Saat ini Indonesia telah resmi memiliki layanan kereta cepat yang bernama Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Kereta ini konon diklaim sebagai kereta tercepat se-Asia Tenggara dengan kecepatan 350 kilometer (km) per jam. Kebayang dong cepatnya, whoosh … laksana angin. 


Kereta cepat Whoosh, solusi perjalanan menyenangkan (Sumber: detik.com)

Asyiknya nih, perjalanan Jakarta-Bandung jadi hanya memakan waktu sekitar 45 menit saja. Makanya tepatlah kereta ini diberi nama Whoosh sebagai gambaran dari cepatnya operasional dan (ternyata) juga menjadi singkatan dari Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Hebat. Unik dan keren ya?!


Kita juga pasti sudah tahu bahwa setelah melalui proses dan lika-liku pembangunan yang memakan waktu kurang lebih tujuh tahun, KCJB yang dioperasikan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ini akhirnya diresmikan pada 2 Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta Timur oleh presiden kala itu, Joko Widodo.


Kereta dan Dua Dekade Perjalanan Penuh Drama


“Jika boleh memilih, aku mau naik kereta aja, Bunda. Aku males naik mobil karena macet dan lama. Aku sering mual kalau naik bus karena sering ngerem ndat-ndut gitu. Naik kereta lebih mbois, enjoy, dan cepat. Semua kendaraan malah disuruh berhenti kalau kereta mau lewat. Mantap kan?” ujar Bumi, anak bungsuku yang berusia 12 tahun pada suatu hari.


Hal yang senada juga dinyatakan oleh Rumi, kakaknya. Kedua anakku memang fans kereta garis keras. Tak peduli apa pun jenis dan bentuknya, lokal maupun antarkota, apa pun kategori kelasnya, kereta adalah moda transportasi yang pertama akan mereka pilih jika ingin traveling ke suatu tempat. 


Sedemikian tergila-gilanya Bumi dengan kereta, ia bahkan hapal hampir segala jenis dan tipe kereta. Ia juga memiliki akun Instagram yang isinya gambar kendaraan-kendaraan besar, termasuk kereta hasil coretan tangannya. Ia tak mau melewatkan kesempatan acap kali ada pameran yang berkaitan dengan kereta.


Gambar kereta di Instagram Bumi (Sumber: @pensilbumi)


Saya sendiri pun termasuk pengguna yang cukup loyal dan punya banyak memori dengan kereta. Hal ini karena saya pernah melaju ketika masih tinggal di Depok dan bekerja di Bogor. Kereta saat itu memang belum seaman dan senyaman sekarang. Tetapi saya tak punya pilihan lain karena harus mengejar waktu ke kantor dan memiliki kesempatan bisa tidur di perjalanan, itu pun jika kebagian kursi.


Perjalanan dua jam berangkat yang dimulai setelah Shalat Subuh dan berulang kembali dua jam saat menjelang azan magrib membuat saya betul-betul merindukan istirahat atau tidur. Di keretalah saya bisa tetirah sejenak dan di sana pula saya mulai berempati pada penumpang lain sesama komuter yang ketiduran di kereta. Saking lelapnya tidur, mereka tak lagi peduli perubahan bentuk wajahnya yang sudah full make-up sejak berangkat dari rumah.


Hubungan saya dengan kereta saat itu memang masih sebatas benci dan rindu, belum benar-benar cinta tanpa syarat, eeaahhh. Saya sangat membutuhkannya, tetapi saya juga sering mendapat pengalaman luar biasa menakutkan ketika menumpanginya. Bagaimana tidak, saya pernah mengalami beberapa kali kecopetan, mendapat pelecehan seksual, bahkan hampir menyabung nyawa ketika berhadapan dengan pelajar yang tawuran di dalam kereta.


Tentu saja peristiwa-peristiwa ini terjadi sebelum PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) melakukan revolusi besar-besaran di masa kepemimpinan Bapak Ignasius Jonas. Kereta yang kumuh dan umpel-umpelan kayak di film-film India, perlahan tapi pasti berubah menjadi semakin bersih, tertib, dan terasa nyaman. Saya salut sama kinerja Pak Jonas dan timnya yang bikin wajah perkeretaan di Indonesia bikin makin semringah.



