Berhubung agenda debat calon gubernur Jawa Timur sudah sangat dekat, maka pada hari Kamis, 17 Oktober 2024 sore, KPU Jawa Timur kembali mengundang pihak media, termasuk kami para blogger dalam kegiatan Media Briefing, Persiapan Debat Publik antara Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kesatu.


Nur Salam, komisioner KPU Jatim Div. Sosdiklih dan Parmas dalam media briefing di Graha Unesa Kamis (17/10)


Meski kereta yang saya tumpangi telat tiba dan dihadang oleh kemacetan menuju venue, yakni Graha UNESA, Surabaya, tetapi saya tetap antusias hadir untuk mengetahui sejauh mana progres persiapan acara Pilgub Jatim yang dilakukan oleh KPU Jatim, khususnya mengenai siapa saja yang akan diundang sebagai panelis, tema khusus yang diangkat, dan teknis acara debat yang diselenggarakan pada Jumat, 18 Oktober 2024.

Semua Panelis dari Kalangan Akademisi


Ketiga pasangan Cagub dan Wagub Jawa yakni Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak, dan Tri Rismaharini dan KH Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) akan mengikuti debat publik perdana yang bakal digelar di Garaha Unesa, lantai 4 mulai pukul 19.30 dan disiarkan secara langsung oleh Kompas TV dan TVRI.


Nur Salam selaku Komisioner Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Jatim menjelaskan bahwa para panelis yang dihadirkan dalam debat besok harus memiliki tiga unsur kepakaran atau ahli dalam bidangnya, meliputi akademisi, profesional, dan tokoh masyarakat. Namun rapat pleno KPU memutuskan bahwa ketujuh panelis yang akan dihadirkan pada debat perdana ini semuanya berasal dari kalangan akademisi dengan alasan keilmuan dan independensi.


Para panelis debat publik atau debat terbuka antarpasangan calon yang ditunjuk tersebut harus memenuhi kualifikasi, di antaranya mempunyai integritas, jujur, simpatik, bersikap netral serta tidak memihak kepada calon pasangan dan/atau tim kampanye pasangan calon. Oleh karena itu, tim perumus moderator dan panelis wajib menandatangani pakta integritas yang disiapkan oleh KPU Provinsi dan KPU kabupaten/Kota.


Adapun nama-nama panelis debat publik kali ini adalah sebagai berikut.


1. Prof. Dr. H. Achmad Muhibin Zuhri, M.Ag. (Ahli Pendidikan Agama Fakultas Tarbiyah & Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya).


2. Prof. Dr. Drs. Ec. H. Muhammad Syarif, M.Si, CMA, CRA. (Ahli Management, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trunojoyo Madura).


3. Adhitya Wardhono, S.E., M.Si., M.Sc., Ph.D. (Ahli Ekonomi Pembangunan, Fakultas aekonomi dan Bisnis Universitas Jember).


4. Dr. Sasongko Budisusetyo, CPA., CPMA. (Ahli Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya).


5. Dr. Ahmad Imron Rozuli, SE., M.Si. (Ahli Sosiologi Ekonomi dan Kelembagaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya).


6. dr. Hidayatullah, Sp. N. (Ahli Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo).


7. Dr. Rina Wahyu Setyaningrum, M.Ed. (Ahli Pendidikan Bahasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang).


Para panelis ini sengaja diumumkan pada H-1 sebelum pelaksanaan debat. Tujuannya adalah agar mereka tidak terganggu pekerjaannya sekaligus menjaga kerahasiaan di mana lokasi para panelis tersebut berada saat ini sehingga mereka bisa tetap fokus pada tugasnya. Meski demikian, informasi mengenai tema debat dan daftar panelis telah diinformasikan kepada tim kampanye para paslon sejak H-3.

Tempat dan Teknis Debat Pilgub Jatim 2024


Dalam Media Briefing ini, KPU Jawa Timur yang diwakili Pak Nur Salam juga menginformasikan bahwa acara yang semula direncanakan berlangsung di Dyandra Convention Center terpaksa dialihkan ke Graha Unesa, Jl. Citra Raya Laskarsantri Lidah Wetan, Surabaya karena tempat tersebut telah terikat kontrak dengan pihak lain.


