“Walk as if you are kissing the Earth with your feet.”
(Jalaluddin Rumi)
Tangan-tangan mungil itu berebut untuk menggotong keranjang berisi bambu-bambu yang sudah dibakar berisi nasi liwet. Sebagian anak lainnya membawa sayur, lauk-pauk, dan camilan dalam wadah. Para krucil, begitulah kami menyebut anak-anak itu, bertugas memindahkan masakan yang sudah matang. Masakan yang dipersiapkan sebanyak 33 porsi (sesuai jumlah peserta) itu dibawa dan dikumpulkan di area yang relatif lebih kering beralas terpal dan tikar yang agak jauh dari tenda dapur. Adapun para orangtua kebagian tugas memasak dan menyiapkan keperluan lainnya.
Keceriaan dan persahabatan dapat terjalin dari petualangan berkemah bersama. (Foto: Pribadi)
Para krucil terlihat sedikit kesulitan ketika menggotong hidangan tersebut karena jalan agak basah dan sedikit menanjak. Kaki mereka kotor terkena lumpur, demikian juga dengan baju mereka. Salah satu anak yang melintas di dekatku berujar kepada temannya yang terlihat selalu ragu-ragu dalam melangkah, “Gak usah takut kotor! Bunda gak bakalan marah kok. Tadi Bundaku sudah bilang, gak apa-apa badan dan baju kita kotor. Nanti bisa mandi dan dicuci. Dinikmatin aja. Kata bunda, badan dan baju nanti bisa dibersihkan, tapi pengalaman jangan sampai hilang ya!”
Anak kecil yang ragu-ragu itu berpaling menatapku seolah-olah meminta persetujuan. Aku mengangguk sambil tersenyum dan mengacungkan satu jempol untuk mereka. Aku hanya sanggup memberi satu jempol saja karena tanganku yang satu lagi memegang wajan berisi air panas. Aku mendapat tugas untuk membuat minuman teh dan kopi. Kedua anak tersebut kemudian tampak saling menguatkan dan melanjutkan aktivitasnya dengan antusias.
Hujan gerimis siang tadi memang membuat medan berbukit-bukit itu semakin licin dan menantang. Meski begitu, tak satu pun krucil itu terlihat murung dan bersusah hati. Cuaca dingin tak membuat hati mereka juga menjadi beku. Justru persahabatan yang terjalin di antara kami semakin terasa begitu hangat. Setelah bertualang selama tiga hari, mereka semua tetap semangat, saling bekerja sama, tertawa gembira, dan semua merasa semakin akrab. Tampak tak ingin ada perpisahan.
Syukurlah, di malam yang super dingin itu langit cerah bertabur bintang dan alam menampilkan pemandangan yang luar biasa indah. Semua peserta, kurang lebih tujuh keluarga dari latar belakang profesi, tempat tinggal, dan suku yang berbeda menikmati makan bersama yang terakhir malam itu dengan mengobrol dan bercengkerama gembira sambil lesehan.
Anak-anak sangat menikmati acara api unggun. (Foto: phinemo.com)
Anak-anak menikmati kegiatan membuat api unggun, membakar jagung, sosis, atau makan camilan favorit mereka, tentu ada OREO Wafer juga dong. Setelah dua hari berkemah, berjalan sambil menjelajah hutan dan puncak perbukitan, berenang, belajar tentang kerja sama, bercengkerama, dan mengenal berbagai pohon dan satwa liar, mereka memang layak untuk menikmati OREO Wafer, baik rasa choco vanilla maupun double choco dan camilan lain sepuas hati. Makan bersama itu berakhir dengan penuh kegembiraan.
“Betapa bahagianya punya banyak teman
Betapa senangnya menikmati hari bersama.”
(Lagu: Menikmati Hari – Petualangan Sherina 1)
Keluarlah, Hirup Udara Segar, dan Rekatkan Kembali Persahabatanmu di Sana!