Tapi ternyata kereta biasa itu masih belumlah cukup, Temans. Banyak yang merindukan moda kereta yang bisa lebih sat set, terutama setelah semakin banyak orang yang ingin mudik atau memiliki hobi wisata dan traveling, apalagi yang pernah menyaksikan Shinkansen di Jepang. Yups, Negeri Sakura itu memang merupakan pelopor pertama kereta cepat di dunia. Kita pun jadi ketularan ingin memiliki kereta yang bisa secepat angin seperti Shinkansen itu.


Jepang dan Perjalanan Historis Kereta Cepat Shinkansen


Jepang bisa dibilang suhu alias pakar kereta cepat di dunia. Bagaimana tidak? Proyek kereta cepat di Jepang sudah mulai digagas pada dekade 1930-an  di mana Jepang pada masa itu sedang berada dalam periode Restorasi Meiji. Periode tersebut menjadikan negeri matahari terbit itu berusaha memajukan industri dan infrastruktur dalam negeri, termasuk pembangunan jalur rel kereta api.


Akan tetapi, akses Tokyo ke wilayah garis depan terputus pada 1930 akhir sehingga Jepang memutuskan untuk membangun jarak antarrel dengan ukuran standar untuk mempersingkat waktu tempuh antara Tokyo dan Osaka. Jalur itu diberi nama “Shinkansen” yang juga merujuk pada nama kereta cepatnya.


Sempat mangkrak saat memasuki arena Perang Dunia II dan mengalami kekalahan cukup telak, maka pada dekade 1950-an Jepang berupaya untuk membangun kembali negaranya. Salah satu proyek yang menjadi fokus utamanya adalah melanjutkan pembangunan jalur kereta Shinkansen dari Tokyo menuju Osaka sebagai upaya percepatan ekonominya. Akhirnya pada 1 Oktober 1964, dilansir dari Japan Rail Pass, Jepang meluncurkan kereta cepat Shinkansen pertamanya yang diberi nama Hikari serta menandai dimulainya Shinkansen.


Tokyo-Osaka Nozomi Shinkansen (Sumber: railpass-japan.com)

Setelah sukses dengan Shinkansen pertamanya, pada 1975 Jepang meluncurkan Shinkansen keduanya yang diberi nama Sanyo Shinkansen. Sepuluh tahun berselang, Jepang meluncurkan Shinkansen bernama Green Class yang lebih cenderung menawarkan pengalaman bagi penumpangnya karena menawarkan kelas utama atau first class.


Tak butuh waktu lama, pada 1992 Jepang kembali memperkenalkan Nozomi Trains. Nozomi merupakan Shinkansen series 300. Nozomi berjalan di lajur Tokaido dan lajur Shanyo Shinkansen. Nozomi saat ini adalah kereta tercepat di Jepang. Pada 1997, lahirlah Akita Nagano Shinkansen yang merupakan kereta cepat mini yang dibangun untuk memaksimalkan jalur sempit antarrel (narrow-gauge) di Jepang yang biasanya dipakai oleh kereta non-Shinkansen.


Selanjutnya ada Hokkaido Shinkansen yang diluncurkan pada 2016 di mana kereta cepat ini unik karena menghubungkan terowongan bawah laut yang diberi nama Terowongan Seikan. Terowongan tersebut menghubungkan Hokkaido dengan Pulau Honshu. Pokok’e untuk urusan perkeretaan, Jepang memang terkenal ahli di bidangnya.


Whoosh yang Memacu Adrenalin dan Dopamin Sekaligus


Nah, bagaimana dengan perjalanan kereta cepat yang ada di Indonesia hingga kini menjadi yang pertama di Asia Tenggara? Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung ini sebenarnya sudah digagas sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2011. Studi kelayakan kereta ini sempat dikerjakan pemerintah Indonesia dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), dengan pertimbangan dua rute. Ekspektasi pendanaan di rute Jakarta-Surabaya sempat mencapai Rp 100 triliun, sementara perkiraan nilai awal proyek di rute Jakarta-Bandung sepanjang 150 km sebesar Rp 67 triliun.



Namun, Cina masuk sebagai tandingan Jepang yang akhirnya dipilih oleh pemerintah untuk mengerjakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Konstruksi proyek tersebut berjalan dengan 60 persen saham dimiliki konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN, dan sisanya dipegang pemerintah Cina, melalui China Railway International Co. Ltd.


Kerja sama antara Indonesia dan China kemudian dipertegas dengan pendirian PT KCIC selaku konsorsium Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada 16 Oktober 2015. Ketetapan itu berdasarkan akta No. 86 yang memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) dalam Surat No. AHU-2461647 AH.01.01.11 Tahun 2015 tertanggal 20 Oktober 2015. 