Graha Unesa dipilih karena terbilang cukup representatif dan telah dikomunikasikan dengan para paslon. Debat perdana cagub dan cawagub Jatim 2024 yang mengusung tema utama "Transformasi Sosial dan Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Lokal Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur" akan dibagi ke dalam beberapa subtema, yaitu

  • Daya Saing dan Nilai Tambah Ekonomi,
  • Pendidikan,
  • Kesehatan,
  • Demografi, Kemiskinan, dan Kesenjangan,
  • Masyarakat Digital,
  • Ketahanan Sosial, dan
  • Penguatan Budaya dan Identitas Lokal.

Melihat tema yang terkait dengan integrasi keanekaragaman budaya di Jawa Timur ini, maka pada acara debat perdana ini para paslon diminta menggunakan kostum adat budaya yang ada di Jawa Timur. 


“Ini mencerminkan kekayaan budaya yang dimiliki Provinsi Jawa Timur. Kostum budaya boleh pakaian dari Mataraman, Madura, semua boleh,” kata Nur Salam.


Pilgub Jatim 2024, Seneng Bareng

Nah, jika ingin melihat keseruan para paslon gubernur dan wakilnya memaparkan visi dan misi mereka beserta tanggapan dan solusi yang mereka tawarkan terkait tema dan permasalahan yang ada di Jawa Timur, jangan lupa teman-teman bersiap nanti malam di KompasTV atau TVRI sejak pukul 19.30 WIB.


Saya sih jujur sangat tertarik menyaksikan acara debat perdana ini karena semua calon gubernur Jawa Timur adalah perempuan atau ibu-ibu yang punya kualifikasi mumpuni. Kebayang serunya ibu-ibu jika berdebat, apalagi menyangkut hajat hidup warga Jawa Timur. Siapa tahu bisa memberikan wawasan baru untuk memilih calon pemimpin ke depan nanti. Jadi, jangan lupa ikutan nonton ya, Lur!

Dari 10 hingga 15 anak yang berkumpul di aula desa, perhatian Gardian tertuju pada seorang anak yang terlihat berbeda dari temannya. Anak itu datang dengan kendaraan bagus. Baju yang ia kenakan pun bermerek.

“Saya sampai terpikir gitu, kelihatannya anak ini mampu. Tapi kok nggak sekolah, putus sekolah gitu,” kenang Gardian yang saat itu merasa heran.


Sebelumnya, pria yang memiliki nama lengkap Gardian Muhammad Abdullah ini berpikir bahwa penyebab masalah putus sekolah pada anak-anak biasanya identik dengan faktor ekonomi.


Gardian pun sadar bahwa fakta dan realitanya, masalah pendidikan tidak hanya terbatas pada masalah ekonomi. Ia menjumpai banyak orang di masyarakat yang cenderung menengah ke atas atau kaya raya, tetapi tetap memilih untuk putus sekolah. Mereka menganggap pendidikan itu tidak terlalu penting.


“Ternyata memang ada fakta di desa itu. Nggak cuma itu saja, bahkan kesadaran untuk menganggap pendiidkan itu penting juga masih sangat kurang,” ungkap Gardian yang kini menjabat sebagai CEO Gerakan Mengajar Desa.


Gerakan Mengajar Desa. (Sumber foto: Instagram @mengajardesa)


Berawal dari Keprihatinan 


Bisa dibilang, masa remaja seorang Gardian tidaklah seperti anak-anak seusia pada umumnya. Sejak SMA saja, pria kelahiran 15 Agustus 2000 ini sudah mengamati dengan cermat betapa kondisi daerah Cianjur, tempatnya tinggal, begitu memprihatinkan.


Di tahun 2018 itulah, Gardian bersama beberapa temannya mulai merintis Gerakan Mengajar Desa. Ini didasari kondisi yang mereka lihat bahwa waktu itu pendidikan di Kabupaten Cianjur masih jauh dari kata bagus.


