Di luar dugaan, perhatian kita terhenyak ketika dunia diserang wabah Covid-19 pada awal 2020 silam. Sebelum vaksin ditemukan, banyak korban berjatuhan--baik yang berakhir sembuh maupun berujung kematian. Menurut wordometers.info, virus ini telah memakan hingga 7 juta jiwa hingga awal 2024. Namun, berkat vaksin dan peran para tenaga kesehatan (nakes), korban bisa ditekan dan wabah akhirnya bisa dikendalikan.
Salah satu profesi yang juga berjasa dalam penanganan Covid-19 adalah Pafi atau Persatuan Ahli Farmasi Indonesia. Para ahli farmasi tentu menjadi pihak penting dalam penanganan suatu wabah sebab mereka berkecimpung dalam penelitian, pengembangan, dan produksi obat-obatan yang tepat demi mewujudkan kesehatan.
.
Pafi Pematang Siantar siang mengadvokasi kesehatan Indonesia ( |
Profesi bidang farmasi harus peka terhadap faktor-faktor penentu sosial kesehatan. Mereka senantiasa memprioritaskan penyesuaian perawatan pasien, kepedulian terhadap kompetensi budaya, dan tidak lupa pada literasi kesehatan. Kesadaran menjalani peran, termasuk Pafi Pematang Siantar, akan memperkuat konsep menyeluruh dalam pengembangan layanan kesehatan terutama saat terjadi pandemi.
Sebagai manifestasi kepedulian terhadap penanganan wabah Covid-19, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia pun mengadakan webinar nasional bertema kefarmasian dengan spirit menanggulangi berbasis optimisme dalam kerja sama lintas sektor atau profesi, terutama para nakes.
Zoom meeting yang digelar pada 6 September 2020 itu menghadirkan pakar dari Universiti Putra Malaysia dan pemangku kepentingan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lewat pertemuan secara virtual tersebut, Pafi ingin menggali solusi lewat mitigasi yang tepat--termasuk menjelajahi kemungkin herbal sebagai obat Covid-19.
Mengenal Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI)
Jika ditilik dari sejarah, Ahli Farmasi Indonesia sebenarnya sudah ada sejak kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ahli farmasi ini ikut berjuang secara aktif, berkolaborasi dengan seluruh lapisan masyarakat dalam rangka mengusir penjajah yang ingin menguasai Indonesia. Dengan demikian, para ahli farmasi bisa disebut punya andil penting dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mewarnai pembangunan setelah Indonesia merdeka.
Barulah pada 13 Februari 1946 dibentuk sebuah organisasi profesi bernama “Persatuan Ahli Farmasi Indonesia“ yang disingkat PAFI. Yogyakarta menjadi saksi pendirian organisasi luhur ini yang diharapkan mampu menjadi wadah untuk menghimpun semua tenaga yang punya bakti karya di bidang kefarmasian.
Maka tak berlebihan jika PAFI telah menjadi entitas penting dalam anasir pembangunan nasional karena memang tak pernah absen dalam memperjuangkan cita-cita mulia NKRI. Peran sektor kesehatan tak bisa dipandang sebelah karena mamsyarakat yang sehat atau sakit turut menentukan laju pembangunan, yang memengaruhi tatanan ekonomi, sosial, dan akhirnya taraf kesejahteraan publik secara umum.
PAFI dan Pengurus Pusat PAFI berkomitmen membela Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menjadikan Pancasila sebagai azas organisasi. Organisasi profesi yang bersifat Kekaryaan dan Pengabdian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
- Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
- Mewujudkan Derajat Kesehatan yang Optimal bagi Masyarakat Indonesia
- Mengembangkan dan meningkatkan Pembangunan Farmasi Indonesia
- Meningkatkan Kesejahteraan Anggota
Tantangan di era digital
Era Industri 4.0 telah tiba, yaitu saat semua hal terkoneksi satu sama lain melalui platform digital yang mempermudah dan membuat hidup manusia modern semakin efisien. Inilah era IoT atau Internet of Things karena berkat Internet akses pada pengetahuan terbuka lebar, termasuk termasuk sektor farmasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mau tak mau menghadirkan perubahan signifikan dalam cara pelayanan kesehatan, farmasi, hingga tata kelolanya.