Berkemah di malam menjelang pergantian tahun 2023 itu sungguh meninggalkan banyak momen yang tak terlupakan bagi kami. Meski bukan perayaan tahun baru secara khusus, tetapi momen yang berbarengan dengan liburan sekolah itu memang memberi banyak pengalaman berupa petualangan baru yang sangat berarti bagi kami, seluruh peserta berkemah di alam bebas itu.
Rutinitas dan kesibukan bekerja atau sekolah bisa membuat siapa pun merasa jenuh, demikian pula keluargaku. Pagi berangkat, siang berjibaku dengan tugas atau pekerjaan, sore pulang, malam kadang masih ditambah dengan aktivitas tugas kantor/domestik yang tertunda. Aku yang saat itu baru beres mengerjakan proyek penulisan dan penyuntingan buku secara maraton benar-benar membutuhkan oase dan jeda.
Kami memang butuh healing dan refreshing. Sudah waktunya mencari suasana baru yang alami dan segar. Maka, aku tak sanggup menolak ketika sahabatku, suami-istri yang berprofesi jurnalis dan dokter, mengajak kami mengisi liburan sekolah dan tahun baru dengan berkemah plus bertualang bersama di daerah Wonosalam, Jombang, Jawa Timur.
Salah satu cara refreshing di alam bebas adalah dengan camping/berkemah. (Foto: highland adventure)
Kedua anakku, Xi sulung dan Xi bungsu menyambut tawaran ini dengan minat yang besar. Xi sulung yang jadwal sekolahnya penuh dengan agenda try out dan ujian di kelas 6 sangat tertarik dan antusias dengan rencana tersebut meski sedikit terselip rasa takut. Jujur saja, acara berkemah di alam bebas ini adalah kegiatan yang pertama kali bagi kedua krucilku. Terbayang dong bagaimana persiapan dan kehebohan mereka.
Selama ini aku memberikan mereka berbagai alternatif liburan sebagaimana pernah kutulis dalam buku 36 Ide Liburan Asyik dan Kreatif, seperti berkunjung ke tempat wisata, galeri, festival, dan lain-lain. Petualangan seru tentu saja bisa dilakukan dengan banyak cara dan tidak harus di tempat jauh ataupun mahal. Bahkan, membaca buku pun bisa menjadi petualangan tanpa beranjak dari tempat duduk kita.
Oleh karena itu, aktivitas apa pun tentu bisa menjadi petualangan seru selama dilakukan bersama-sama. Namun, petualangan kami di alam bebas kali ini tetap memiliki nuansa yang unik, tantangan berbeda, dan memberikan pengalaman tersendiri. Aura dataran dan langit yang luas serta pemandangan yang hijau alami tampak seperti tanpa batas. Hormon-hormon, seperti dopamin, serotonin, oksitosin, dan endorfin laksana menghujani kami di sela-sela adrenalin yang bikin petualangan jadi tambah seru.
Wikipedia mendefinisikan petualangan atau adventure adalah: an adventure is an exciting experience or undertaking that is typically bold, sometimes risky. Pengalaman merupakan sebuah pengalaman yang tidak lazim, tetapi sifatnya menarik. Oleh karena “tidak lazim” itulah, syarat suatu petualangan itu membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman kehidupan sehari-hari. Mungkin saja petualangan itu mengandung sedikit kesulitan, risiko, atau bahaya.
Namun, pada ujungnya nanti, petualangan itu akan menyuguhkan permata berharga bagi si petualang itu sendiri, baik itu berupa cinta, persahabatan, pengetahuan, makna kehidupan, inspirasi, atau motivasi.
Kedekatan dalam persahabatan dapat hadir dari petualangan bersama. (Foto: jadiberita.com)
“Malam ini bintang-bintang bersinar lebih terang,
berbinar lebih benderang, mengajak memandang,
masa yang tak terulang, petualangan tak terbayang.”