Bahkan menurut data Indeks Pembangunan Manusia atau IPM dari seluruh kabupaten di Jawa Barat waktu itu, Kabupaten Cianjur berada di peringkat paling bawah.


Cianjur sendiri merupakan sebuah kabupaten yang cukup besar wilayahnya. Kabupaten ini terdiri dari 32 kecamatan, 6 kelurahan, dan 354 desa. Bahkan jarak antara ujung Cianjur ke pusat kota, masih lebih dekat dengan kota lain, yaitu ke Bandung.


Gardian Muhammad. (Sumber foto: Instagram @mengajardesa)

“Akhirnya dianalisa apa yang menyebabkan IPM Cianjur seburuk itu. Dan akhirnya kita sepakat melakukan gerakan pendidikan desa,” cetus pria lulusan Universitas Diponegoro jurusan Program Studi Informasi dan Hubungan Masyarakat.


Latar belakang Gardian yang mengaku asli orang desa membuatnya mampu melihat kondisi pendidikan di desanya yang sangat memprihatinkan. Ayah Gardian sendiri adalah seorang guru SMP. Sejak kecil, ia kerap diajak ayahnya mengajar di sekolah. 


Oleh karena itulah, Gardian jadi terbiasa melihat kondisi pendidikan di sekitarnya yang mengalami ketimpangan terasa mencolok. Padahal letak geografis mereka relatif dekat dengan ibukota provinsi. Gardian merasa ada yang harus dibenahi saat melihat fakta semacam ini.


Jangkauan Meluas Hingga Puluhan Provinsi


Berawal dari kondisi di Cianjur, Gardian lantas berpikir bahwa ketimpangan pendidikan yang ada memang harus diperbaiki. Apalagi khususnya terhadap pola pikir pendidikan.


“Banyak dari masyarakat yang menganggap pendidikan itu hanya annual report atau laporan tahunan,” imbuh Gardian.


Karena itulah, ia lantas memutuskan membuat Gerakan Mengajar Desa di tahun 2018. Gerakan pendidikan ini fokus pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat.


Gerakan Mengajar Desa mendapat respon positif dari masyarakat. (Sumber foto: Instagram @mengajardesa)

Awalnya Gerakan Mengajar Desa bergerak di Kabupaten Cianjur saja. Namun ternyata respon di Kabupaten Cianjur cukup luar biasa. Hingga akhirnya Gardian berpikir bahwa masalah pendidikan sebetulnya tidak bisa dibatasi dengan urusan geografis saja.


Di tahun kedua, Gerakan Mengajar Desa melebarkan jangkauan hingga ke tingkat provinsi yang hadir di 27 kabupaten dan atau kota. Bahkan jumlah relawan waktu itu sudah mencapai 2.200 orang. Hingga kini sudah ada puluhan ribu relawan yang tersebar di 144 kabupaten dan kota serta 30 provinsi yang ada di Indonesia.


Pendidikan Berujung pada Masalah Kesadaran


Pada dasarnya program Gerakan Mengajar Desa muncul untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan. Seperti halnya kisah Gardian yang pernah menjumpai seorang anak yang terlihat mampu secara ekonomi, tetapi ternyata lebih memilih putus sekolah.


“Pada saat itu merasa kaget, ada salah satu siswa yang putus sekolah ini datang ke aula desa menggunakan kendaraan yang bagus pakai baju branded,” tutur Gardian.


Ia lalu mendekati anak tersebut dan mencoba mengajak bicara. Ternyata jawaban anak tersebut, ia putus sekolah karena orangtuanya sudah kaya. Saat kelak dewasa, ia tinggal melanjutkan usaha orangtuanya dan otomatis sudah kaya.


Hal inilah yang menjadi penyebab lain dari masalah pendidikan. Anak putus sekolah tidak hanya karena faktor ekonomi. Melainkan juga keberadaan faktor pola pikir yang ada di masyarakat.


Dampak dari Gerakan Mengajar Desa ini pun cukup signifikan. Menurut Gardian, di Cianjur sendiri gerakan ini sudah menjangkau lebih dari 100 desa.