Pada 2016, setahun setelah KCIC dibentuk, proyek KCJB ditetapkan sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.


Kemenhub juga menerbitkan izin pembangunan KCJB sepanjang 142,3 kilometer. Ketika itu, Presiden Joko Widodo melaksanakan peletakan batu pertama atau ground breaking di Kebun Teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.


Kenyamanan kereta cepat Whoosh jadi moda idaman (Dok. antara.com)


Pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung semakin dikebut pada 2018. Hal itu ditandai dengan penandatangan kontrak kerja sama dengan Cars Dardela Joint Operation (CDJO) selaku pengawas konstruksi. Selain itu, terdapat perjanjian pemanfaatan lahan Stasiun Halim dan trase KCJB. Sempat molor lantaran pandemi Covid-19, pada 2021, pemerintah Indonesia menggenjot pengerjaan proyek tersebut hingga pada 20 April 2022 dilaksanakan pemasangan rel pertama di kawasan Tegalluar, kemudian breakthrough Tunnel 2 yang menandai tembusnya seluruh tunnel proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (13 tunnel) di 17 Juni 2022.


Nah, pada 2023, PKCIC telah memulai uji coba gratis Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Dalam proses uji coba itu, penumpang tidak perlu membayar dan setiap harinya terdapat 4 jadwal keberangkatan, khusus untuk masyarakat yang tinggal di pinggiran jalur. Saat ini, kereta cepat Whoosh sudah dapat dinikmati oleh masyarakat yang ingin melakukan perjalanan dengan rute Jakarta – Bandung. Tentu saja hal ini menimbulkan euforia yang luar biasa di kalangan masyarakat. Mereka penasaran untuk menjajal Whoosh si ular besi yang super cepat.


Kabarnya, kereta cepat juga akan dapat dinikmati oleh masyarakat yang akan melakukan perjalanan rute Jakarta – Surabaya. Eittss, tapi … sabar dulu ya. Untuk saat ini kita cobain Whoosh yang rute Halim – Tegalluar aja dulu deh.


Whoosh bikin perjalanan maknyus. (Sumber: tempo.co)


Dari Benci dan Rindu Bisa Menjadi Klangenan Buat Aku dan Kamu


Saat masih proses uji coba kereta cepat Whoosh, banyak yang bertanya-tanya tentang cara pemesanan tiket dan apa aja yang bisa dinikmati ketika traveling. Terus terang saat itu saya cuma bisa sekadar penasaran dan belum bisa ikut menikmati keriuhan itu karena saya saat ini tinggal di Jawa Timur. Antrean pemesanan tiket dan antusiasme calon penumpang bikin saya mundur. Lha kok gitu?


Lha iya dong, saya belum punya alasan dan kemudahan untuk melakukan perjalanan dengan kereta cepat Whoosh itu. Sebagaimana saya dulu yang benci, tapi rindu dengan kereta api, sekarang saya pun masih diliputi kerinduan menjelajah kota-kota, terutama yang dilewati jalur kereta cepat Whoosh. 


Akan tetapi, belakangan ada yang bikin gelora untuk mencoba si ular besi yang super cepat itu makin meronta-ronta. Apalagi kalau bukan BRI yang mlemeri saya untuk menggunakan kemudahan BRImo saat memesan tiket Whoosh, si kereta cepat itu.


Rasanya tak mungkin kali ini saya bisa bertahan dari godaan yang bertubi-tubi ini. Apalagi BRI tengah kembali menghadirkan BRImo FSTVL 2024 untuk seluruh nasabah Tabungan BRI pengguna Super Apps BRImo dimulai dari 1 Oktober 2024-31 Maret 2025. Jelas ini sangat berat untuk dilewatkan karena promo ini sangat menggiurkan dengan #BerlimpahHadiah dan segala keuntungannya.



#BRImoFSTVL merupakan sebuah program loyalti yang dipersembahkan kepada seluruh nasabah Tabungan BRI. Program Undian Berhadiah adalah Program loyalti yang diberikan kepada seluruh pengguna Tabungan BRI dalam bentuk undian berhadiah yang bersumber dari setiap rata-rata saldo dan nominal BRI Poin yang dimiliki nasabah selama periode program.