(Lagu: Mengenang Bintang – Petualangan Sherina 2)
Nikmati Tantangan dan Hangatkan Persahabatan dengan Petualangan OREO Wafer
Pengalaman kami menjelajah hutan dan pegunungan hampir setahun lalu menyeruak kembali dalam memori, apalagi setelah film Petualangan Sherina 2 mulai tayang di sinema-sinema Indonesia yang berkolaborasi dengan OREO Wafer. Jarak 23 tahun antara film Petualangan Sherina 1 (2020) dan Petualangan Sherina 2 (2023) juga mengisi sisi nostalgia yang menghadirkan kehangatan dan keceriaan. Background story film ini berupa petualangan Sherina Munaf dan kawan-kawan bersama Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF) melepas liar orang utan di pedalaman hutan Kalimantan semakin menambah keseruan dan tentu saja sangat menginspirasi.
Press Conference Petualangan OREO Wafer, 3 Oktober 2023 di Jakarta. (Foto: kanalsatu.com)
Keseruan petualangan OREO Wafer tersebut diungkapkan dalam Press Conference Petualangan OREO Wafer pada tanggal 3 Oktober 2023 di Jakarta. Dian Ramadianti sebagai Senior Marketing Manager Mondelez Indonesia menjelaskan bahwa sebagai brand snack favorit, OREO Wafer telah menjadi bagian tak terpisahkan yang selalu hadir melengkapi setiap momen kebersamaan dan keceriaan keluarga Indonesia.
Keseruan #PetualanganOreoWafer juga diungkapkan oleh Sherina Munaf dan Derby Romero, para pemeran utama sebagai Sherina dan Sadam di film Petualangan Sherina 2 yang turut hadir dalam Press Conference tersebut. Sherina mengungkapkan bahwa perpisahan yang membuat kita merasa asing dengan orang-orang yang sudah lama terpisah bisa kembali dekat melalui momen petualangan bersama. Derby juga mengajak untuk mengambil sisi positif akan pentingnya melakukan petualangan seru bersama, apa pun bentuknya di mana hal itu sejalan dengan semangat OREO Wafer.
Sherina Munaf, Dian Ramadianti, dan Derby Romero. (Foto: kanalsatu.com)
Seperti memiliki telepati, sesaat setelah sahabatku sekeluarga menonton film Petualangan Sherina 2, ia chatting denganku via Whatsapp. Kami langsung merencanakan petualangan lainnya untuk momen liburan mendatang. Rasanya kami sudah tak sabar ingin kembali melakukan petualangan seru di alam bebas bersama-sama sebagaimana Sherina dan Sadam.
Apa sih yang membuat kami suka bertualang? Jawabannya sederhana: kami menyukai dan menikmati berbagai tantangan seru yang selalu berhasil menyuntikkan keberanian sekaligus keakraban. Memangnya apa saja sih tantangannya? Inilah tujuh di antaranya yang kami (aku dan krucilku) hadapi dalam petualangan berkemah tahun lalu. Siapa tahu bisa memberi penguatan bagi siapa saja yang ingin memulai petualangannya di alam bebas.
Tantangan Pertama
Tantangan pertama bukan dari luar, tapi justru dari krucilku sendiri. Selama ini mereka hanya melakukan kegiatan berkemah di sekitar rumah atau sekolah saja. Rencana untuk mengajak mereka berkemah di alam bebas selama ini hanya sebatas rencana yang sangat sulit diwujudkan. Lagi-lagi kesibukan dan rutinitas yang menjadi penghalang. Oleh sebab itu, kami sering mencari alternatif liburan yang tidak terlalu jauh dan praktis saja.
Persiapan mental juga perlu diperkuat sebelum camping di alam bebas. (Foto: Pribadi)
Akibatnya, bayangan mengikuti kegiatan berkemah di alam bebas tampak agak menakutkan dan membuat krucilku merasa khawatir. Selama seminggu sebelum berkemah, aku dan suami memberikan banyak penjelasan dan gambaran tentang hal-hal yang akan mereka lakoni ketika bertualang nanti. Sebagai mantan aktivis Pramuka dan PMR jadul, tentu banyak sekali pengalaman yang menarik ketika berkemah semasa sekolah hingga kuliah dulu yang kami ceritakan pada mereka. Nah, jadi bernostalgia duluan kan? heuheuheu ....