“Kita kontrol. Ada monitoring dan evaluasi. Ada komunikasi terus. Yang menjadi target adalah anak-anak yang putus sekolah dan anak anak yang sekolah, tapi tidak mendapatkan pendidikan yang layak.”


Maksud dari pendidikan yang layak ini bisa dilihat dari bagaimana proses belajar yang seorang anak alami, kondisi jumlah guru, hingga keberadaan fasilitas penunjang.


Hasilnya, ada testimoni positif dari para alumni yang diajar oleh para pengajar Gerakan Mengajar Desa. Mereka menjadi lebih peduli bahwa pendidikan itu memang sangat penting. Beberapa dari mereka pun ada yang melanjutkan sekolah. Sementara sebelumnya, lebih banyak anak yang harus putus sekolah di saat seharusnya mereka mengenyam bangku SD atau SMP.


Menjadi Pengajar di Gerakan Mengajar Desa. (Sumber foto: Instagram @mengajardesa)


Untuk bisa bergabung di Gerakan Mengajar Desa sendiri, seseorang harus melewati beberapa tahapan hingga sampai di tahap pengabdian. Salah satu tahapan yang dilalui adalah Training of Trainer atau ToT. Tahapan ToT ini merupakan persiapan seseorang untuk melaksanakan pengabdian yang dilaksanakan selama 3 bulan sebelum pengabdian dan 3 bulan setelah pengabdian.


“Jadi selain mengajarkan apa yang harus diajar, kita juga ingin memberdayakan relawan yang tergabung pada kita biar lebih optimal. Punya life skill yang bagus,” terang Gardian yang tahun 2023 lalu meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi untuk kategori Pendidikan.

 

Perwakilan KPU Jawa Timur sebagai narasumber dalam acara Media Gathering yang diselenggarakan di Luminor Hotel, Surabaya. (Sumber: Pribadi)

Setelah pindah ke kota Soto, Lamongan dan tidak lagi menjadi warga Jakarta dan Jawa Barat, saat ini saya telah beradaptasi menjadi warga Jawa Timur. Salah satu hak yang kini saya miliki adalah ikut serta menjadi pemilih dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024.


Ajang Pemilihan Gubernur Jatim ini akan berlangsung pada tanggal 27 November 2024 dan menurut saya cukup unik dan menarik. Bagaimana tidak? Seluruh calon Gubernur Jatim 2024 ini merupakan srikandi atau para perempuan, sedangkan para calon wakilnya semua adalah laki-laki. Ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim 2024 tersebut adalah sebagai berikut.

1. Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim

2. Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak

3. Tri Rismaharini dan KH Zahrul Azhar Asumta


Ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam PilGub Jatim 2024. (Sumber: KPU Jatim)


Pilgub Jatim Seneng Bareng

Jumat, 11 Oktober 2024 kemarin sebenarnya badan saya terasa agak nggreges (demam alias meriang), apalagi suhu cuaca juga agak kurang bersahabat. Suhu dan cuaca di Lamongan bahkan mencapai rekor tertinggi se-Jawa Timur, yakni 38° Celcius dan terik matahari cukup panas kenthang-kenthang. Hal tersebut membuat saya agak berat untuk beraktivitas di luar rumah. 


Namun tagline Pilgub Jatim “Seneng Bareng” bikin saya mengukir semangat kembali untuk berangkat ke Surabaya dan menghadiri Media Gathering yang bertema "Sinergitas Peran Media dalam Mendukung Publikasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur tahun 2024" yang bertempat di Luminor Hotel di kawasan Jemursari, Surabaya.


Blogger juga siap mendukung acara PilGub Jatim 2024 dengan turut menyebarkan info terkait bagi masyarakat. (Sumber: Pribadi)


Acara ini diadakan dengan mengundang sekitar 100 jurnalis, baik wartawan media cetak maupun online serta para blogger yang kali ini kebetulan seluruhnya perempuan. Kami diharapkan untuk turut mendukung publikasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur tahun 2024 dengan menyebarkan informasi terkait. 