Era serbadigital sebenarnya merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan, bukan ancaman yang harus dimusnahkan. menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi yang menghimpun para ahli di bidang farmasi. PAFI yang memiliki laman resmi di https://pafi.id/ harus membuat terobosan melalui inovasi dan beradaptasi dengan kemajuan era digital sekarang.
Harus disadari bahwa digitalisasi tidak hanya membuat pola kerja industri farmasi berubah. Lebih dari itu, kita mesti optimistis bahwa sekali lagi digitalisasi justru membuka peluang baru untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan aksesibilitas layanan kesehatan. Pafi di daerah-daerah, termasuk Persatuan Ahli Farmasi Indonesia Pematang Siantar, bisa terhubung dalam sinergi dan hierarki yang menguatkan.
Digitalisasi bisa mendorong penggunaan teknologi digital untuk mendukung berbagai aspek pelayanan farmasi. Misalnya, manajemen informasi kesehatan, otomatisasi proses di apotek, hingga penggunaan aplikasi mobile untuk memudahkan konsultasi dan penebusan resep. Terwujudnya efisiensi, akurasi, dan aksesibilitas layanan farmasi bagi masyarakat akan menciptakan value positif dalam skema pembangunan.
Peran apa yang bisa diambil PAFI di era digitalisasi saat ini? Pertama, bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi tenaga teknis kefarmasian melalui pendidikan dan pelatihan. PAFI bisa melaksanakan program pelatihan dengan fokus pemahaman dan penggunaan teknologi digital dalam praktik farmasi.
Pemanfaatan digitalisasi untuk meniingkatkan kompetensi anggota PAFI |
Kedua, PAFI bisa menjadi fasilitator dalam bentuk forum diskusi, seminar, atau konferensi. Di sini PAFI berikhtiar mendorong agar inovasi dan kolaborasi terjalin antara tenaga teknis kefarmasian, apoteker, pengembang teknologi, dan institusi pendidikan. Bisa pula menjadi jembatan bagi beragam pemangku kepentingan untuk bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam implementasi teknologi digital seputar farmasi.
Selain itu, PAFI juga bisa berperan mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan cara memanfaatkan layanan farmasi digital secara aman. Digitalisasi tak dimungkiri menghadirkan banyak keuntungan, tetapi sekaligus membawa potensi negatif yang harus dipecahkan. KIta harus akui bahwa keterbatasan infrastruktur teknologi di sejumlah daerah terpencil atau terluar masih menjadi kendala signifikan. Walhasil, kesenjangan akses terhadap layanan farmasi digital tidak merata.
Dan yang paling krusial adalah proteksi atas data dan privasi pasien yang menggunakan layanan digital. Jangan sampai data pasien bocor ke tangan yang tidak bertanggung jawab sehingga berujung pada kerugian materiil ataupun moril. Hal lain yang juga wajib digarisbawahi adalah resistensi para tenaga teknis kefarmasian yang belum terbiasa dengan teknologi canggih. Ini soal pembiasaan yang bisa dilatih.
Edukasi seputar obat-obatan bisa dilakukan secara virtual berkat digitalisasi. (Dok. pri) |
Optimisme Pafi Pematang Siantar
PAFI pusat maupun daerah, termasuk Pafi Pematang Siantar, perlu mengupayakan kerja sama atau kolaborasi dengan organisasi profesi farmasi berskala internasional. Selain menambah pengetahuan, PAFI bisa pula meniru praktik terbaik dalam digitalisasi farmasi yang mereka miliki untuk disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Terjadinya pertukaran pengetahuan dan teknologi dengan pihak asing akan membuncahkan optimisme untuk mempercepat proses digitalisasi sehingga peningkatan kualitas layanan farmasi di Indonesia cepat terwujud dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya tercapai.
0 comments:
Posting Komentar