Setelah mendengarkan kisah petualanganku, sedikit demi sedikit keberanian dan antusiasme mereka mulai tumbuh. Mereka juga mempersiapkan mental dengan membaca buku-buku tentang petualangan, seperti Lima Sekawan karya Enid Blyton atau menonton film kartun seperti Mr. Peabody and Sherman. Ya, persiapan mental itu memang fondasi yang paling penting lho!
Tantangan Kedua
Tantangan kedua berkaitan dengan perlengkapan yang akan mereka bawa untuk bertualang di alam bebas. Berkemah di lingkungan sekolah atau rumah tentu berbeda jauh dengan berkemah di alam bebas, seperti di Wonosalam yang berada di wilayah pegunungan dan hutan. Perbekalan yang dibawa tentu berbeda sehingga kami perlu memilah dan memilihnya.
Berhubung akses listrik dan kebutuhan serba terbatas, maka kami juga perlu menyeleksi barang dan perlengkapan sesuai kebutuhan dasar dan survival kit saja. Selain pakaian, jaket/sweater, dan perlengkapan pribadi, aku bersama krucil memasukkan korek/pemantik api, P3K, selimut, peluit, senter, kompas dan peta/GPS, pisau lipat, tali, dan jas hujan. Perlengkapan ini sering kali dibutuhkan ketika kita menghadapi kondisi darurat.
Survival kit perlu dipersiapkan ketika bertualang di alam bebas. (Foto: TigerDeals)
Tantangan Ketiga
Tantangan ketiga adalah cuaca yang kurang mendukung. Kami memang memutuskan untuk tetap berangkat meski kondisi cuaca masih dalam musim penghujan. Walaupun demikian, kami sebagai orangtua tetap mempersiapkan segala kebutuhan yang mungkin diperlukan bagi seluruh peserta, terutama anak-anak dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu untuk meminimalkan risiko.
Penting untuk menyiapkan bekal yang cukup di segala kondisi. (Foto: IDN Times)
Kami bahkan menyiapkan satu kendaraan khusus pengangkut barang-barang yang diperlukan untuk mengantisipasi kondisi darurat, seperti sakit atau medan yang berbahaya. Sebagai mantan anggota komunitas mapala (mahasiswa pecinta alam), sahabatku memiliki perabotan yang relatif mendukung untuk kegiatan semacam ini.
Tantangan inilah yang membuat kami harus memupuk sikap saling peduli satu sama lain karena gejala atau kondisi darurat yang muncul sekecil apa pun harus ditangani sebaik mungkin. Syukurlah, ada sahabatku yang juga seorang dokter sehingga pengetahuan dan keahliannya membuat tantangan ini bisa diatasi tanpa kendala. Bahkan, ketika trekking dan jatuh berguling-guling karena jalan licin di medan yang berlumpur, kami pun enjoy saja laaahhh ….
Tantangan Keempat
Tantangan keempat adalah medan yang relatif berat. Bukan saja pegunungan yang berbukit-bukit, tapi juga banyak area berlumpur dan basah karena hujan yang sering kali turun. Akibatnya, ada beberapa agenda yang kami batalkan karena risiko bahayanya terlalu besar, seperti berkunjung ke air terjun dan bermain di sungai. Tentu saja krucil merasakan kekecewaan, tetapi kami berusaha menjelaskannya bahwa faktor keselamatan jauh lebih penting.
Petualangan menaklukkan medan berat menjadikan diri lebih tangguh. (Foto: graphicriver.net)
Sebagai gantinya, kami membuat kegiatan saling mengunjungi tenda, mengobrol, atau bermain bersama sambil makan camilan yang dibawa dari rumah masing-masing. Saling berbagi pengetahuan tentang alam, cerita lucu, dan camilan benar-benar menjadi ajang yang merekatkan tali persahabatan menjadi semakin erat. Jika masih banyak yang malu-malu, tawarkan saja OREO Wafer. Biasanya sih langsung "meleleh", heuheuheu.