Tak lupa pula kami juga diharapkan turut menggaungkan semangat "Seneng Bareng" dan mengajak seluruh masyarakat Jawa Timur menyambut gembira pesta demokrasi ini sehingga berlangsungnya pemilihan gubernur secara damai benar-benar terwujud dan tanpa menyisakan persoalan sebagaimana kita harapkan bersama-sama.


Acara yang diadakan dengan cukup santai dan penuh guyon, tetapi tetap fokus mendalami progres persiapan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Bapak Nur Salam sebagai Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat, Bapak Popong Anjarseno selaku Kepala Bagian Partisipasi, Hubungan Masyarakat, dan SDM, dan Ibu Prahastiwi Kurnia Sitorosmi atau yang lebih akrab dipanggil Bu Thiwi hadir di tengah-tengah para jurnalis dan selalu siap menjawab petanyaan kami.


Suasana penuh keakraban dan terasa gayeng diselingi menikmati camilan membuat kami tidak merasakan beratnya membicarakan kontestasi yang semakin mengental dalam perpolitikan di wilayah Jawa Tmur ini. Suasana sangat cair antara KPU Jatim sebagai penyelenggara dengan rekan-rekan jurnalis terjadi karena keduanya telah berkomitmen untuk bersinergi dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat luas terkait pilkada ini.


Acara yang diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Pilkada Jawa Timur serta berdoa bersama dan langsung disambung dengan penjelasan yang fokus dengan pembahasan utama, yakni persiapan debat pasangan calon (paslon) Gubernur Jatim, tema debat, calon panelis debat, dan rapat umum atau kampanye akbar setiap paslon. Pak Nur Salam sebagai juru bicara langsung menyampaikan poin-poin tersebut dengan sat set dan mempersilakan para jurnalis untuk melakukan sesi tanya jawab.

 

Debat dan Rapat Umum Pilgub Jatim 2024

Selain persiapan mengenai alat kampanye dan peralatan untuk pilgub, seperti kertas suara, tinta, dan sarana lainnya yang hampir selesai dilakukan, persiapan lainnya terkait dengan Pilgub Jatim ini adalah debat dan rapat umum.

Mengenai Tema Debat Pilgub Jatim 2024, telah terdapat 6 rancangan yang telah dirilis oleh KPU Jatim, yaitu sebagai berikut.

  1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
  2. Memajukan daerah
  3. Meningkatkan pelayanan masyarakat
  4. Menyelesaikan persoalan/masalah di daerah
  5. Mensinkronisasikan arah pembangunan yang selaras antara daerah dan pusat
  6. Memperkokoh semangat kebangsaan dan kesatuan di NKRI

Keseluruhan tema tersebut akan menjadi acuan para panelis untuk merumuskan pertanyaan yang akan ditujukan kepada ketiga paslon. Tentu acara ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jawa Timur untuk mengetahui sejauh mana pandangan dan solusi yang ditawarkan oleh para paslon terhadap permasalahan dan kondisi riil di Jawa Timur. 


Apalagi paslon gubernur kali ini semuanya perempuan, tentu akan menjadikan momen ini semakin menarik. Ibu-ibu calon pemimpin daerah akan debat tentang kondisi Jawa Timur? Kebayang dong serunya kayak apa. Jadi jangan sampai ketinggalan acara ini karena bisa ketinggalan menyaksikan keseruannya.


Rancangan tempat atau lokasi debat Pilgub Jatim juga tak lepas dari persiapan yang dilakukan pihak KPU Jawa Timur. Pak Nur Salam menjelaskan bahwa acara debat akan digelar sebanyak tiga kali di tempat yang berbeda dan akan disiarkan langsung melalui media yang telah terpilih melalui proses konsorsium sebagaimana proses sebagaimana yang sudah dilakukan sebelumnya. Jadwal debatnya adalah:


1.     Debat Publik I pada tanggal 18 Oktober 2024 bertempat di Dyandra Convention Center yang beralamat di Jl. Basuki Rahmat 93-105 Surabaya dan akan disiarkan oleh Kompas TV dan TVRI.