Program Direct Gift (Redeem BRIPoin) adalah Program loyalti yang diberikan kepada seluruh nasabah Tabungan BRI (BritAma dan Simpedes), pengguna e-banking (BRImo, Qlola Internet Banking, dan ATM), Kartu Debit dan Kartu Kredit BRI akan mendapatkan reward dalam bentuk BRIPoin atas setiap transaksi yang dilakukan.


Pakai BRImo serbauntung, serbamudah (Sumber: Pribadi)


Memangnya saya sudah punya rekening dan memakai aplikasi #BRImo di smartphone? Haddeeuuhh, ya itu mah sudah jelas punya dooong. Gini hari gak punya rekening di BRI yang banknya ada di hampir seluruh pelosok Nusantara? Jangan ya, Dek yaaa! Kalau gak punya, bagaimana kita bisa ikutan BRImo FSTVL? Heuheuheu


BRI bikin saya makin semangat karena apresiasi serta pengalaman akan diberikan kepada seluruh nasabah yang terus meningkatkan saldo serta memperbanyak transaksi menggunakan #BRImo, Kartu Debit, dan Kartu Kredit BRI. Saya yakin siapa pun tidak akan sanggup menahan keseruannya.



Ya, memang semenggiurkan itu karena kita bisa meraih 100.000 hadiah langsung di BRImo FSTVL dan juga kesempatan memenangkan hadiah undian BMW 520i M Sport, Hyundai Creta Alpha, dan kendaraan bermotor Vespa Primavera! Wooow, keren banget kaaan? Sssttt, jangan lewatkan juga hadiah mingguan yang ada di Friday Deals! Dijamin bakalan bikin happy juga.


Nah, ini dia yang terpenting, Temans. Perbanyak nabung di BRI agar kesehatan finasialmu makin terjaga dan tingkatkan terus transaksimu di BRImo FSTVL melalui #BRImoMudahSerbaBisa agar bisa ikutan BRImo FSTVL 2024. Salah satunya pakai BRImo saat kamu mau memesan tiket kereta cepat Whoosh. Jika kamu pikir itu bakalan susah, mungkin kamu harus cobain sendiri pakai aplikasi BRImo ini deh. Caranya? Yuk ikutin langkah-langkah yang sudah aku praktikkan berikut ini.


7 Cara Mudah Pesan Tiket Kereta Whoosh Pakai Aplikasi BRImo


Dikutip dari www.portal.dephub.go.id, Menhub pernah mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang menjadikan Whoosh sebagai tujuan wisata. Mereka banyak yang ingin merasakan naik Whoosh. Begitu tiba di Jakarta, mereka langsung menjajal LRT yang terkoneksi dengan Whoosh, lalu menikmati wisata kuliner, kemudian balik kembali pada hari yang sama. Bahkan ada pula warga dari Malaysia juga turut antusias menjajal Whoosh dengan mendarat di Kertajati, lalu menginap semalam di Bandung, naik Whoosh ke Jakarta, kemudian kembali lagi ke Malaysia.


Tuh kan, warga negeri jiran saja bisa seantusias itu. Kita juga tentu gak mau ketinggalan dong. Eh, tapi gak usah khawatir bakal ribet atau lama, langsung ambil handphone kamu dan segera pesan tiket kereta Whoosh lewat BRImo. Begini langkah-langkahnya:


Langkah pertama:

Tunda dulu pesanan makananmu lewat babang kurir, hehehe. Biar gak lupa, segera download BRImo sekarang juga jika kamu belum punya! Kamu bisa dapatkan Super Apps BRImo di Google Play Store atau di App Store.



Langkah kedua:

Nah, setelah punya aplikasi BRImo, jangan kamu pandangin aja, emang dia pacarmu? Segera log in dan lihat fitur-fitur yang terpampang nyata di dalamnya.


 
 

Langkah ketiga:

Klik fitur lifestyle yang bergambar tas seperti berikut ini. Jangan klik yang lain, kecuali jika kamu kehabisan kuota dan pengen isi ulang dulu, hehehehe.


 

Langkah keempat:

Klik fitur Whoosh secepatnya agar tidak segera kehabisan tiketnya. Jika ingin berselancar untuk transaksi yang lainnya, tinggal balik lagi dengan mudah.



Langkah kelima:

Pesan tiket yang kita inginkan, dan lanjut dengan Isi data pribadi serta kelengkapannya. 