Anakku yang hobi menggambar membuat ilustrasi tentang menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan. Gambarnya itu menarik perhatian teman-temannya sehingga makin semangat untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah bekas, termasuk bungkus camilannya sembarangan.
Mereka juga suka mendengarkan dan berdiskusi dengan Kak Adi, penjaga bumi perkemahan kami tentang cara menghijaukan Bumi. Basecamp-nya menjadi satu dengan kedai yang menjual aneka panganan atau camilan tak jauh dari tenda kami. Jadilah basecamp itu sebagai tempat favorit para krucil jika pas hujan turun.
Ternyata Kak Adi adalah aktivis yang sering mengikuti kegiatan konservasi dan reforestasi. Ia bersama komunitasnya melakukan penanaman bibit pohon dan dibagikan ke berbagai wilayah yang perlu dikonservasi. Seru banget lho dengar obrolan mereka (soalnya aku ikut menguping). Hasilnya, hingga kami bersiap pulang, lokasi kami berkemah tetap bersih dari sampah dan tidak ada yang rusak!
Tantangan Kelima
Uniknya, sekaligus juga menjadi tantangan, para peserta yang ikut dalam petualangan berkemah itu tidak seluruhnya sudah saling mengenal satu sama lain sejak awal. Sebagian besar peserta memang sudah pernah dipertemukan sebagai anggota yang sama-sama menitipkan anak-anak mereka di sebuah Children Day Care di Surabaya. Bagi anak-anak yang pernah dititipkan mungkin relatif lebih mudah beradaptasi. Namun dalam petualangan kali ini, anakku menjalani pertemuan pertama dengan teman sebayanya dan baru saling mengenal di tempat ini.
Hal yang mengagumkan adalah anak-anak itu cepat sekali beradaptasi dan menjalin pertemanan. Keseruan dalam bertualang bersama ternyata bisa menjadi penyegaran sekaligus momentum yang tepat membangun kedekatan antarpeserta. Mereka tahap demi tahap bisa saling mengenal, memahami, saling mendekatkan diri, saling menolong, saling menguatkan, dan saling berbagi satu sama lain sehingga menciptakan kenangan indah bersama-sama. Persahabatan anak-anak itu bahkan tetap bertahan hingga kini, dan semoga untuk selamanya.
Tantangan Keenam
Tantangan keenam adalah camilan. Yes, tantangan ini bagi kami nggak kaleng-kaleng alias nggak biasa saja. Sebagai anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan menjalani kegiatan di cuaca yang super adeeem, para krucil mudah sekali merasa lapar. Sebagian besar dari keluarga peserta petualangan berkemah ini bahkan sudah menyiapkan atau membawa bekal camilan secara khusus yang jumlahnya seperti mau buka toko camilan di hutan, hahaha.
Tahukah camilan apa yang sebagian besar ada di tas mereka? Yups, betul banget. OREO dengan segala jenis atau variannya, termasuk OREO Wafer! Aku sih nggak heran semua ini terjadi. OREO Wafer adalah produk inovatif dari merek terkenal OREO yang dimiliki Mondelez. OREO Wafer ini menggabungkan rasa ikonik biskuit OREO dengan lapisan wafer renyah di antara krim vanila yang lembut. Jangankan anak-anak, kami yang dewasa pun menjadikan OREO Wafer sebagai camilan favorit. Jadilah kami rebutan ketika satu per satu bungkus OREO Wafer dibuka.
Dua varian OREO Wafer; choco vanilla dandouble choco. (Foto: Shopee Indonesia)
Tentu saja tekstur yang unik membuat OREO Wafer jadi camilan favorit bagi seluruh keluarga, wa bilkhusus, anak-anak. OREO Wafer kini telah menjadi bagian tak terpisahkan yang selalu hadir melengkapi setiap momen kebersamaan dan keceriaan keluarga Indonesia, seperti halnya saat kami berkemah. Saat suatu tugas atau tantangan selesai dalam petualangan anak-anak kami di Wonosalam itu, menikmati OREO Wafer bersama-sama menjadi another level of joy together.