2.    Debat Publik II pada taggal 3 November 2024 bertempat di Jawa Pos Arena yang berlokasi di Jl Ahmad Yani 88 Surabaya dan akan disiarkan oleh JTV dan CNN.


3.  Debat Publik III pada taggal 18 November 2024 bertempat di Grand City Surabaya akan disiarkan oleh MetroTV dan TVOne.


Selain melalui TV dan streaming yang dapat dinikmati secara gratis, debat Pilgub Jatim 2024 juga akan disiarkan melalui radio. Hal ini dilakukan untuk memenuhi hak saudara-saudara disabilitas kita agar dapat memperoleh informasi terkait debat dari ketiga paslon ini.


Pak Nur Salam selalu siap menjawab pertanyaan para jurnalis. (Sumber: Pribadi)


Panelis dalam debat pilgub Jatim direncanakan ada tujuh orang yang diambil dari unsur akademisi maupun profesional yang kini masih persiapkan oleh KPU Jatim. Para panelis akan merumuskan pertanyaan, menentukan tema debat, dan juga menentukan model debat yang akan berlangsung sebanyak tiga kali ini. Debat akan berlangsung selama 180 menit yang diselingi dengan 30 menit iklan layanan masyarakat dan akan terbagi dalam 6 segmen, mulai dari pembukaan hingga closing.


Update Rencana Rapat Terbuka Pilgub Jatim 2024

Dari kalangan jurnalis, pertanyaan terkait rapat umum atau yang biasa kita kenal dengan istilah kampanye akbar juga muncul. Pihak KPU sebagai penyelenggara juga turut memperhatikan hal tersebut sekaligus memberikan jatah kepada setiap paslon untuk melaksanakan rapat terbuka sebanyak dua kali. Jadwal yang diberikan berdasarkan update terkini yang dirilis KPU Jatim adalah sebagai berikut.


1. Rapat Terbuka Paslon Nomor Urut 1 akan dilaksanakan di Gresik pada tanggal 10 November 2024, sedangkan yang kedua akan dilaksanakan di Jombang pada tanggal 23 November 2024.

2. Rapat Terbuka Paslon Nomor Urut 2 akan dilaksanakan di Jember pada tanggal 10 November 2024 dan Surabaya pada tanggal 23 November 2024.

3. Rapat Terbuka Paslon Nomor Urut 3 akan dilaksanakan di Jember pada tanggal 27 Oktober 2024 dan di Malang pada tanggal 10 November 2024.


Bu Thiwi dan para blogger yang kali ini perempuan semua. (Sumber: Pribadi)


Lokasi dan jadwal waktu terkait debat dan rapat atau kampanye akbar ini memang cukup penting karena melibatkan perizinan dan koordinasi dengan instansi atau pihak keamanan terkait agar acara itu dapat terselenggara dengan aman, nyaman, dan tertib. 


Berkaitan dengan penyiaran acara debat, pihak KPU juga turut berkoordinasi dengan lembaga semacam PWJ, AJI, IJTI, dan KPI. Kerja sama yang harmonis dengan lembaga-lembaga ini diharapkan menjadikan PilGub Jatim 2024 ini benar-benar bikin warga Jawa Timur Seneng Bareng dan tidak menimbulkan masalah yang kontraproduktif. Oleh karena itu, dalam pemilihan gubernur Jatim kali ini, KPU Jatim sebagai penyelenggara acara berupaya semaksimal mungkin untuk menyiapkan dan melayani sehingga PilGub Jatim dapat terselenggara dengan lancar.


Nah, bagaimana dengan calon gubernur pilihan saya? Heuheuheu, kalau itu sih kita tunggu bareng-bareng tanggal 27 November besok aja ya, Temans. Semua pasti sudah punya jagoannya masing-masing. Tapi jangan lupa untuk senantiasa menjaga agar suasana tetap kondusif supaya kita bisa seneng bareng. Semoga PilGub Jatim 2024 ini terselenggara dengan aman dan damai dan menghasilkan pemimpin yang amanah demi membawa Jawa Timur semakin  maju dan berkembang.