Langkah keenam:

Pilih tempat duduk sesuai keinginan, tapi jika masih tersedia ya, Gaes. Makanya jangan kelamaan mikirnya. Buruan pesan sekarang juga supaya bisa bebas memilih.




Langkah ketujuh:

Klik pembayaran dan itu bisa langsung dipotong dari saldo tabungan BRI kita. Jadi gak perlu ke mana-mana, Gaes. Sesimpel itu .... Klik Bayar, konfirmasi transaksi, dan selesai deh. Lanjut makan seblak pesananmu udah boleh kok. Iya, beneran semudah itu.



Selanjutnya kita bisa segera siapin tas atau koper untuk menikmati traveling naik Whoosh. Kamu pasti gak sabar untuk segera menikmati pengalaman luar biasa yang sudah menanti di sana. Dengan meningkatkan transaksi melalui BRImo, kesempatan mendapat beragam hadiah dari BRImo FSTVL juga makin terbuka. Whoosh ... BRImo FSTVL, aku dataaang!!!


Kamu mau ikut juga kaaan???


 

Banyak orang mengenal Cianjur sebagai salah satu daerah sentra produksi beras di Indonesia. Hal ini tak luput dari iklim di daerah Cianjur yang cocok untuk pertanian padi. Daerah ini memiliki tanah yang subur  dan sumber air yang melimpah sehingga mendukung pertumbuhan padi dengan kualitas tinggi.


Setya Gustina Riwayat. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Namun ternyata di kemudian hari, seorang pemuda Cianjur bernama Setya Gustina Riwayat menemukan hal unik tentang daerah asalnya tersebut. Nyatanya, pasar terbesar komoditas jagung dari daerah manapun adalah justru daerah Cianjur.


“Dari Jawa, dari manapun, kirim jagungnya ya ke Cianjur,” cetus Setya.


Jadilah ia mencoba masuk di sektor pertanian jagung. Awalnya, ia hanya mencoba satu setengah hingga tiga hektar. Namun di kemudian hari, permintaan pasar semakin besar.


Setya akhirnya menjadi pelopor pengembangan tanaman jagung hibrida di Cianjur, Jawa Barat. Ia pun telah membuktikan bahwa pertanian tidak sekadar membudidayakan tanaman, tetapi juga tentang inovasi dan keberanian mengambil risiko.


Latar belakang Setya di bangku kuliah bidang Ilmu Perdagangan Internasional pun tidak menghalangi dirinya untuk beralih ke sektor pertanian. Ia melihat bahwa keluarganya sebagian besar merupakan petani sehingga merasa terdorong untuk memberikan kontribusi nyata di bidang yang sama.


Meskipun demikian, awalnya Setya mengaku bahwa langkah tersebut seperti sebuah "program bunuh diri." Di Cianjur, daerah yang dominan dengan komoditas beras, menanam jagung merupakan sebuah tantangan besar.


Namun, Setya melihat adanya peluang besar kebutuhan jagung di daerah Cianjur. Ia pun mulai mengajak para petani lain, baik petani muda maupun yang telah berpengalaman untuk ikut serta dalam program kemitraan pertanian jagung. Dengan visi yang jelas, ia membentuk Rumah Petani Indonesia sebagai wadah bagi para petani jagung untuk saling berbagi informasi, memecahkan berbagai masalah, dan mencari solusi atas kendala yang dihadapi, seperti kelangkaan pupuk dan benih.

 

Perkembangan Rumah Petani Indonesia


Rumah Petani Indonesia didirikan oleh Setya dengan tujuan untuk mempersatukan para petani dalam satu komunitas. Melalui Rumah Petani Indonesia ini, Setya berharap dapat mengatasi berbagai kendala yang umum dihadapi petani, seperti harga pupuk dan benih yang tinggi, serta ketersediaan bahan-bahan tersebut yang sering kali langka.



Setya dan para petani jagung. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Dengan membentuk kelompok tani ini, Setya menghimpun para petani jagung yang tertarik untuk mengembangkan tanaman jagung mereka. Hingga tahun 2023 lalu, Setya dan timnya mengelola lahan sekitar 70 hektar di bawah bimbingan mereka, sedangkan jika digabungkan dengan perusahaan-perusahaan mitra, lahan tersebut bisa mencapai hampir 135 hektar.


Banyak perusahaan yang bermitra dengan Rumah Petani Indoensia untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jagung sehingga standar operasional yang dimiliki Setya menjadi acuan dalam proses penanaman dan perawatan tanaman jagung.


