Surat untuk Mama ....

For My Beloved Mom ….

Mama, apakah kau tahu, goresan pena ini tergerak bersama linangan air mataku?
Namun, tak ada sepatah kata pun yang benar-benar sanggup menguraikan kata hatiku.

Apa kabar, Mama?



Mungkin hanya kata-kata ini yang mampu meluncur dari bibirku bila aku bertemu denganmu.

Apa kabar, Sayang?

Entahlah, mungkin kata-kata itu pula yang telah meluncur dari bibirmu ketika pertama kali kita bertemu, dulu ….

Kau pasti jatuh cinta sepenuh hati ketika aku lahir dari rahimmu.
Tak ada satu pun yang bisa menafikan itu. 
Tak tahu  mengapa, aku pun merasa jatuh hati setengah mati kepadamu. 
Bahkan, tak pernah aku mau sedetik pun lepas dari dirimu sejak pertama kali aku hadir di hadapanmu. 

Aku menjadi diriku dengan membawa harapan dan bekal doa darimu. 
Cinta dan pengorbananmu laksana sinar matahari mengiringi langit dan bumi. 
Hati kita bagai terikat. 
Jiwa kita bagai terpikat. 
Raga kita bagai terlibat. 
Ada dirimu dalam aliran darahku. 
Ada harumnya namamu di setiap detak jantungku. 
Akulah panahmu yang kau lesatkan dari busur nyawamu.

Syahid! Syahid! Syahid! 

Aku menjadi saksi pergulatanmu mempertaruhkan seluruh hidupmu demi aku, Anakmu! 
Aku menjadi belahan jiwamu dan engkau telah menjadi separuh hidupku.

Sepanjang perjalanan waktu, kau selalu mendampingiku.
Kaulah yang memberiku suapan ketika lapar dan dahaga menyergapku.
Kaulah yang membasuhku bila kotor menghinggapi diriku.
Kaulah yang menjagaku ketika aku terlelap dalam buaianmu.
Kau jualah yang menggandeng lenganku ketika aku belajar melangkahkan kakiku.
Semua.
Apa pun kau lakukan, Mama.
Demi aku yang tak pernah kau kenal sebelumnya.

Kau menjadi kata-kataku ketika aku belum sanggup berbicara. 
Kau menjadi telingaku saat di sekitarku terdengar banyak suara. 
Kau menjadi sapu tanganku ketika aku tak sanggup berhenti menangis hingga tertawa. 
Kau menatapku ketika semua tidak menghiraukan aku.

Maafkan aku, Mama.

Mungkin hanya kata-kata ini yang mampu meluncur dari bibirku bila aku bertemu denganmu.

Maafkan aku, Sayang.

Entahlah, mungkin kata-kata ini pula yang selalu meluncur dari bibirmu karena kau selalu ingin membahagiakan aku.

Jangan pernah menyesal, Mama!

Setiap detik. Setiap menit. Setiap jam. Setiap hari. Setiap waktu. Di setiap helaan napasku. 
Kau telah memberi yang terbaik dari hati dan jiwamu.
Aku senantiasa diberkahi oleh setiap untaian kasih dan bentangan sayangmu.

Akulah yang seharusnya mengaku.
Betapa tak sebanding upayaku untuk membalas setiap tetes air susu dan keringatmu.
Betapa besar kau bangga dengan sekecil apa pun kebahagiaanku.
Betapa banyak kau berdoa pada apa pun perjuanganku.
Betapa lama kau bersimbah air mata dengan segelintir deritaku.
Tak tergantikan oleh semesta segala rasa yang telah kau hela. 
Tidak akan pernah ….
Hingga waktu harus mematuhi takdirnya. 
Kau tetap menyebut namaku di setiap tonggak penjalananmu.
Aku meyakini itu semua karena kini aku pun telah menjadi seorang mama ….

Mama, Allah pasti menyayangimu. 
Aku selalu memohonkan doa itu untukmu. 
Jangan pernah engkau meragukan aku. 
Kita akan selalu bertemu meski hanya dalam lintasan mimpiku.

Aku kangen padamu,Mama.

Mungkin hanya kata-kata itu yang mampu meluncur dari air mata dan bibirku.
Di dunia ini kita memang tidak akan pernah lagi dapat bertemu. 
Ada Dia yang lebih mencintai dirimu.

Namun, aku selalu jatuh cinta padamu, dengan segenap hati dan jiwaku. 
Karena, di mana pun kini kau berada, kita akan selalu bersama. 
Dirimu terpahat dalam kalbuku, selalu …. 
Kenangan dan rasa yang pernah ada akan selalu menyatukan asa kita. 
Insya Allah, suatu saat kita bersua. 
Tanpa ada lagi derai air mata derita.

Tidak ada kata-kata itu yang sanggup mewakili kekaguman dan rasa syukurku memiliki dirimu.
Terima kasih, Mama. 
Kaulah Malaikatku.

Selalu ….

0 comments:

Posting Komentar