Dua tahun terus-menerus menanam lidah buaya atau aloe vera bukanlah hal yang mudah bagi Alan Efendhi dan ibunya yang bernama Sumarni. Pada tahun 2014, mereka menanam lidah buaya di lahan pertanian produktif. Hal tersebut menjadi pemandangan aneh bagi warga sekitarnya di Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta.


Begitu getolnya menggeluti budidaya lidah buaya, mereka sampai-sampai dicemooh akan makan dan membuat gudeg lidah buaya oleh warga sekitar lantaran terus menanam tanaman khas gurun tersebut.


Alan Efendhi penyulap lahan tandus dengan lidah buaya | Dok. Alan Efendhi

Dua tahun berlalu, ketika jumlah lidah buaya yang ada mencukupi untuk diolah, Alan pun mulai bergerak memproduksi minuman sehat dengan mengandalkan bahan baku lidah buaya.


Akhirnya, dengan mengusung merek Rasane Vera, Alan dan sang ibu membuat minuman berbahan baku lidah buaya. Minuman ini tak hanya disukai karena menyegarkan, tetapi juga kandungan gizinya yang cukup tinggi.


Uniknya, Alan yang meraih SATU Indonesia Awards 2023 di bidang kewirausahaan ini mengaku tidak punya latar belakang ilmu formal di bidang bisnis ataupun pertanian. Ia mempelajari semuanya secara otodidak dari orang-orang yang dianggapnya sudah senior di bidang ini.

 

Alasan Membuat Usaha Berbahan Lidah Buaya


Budidaya lidah buaya di lahan tandus Gunungkidul | Sumber foto: IG @efendhi_alan.rv

Sebetulnya ada kondisi yang kurang menguntungkan sekaligus peluang yang dilihat Alan. Pada awal merintis usaha, ibunya memang hanya menuruti permintaan Alan untuk bersabar menanam lidah buaya di lahan produktif milik mereka.


Namun bagi Alan sendiri, ia punya alasan mengembangbiakkan lidah buaya di kampung halamannya. Ya, sudah banyak orang yang tahu seperti apa kondisi alam yang tandus di Gunungkidul. Hal itulah yang melatarbelakangi Alan, yakni perasaan prihatin melihat lingkungan di daerah tersebut.


“Karena Gunungkidul notabene tempatnya kering, susah air, terus tanah pertaniannya juga tadah hujan. Tanahnya tandus, lahan enggak produktif,” demikian Alan berdalih.


Hal itu mendorong Alan untuk memiliki sebuah usaha atau kegiatan yang bisa membawa dampak positif bagi lingkungan tempat ia tinggal.


Belum lagi kondisi miris ibu-ibu petani di desanya yang selama musim kemarau tak bisa bekerja sebab lahan pertanian mereka jadi tidak produktif.


Ibarat pepatah blessing in disguise, kondisi seperti itu justru membawa berkah. Lahan kering sangat cocok ditanami lidah buaya. Tanaman khas gurun ini memang cukup kuat bertahan hidup di lahan yang minim air.


Tanaman lidah buaya yang ditanam Alan dan ibunya lalu diolah menjadi minuman sehat. Ia membuktikan kepada masyarakat di sekitarnya bahwa ia bisa mengolah lidah buaya, mengembangkan produk, bahkan akhirnya membutuhkan banyak bahan baku.


Alan juga memastikan bahwa ia membeli lidah buaya dengan harga pasti dari para petani. Hal ini membuat para petani tergerak untuk membudidayakan tanaman serupa dan bermitra dengannya.

 

Mampu Menggerakkan Ekonomi Masyarakat

Untuk bisa terus mendapatan pasokan bahan baku, semakin hari Alan akhirnya membentuk petani mitra. Hingga kini sudah ada sekitar 150 lebih petani yang bermitra dengannya. Bahkan tidak hanya di Gunungkidul, tetapi juga di beberapa daerah lain di Yogyakarta, seperti Bantul dan Bayat.