“Kita kan ada standar penanamannya, kemudian ada standar untuk bagaimana sih jika ingin hasilnya bagus dan sebagainya. Itu kita punya SOP. Makanya banyak perusahaan yang bermitra dengan kita untuk pengembangan di tanaman jagung,” jelas Setya.

 

Potensi Jagung Hibrida yang Tidak Terbuang


Salah satu alasan mengapa Setya memilih jagung sebagai komoditas utama adalah karena hampir seluruh bagian dari tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Biji jagungnya dapat dijadikan pakan ternak hingga bahan untuk industri makanan. Batangnya juga digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk ternak pedaging dan sapi perah. Bahkan, bonggol jagung yang sering kali dianggap limbah, ternyata dapat dijadikan briket atau pakan ternak jika diolah dengan baik.


Menurut Setya, jagung memiliki potensi ekonomi yang besar dan mampu mengatasi banyak asumsi lama tentang pertanian yang dianggap kotor atau tidak menjanjikan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, Setya berharap pertanian di Indonesia dapat terus berkembang.


“Sebetulnya asumsi-asumsi bahwa petani itu kotor, sebetulnya asumsi dulu gitu ya. Bahwa orang pikir jadi petani itu kotor, ke kebun, kena lumpur di sawah, atau mungkin ketemu ular. Kalau sekarang bagaimana dengan teknologi informasi yang makin maju dan pesat. Kita juga jadi banyak belajar, juga melihat bagaimana perekonomian petani jagung di Amerika seperti apa, di Eropa seperti apa. Mereka sudah memasuki teknologi industri pertanian. Kalau kita kan kebanyakan masih konvensional gitu. Masih pakai cangkul, masih pakai mesin-mesin biasa. Untuk mempertahankannya adalah bagaimana kita memadukan itu antara konvensional dengan kemajuan teknologi industri. Jadi lebih efisiensi juga tanpa meninggalkan petani-petani yang memang sudah berjalan lama,” papar Satya.

 

Tantangan dan Solusi di Dunia Pertanian Jagung


Setya menyadari bahwa menjadi petani di Indonesia bukanlah perkara mudah. Di tengah tantangan kelangkaan pupuk dan benih, Setya bersama Rumah Petani Indonesia berupaya mencari alternatif solusi. Salah satunya melalui kemitraan dengan perusahaan penghasil pupuk organik.


Meski demikian, menurutnya, pertanian jagung bisa lebih menguntungkan daripada komoditas lain, seperti padi. Ia mencontohkan bahwa modal awal penanaman jagung hanya sekitar 14 hingga 15 juta rupiah dan untuk penanaman berikutnya bisa lebih murah.


Setya bersama seorang petani jagung. (Sumber foto: Instagram @rumahpetani.indonesia)


Dengan perhitungan yang ada, menurutnya menanam jagung masih lebih untung meski sudah termasuk menghitung biaya tenaga kerja. Sementara dalam menanam padi, banyak petani mengatakan untung padahal tidak menghitung biaya tenaga kerja petani itu sendiri.


Oeh karena itu, Setya menekankan pentingnya mengajak para petani untuk memahami perhitungan keuntungan secara menyeluruh, termasuk menghitung biaya tenaga kerja agar mereka memiliki pandangan yang lebih realistis tentang keuntungan yang didapatkan.

 

Penghargaan dan Makna Pertanian Bagi Lingkungan


Pada tahun 2023 lalu, Setya Gustina menerima penghargaan SATU Indonesia Awards untuk kategori lingkungan tingkat provinsi Jawa Barat. Penghargaan ini menjadi bukti nyata dari kontribusi Setya dan Rumah Petani Indonesia dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan.


Menurut Setya, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa pertanian berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Jika minat terhadap pertanian semakin menurun, akan banyak lahan yang beralih fungsi menjadi area industri atau perumahan yang justru akan memperparah masalah lingkungan, seperti pencemaran dan urbanisasi. Setya berharap dengan semakin banyaknya anak muda yang tertarik ke bidang pertanian, desa-desa tidak lagi ditinggalkan sehingga keseimbangan ekonomi dan lingkungan dapat terjaga.


“Padahal dengan mereka bertani itu keuntungannya luar biasa sebagai dampak dari pertanian yang bersinggungan dengan lingkungan,” cetusnya.


