim ini berhasil memecahkan rekor MURI loh!

Pelepasan Kirab 39 Maskot Pilkada Jatim oleh anggota KPU di kawasan Tugu Pahlawan (23/10/2024)

Rekor ini mencatat bahwa Kirab Maskot Pilkada Serentak 2024 sebagai Kirab Maskot terpanjang karena melewati 38 kabupaten/kota, 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7724 desa se-Jawa Timur. Wow!

Penganugerahan ini diserahkan pada malam puncak Kirab Maskot Pilkada Serentak 2024 di Tugu Pahlawan Surabaya sekaligus memeriahkan pesta rakyat. Acara ini disemarakkan dengan berbagai hiburan seperti fashion carnival, barongsai, reog, serta pertunjukan seni budaya khas dari berbagai daerah di Jawa Timur. Puncaknya, ribuan warga terhibur oleh penampilan NDX A.K.A yang membuai penonton dengan lagu hip-hop ala Jawa yang simpel tapi memikat.