Tantangan Ketujuh
Tantangan terakhir adalah keluar dari zona nyaman. Apa yang membuat kita nyaman? Inilah yang harus kami taklukkan setelah sekian lama berada dalam kenyamanan hidup sehari-hari. Tidur, makan, minum, berjalan, bermain, belajar dan lain-lain yang setiap hari dijalani sudah menjadi rutinitas dan pola yang teratur. Beranikah kita keluar dari zona nyaman itu?
TS Eliot, seorang penulis dan penyair yang juga pemenang Nobel bidang sastra pernah mengatakan, “Hanya mereka yang mengambil risiko melangkah terlalu jauh yang mungkin bisa mengetahui seberapa jauh mereka bisa melangkah.” Nah, rasa takut dan ketidaknyamanan yang bisa membuat adrenalin terpacu ini membuat kita sering merasa ragu dengan seberapa besar kemampuan yang sebenarnya kita miliki. Oleh sebab itulah, petualangan merupakan salah satu upaya untuk “break the limit” atas kemampuan diri. Hal ini perlu diajarkan kepada anak-anak agar mereka menjadi generasi yang tangguh.
Pertemuan pertama kali, atau bertemu setelah sekian lama terpisah, atau bahkan memelihara persahabatan merupakan suatu hal yang juga bisa kita lakoni dengan penuh kegembiraan. Merasa asing dengan keberadaan seseorang bisa dicairkan melalui momen keseruan dan kisah petualangan bersama sebagaimana Sherina yang sudah menjadi seorang jurnalis dan Sadam, seorang manajer di LSM konservasi alam di film Petualangan Sherina 2 yang bisa kembali membangun kedekatan setelah 23 tahun berpisah.
Bertualang dengan gembira semakin mengeratkan persahabatan. (Foto: hadenaindonesia.co.id)
OREO Wafer Menjadi Sahabat untuk Menemani Petualangan Seru
Ketika aku bertanya pada kedua krucilku apakah mereka kapok setelah ikut petualangan berkemah di Wonosalam, jawaban mereka bikin mindblowing. “Enggak kapok kok, Bunda. Kan kemarin kita petualangan di gunung, gimana kalau liburan besok kita petualangannya berkemah di pantai? Kayaknya bakalan seru juga.” Aku langsung tepok jidat. Ternyata mereka nggak ada kapok-kapoknya blasss ….
Nah, mumpung film Petualangan Sherina 2 yang berkolaborasi dengan OREO Wafer sedang hype nih, kita juga bisa ikut merasakan keseruan challenge Petualangan OREO Wafer dengan berburu varian produk OREO Wafer apa saja di toko langganan atau yang terdekat mulai 1 September hingga 31 Oktober 2023.
Selanjutnya, kita bisa mengirimkan gambar OREO Wafer ke nomor Whatsapp: 0812-6888-1259 (atau dengan memindai kode QR pada kemasan) untuk ditukar dengan nomor undian. Untuk lebih jelas lagi, kita bisa lihat mekanisme selengkapnya di: https://www.instagram.com/p/CxISQpsr8Dh/.
Nikmatilah petualanganmu dan temukan dirimu yang baru. (Foto: wisatahalimun..co.id)
Betul, bahwa petualangan yang sudah kami jalani di Wonosalam mengajarkan banyak hal; mencintai alam, mencintai sesama, mencintai kehidupan. Kita juga enggak akan pernah tahu rasanya suatu petualangan jika tak pernah memulainya. Tak perlu takut, tak perlu terburu-buru, nikmati saja momen demi momennya. Bukankah perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah kecil? Yuk, kita lakukan petualangan lagi.
“Ku berjanji wahai gugusan misteri.
Kenangan indah ini akan abadi.”
(Lagu: Gugusan Bintang – Petualangan Sherina 2)
0 komentar:
Posting Komentar