Setya Gustina adalah contoh nyata bahwa keberhasilan dalam pertanian membutuhkan inovasi, kemitraan serta semangat pantang menyerah. Melalui Rumah Petani Indonesia, ia bukan hanya menciptakan peluang ekonomi bagi petani jagung di Cianjur, tetapi juga memberikan inspirasi kepada masyarakat luas bahwa sektor pertanian dapat memberikan dampak positif yang luas, baik secara ekonomi maupun lingkungan.


Setya berharap generasi muda Indonesia akan lebih tertarik ke dunia pertanian sehingga mendapatkan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan sosial yang terus terjaga di masa depan.

 

 

Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi beberapa waktu lalu dalam waktu yang tidaklah singkat, sempat membuat hancur dunia pertanian di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Padahal kebanyakan masyarakat di daerah tersebut sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama.


Nazri Syahputra. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Peristiwa inilah yang menjadi salah satu awal Muhammad Nazri Syahputra terjun ke dunia pertanian. Ia mengenalkan hidroponik sebagai solusi bagi para petani yang kesulitan bercocok tanam seperti biasanya.


“Abu vulkanik itu membuat pertanian Karo jadi porak poranda. Sehingga kita hadir di sana untuk memberikan sebuah solusi. Jadi, tim trauma healing juga di sana. Dan alhamdulillah, diterima oleh masyarakat Karo. Kita kenalkan pertanian ini dan alhamdulillah mendapat respon yang luar biasa hingga saat ini,” ujar Nazri.


Seiring waktu, ternyata Nazri menyadari satu hal, sektor pertanian ternyata memiliki potensi bisnis yang luar biasa. Memahami hal tersebut, pria yang aslinya sarjana Pendidikan Matematika ini pun kemudian bertekad dalam hati untuk terus menekuni sektor pertanian.

 

Membawa Ilmu Hidroponik dari Bogor ke Medan


Kisah perjalanan hidup Nazri bisa dibilang cukup unik. Jika menuruti ijazahnya, seharusnya Nazri kini menjadi bapak guru matematika. Namun yang terjadi adalah selepas kuliah tahun 2011 dari Universitas Sumatra Utara, ia justru terjun ke dunia bisnis.


Sempat di-training provider. Sempat buat travel juga. Jatuh bangun kandas di travel. Akhirnya lari kecemplung di sektor pertanian,” kenang Nazri.


Usai mencoba bisnis, kemudian jatuh bangun bangkrut, ia menjalankan hobi backpacker-nya dari satu kota ke kota lain. Nazri mengaku sempat belajar ke mendiang Bob Sadino, pengusaha legendaris yang turut mempopulerkan hidroponik.


Akhirnya, Nazri menuju Kota Bogor untuk belajar ke sebuah tempat yang direkomendasikan Bob Sadino. Selama kurun waktu setahun, mulai tahun 2013 hingga 2014, Nazri belajar hidroponik. Setelah selesai, ilmunya itu lalu ia bawa ke Medan.


Salah satu cara hidroponik yang dilakukan oleh Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Awalnya ia  coba-coba mempraktikkan ilmu hidroponik tersebut. Setelah berhasil, kemudian ia hubungi teman-temannnya untuk diajak membuat sebuah lembaga kecil yang berupa lembaga relawan.


“Pada saat itu kondisi Sumatra Utara, khususnya Tanah Karo dalam kondisi memprihatinkan di mana kondisi Gunung Sinabung sedang gelisah hatinya.”


Di situlah awal Nazri serius menekuni pertanian hidroponik hingga menjadikannya sebagai bisnis besar saat ini.

 

Terinspirasi Cerita Petani yang Menguliahkan Anaknya ke Luar Negeri


Ada sebuah cerita menarik yang membuat Nazri tersadar bahwa pertanian bisa menjadi sebuah bisnis yang memiliki masa depan bagus. Ceritanya, suatu ketika saat ia melakukan pendampingan dengan teman-teman pengungsi Gunung Sinabung, saat itulah ia sempat melakukan wawancara dari satu orang ke orang yang lain.


Tanpa ia duga, Nazri mendapatkan cerita yang luar biasa dari para petani tersebut. Saat menanyakan di mana keberadaan anak-anak para petani ini, ternyata beberapa dari mereka menjawabnya di luar negeri.