“Sehingga di 2018, mulai banyak petani yang saya jadikan mitra untuk jadi anggota. Nantinya ketika mereka panen bisa saya serap, kepastian dibelinya itu jelas,” tutur Alan mantap. 


Beberapa petani yang bermitra dengan usaha Mountvera Sejati milik Alan ada yang berada dalam KWT atau Kelompok Wanita Tani, dan ada juga yang bermitra secara individu.


Adapun untuk proses produksi, Alan memiliki beberapa pegawai yang semuanya adalah kaum ibu di sekitar tempatnya tinggal. Mereka terbagi menjadi bagian budidaya panen, ada yang menangani setoran masuk ke pabrik, pengolahan lidah buaya, hingga bagian pengemasan dan pemasaran.


Para ibu di lingkungan sekitar usaha yang bekerja mengolah lidah buaya | Sumber foto: IG @efendhi_alan.rv


Selain Mountvera Sejati yang menaungi merek Rasane Vera, Alan juga menggagas wisata edukasi. Ia membuka kelas edukasi bagi siapa saja yang mau belajar budidaya lidah buaya dengannya.


Keberadaan wisata edukasi pada akhirnya mampu membuka peluang meningkatnya pendapatan masyarakat setempat. Mulai dari warung sampai tukang parkir, semuanya terdampak secara positif berkat kehadiran wisata edukasi yang digagas oleh Alan.

 

Berkat Mereka yang Tidak Bisa Konsumsi Gula

Alan dan ibunya merintis pembuatan minuman sehat berbahan baku lidah buaya dengan beberapa varian. Ada produk lidah buaya yang menggunakan stevia, gula batu, hingga madu klanceng. Menurutnya, semua produk tersebut dibuat dengan menyesuaikan target market masing-masing.


                         Lezatnya produk Rasane Vera | Sumber foto: IG @efendhi_alan.rv


Khusus Rasane Vera dengan pemanis stevia adalah produk baru yang dirilis tahun 2019. Target marketnya adalah mereka yang tidak bisa minum manis, apalagi yang berkalori tinggi.


Bahan baku stevia sendiri ia dapat dari mitranya yang menanam di daerah Sleman dan Tawangmangu. Ia membelinya secara online berupa daun kering. Pemanis alami ini terbukti cukup digandrungi.


Alan melihat adanya peluang pasar yang belum dimanfaatkan. Menurutnya, ada konsumen yang ingin juga bisa menikmati produk lidah buaya tetapi khawatir dengan gula yang memiliki kalori tinggi. Di sinilah lidah buaya menjadi solusi karena rendah gula dengan kandungan manfaat kesehatan yang besar.


Pemberdayaan produktif

Hingga kini, siapa pun bisa menjumpai produk Rasane Vera milik Alan di hampir seluruh toko oleh-oleh di Yogyakarta, selain juga bisa dibeli secara online. Spirit dan optimisme seolah terpatri dalam setiap kemasan lidah buaya yang dibeli para turis atau pelancong sebagai buah tangan. 


Ada semangat pemberdayaan dalam usaha Alan | Sumber foto: IG @efendhi_alan.rv


Keberhasilan Alan dalam budidaya lidah buaya padahal semula dicemooh layak dicatat dengan tinta emas. Bahwa dalam kesuksesan terkandung perjuangan dan sikap tahan banting. Dan bahwa kewirausahaan bisa dimulai dari mana pun dengan memanfaatkan potensi lokal, dalam hal ini tanah tandus, dan membangun kolaborasi untuk memajukan daerah setempat.


Tak heran jika PT Astra International Tbk mengganjarnya dengan penghargaan prestisius karena telah mampu menggerakkan ratusan orang mitra petani binaan, yang tersebar di Kabupaten Gunung Kidul, Klaten, Bantul, hingga Sleman. Semangat pemberdayaan terpancar kuat sebagai value utama, terbukti dari dorongannya kepada mitra yang mahir untuk menjalankan usaha minuman sehat secara mandiri, terutama kaum perempuan yang semakin produktif.