“Mereka jawabnya di luar. Saya penasaran di luar itu di mana,; di luar Pulau Sumatra-kah atau di mana? Saya kepo gitu. Kami tanyain, ternyata kebanyakan anak petani-petani kita yang ada di sana itu bukan di Indonesia, tetapi di luar negeri. Ada yang di Australia University, Sidney University,” cerita Nazri.


Mendengar jawaban tersebut, Nazri jadi langsung jatuh hati dengan dunia pertanian karena ternyata, sektor pertanian nyatanya seperti memiliki kekayaan atau potensi bisnis yang luar biasa.


“Dan sejak itu saya azamkan hidup mati saya insyaAllah di sektor pertanian,” tekad Nazri.


Sejak melakukan pendampingan pengungsi Gunung Sinabung di tahun 2016, seiring waktu Nazri pun kemudian mendirikan perusahaan sekaligus membuat Komunitas Hidroponik Sumatra Utara yang lalu ia legalkan.


Sistem Hidroponik buah strawberry yang dikembangkan Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Kini ada puluhan kabupaten dan kota di Sumatra Utara dengan lebih kurang sekitar dua ratusan petani produktif yang ia bina. “Jadi, sayur-sayur yang mereka tanam itu SOP-nya dari kita. Apa yang mereka tanam itu juga informasi dari kita. Jadi tidak ada yang bentuknya over kapasitas. Jadi misalnya si A nanam sawi, si B nanam selada, jadi semuanya itu sudah menurut permintaan pasar yang ada seperti itu. Jadi nggak sembarang nanam aja. Kalau sembarang nanam yang repot kita juga” jelas Nazri.


Jadi gerak dari perusahaan Nazri adalah memasarkan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasarnya ada di Sumatra Utara hingga ke luar Sumatra Utara.

 

Beberapa Alasan yang Membuat Nazri Memilih Serius di Sektor Pertanian


Selain hasil keuntungan yang cukup besar, ternyata ada beberapa alasan yang membuat Nazri memilih serius menekuni sektor bisnis pertanian, khususya hidroponik. Menurutnya, ada satu hal yang benar-benar memikat hatinya, yaitu rasa nilai yang tidak bisa didapatkan di bisnis lain.


“Menanam satu benih, menanam satu kebaikan. Jadi ketika tanaman itu kita tanam, dan kita rawat sampai besar, dan kita panen sayur berkualitas, buah-buahan berkualitas, dikonsumsi banyak orang, orang juga sehat, dan kita juga mendapat kebaikan di sana. Jadi hal nilai itu yang selalu kita jaga,” jelasnya.


Hal itu juga yang ia sampaikan ke anak-anak muda bahwa pertanian memiliki potensi bisnis yang tidak kalah menarik dibanding bisnis-bisnis yang lain. Menurut Nazri, di mana hal ini juga sering ia sampaikan kepada banyak anak muda lain, pertanian merupakan salah satu bisnis yang selama manusia masih hidup, sektor ini akan terus ada. Sederhananya, karena manusia butuh makan, jadi manusia butuh sektor pertanian untuk bisa bertahan hidup.


Salah satu green house yang dikelola Nazri. (Sumber foto: Instagram @nazri_hidrosinergiutama)


Apalagi sejak Nazri berhasil mendapat apresiasi penghargaan SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi Sumatra Utara di tahun 2023 atas semangat dan karyanya ini, ia makin bertekad bahwa sektor pertanian tidaklah bisa dipandang sebelah mata.


“Tugas kita meresonansi, menyampaikan pemikiran-pemikiran, semangat di sektor pertanian ini untuk anak-anak muda terus menjaga semangat pertanian. Karena kalau tidak ada petani mau jadi apa negara kita. Karena negara kita dikenal negara agraris di mana sektor pertanian adalah yang paling utama menopang negara ini. Kalau tidak ada anak-anak muda, siapa lagi? Kalau bukan kita siapa lagi?” papar Nazri.


Ia berharap besar, semoga banyak anak muda yang tidak meninggalkan sektor pertanian. Apalagi saat ini, sektor pertanian kebanyakan masih dipegang oleh mereka yang berusia di atas 40 hingga 50-tahunan. Kaum muda inilah yang akan meneruskan keberlanjutan pertanian di masa depan. Sehingga semangat kebersamaan untuk menjaga pertanian demi masa depan bangsa dan negara harus terus ditanamkan.

Pada tahun 2022, sebuah inisiatif lingkungan lahir dari masalah pribadi yang dirasakan oleh Ima Rida, pendiri Magi Farm. Hal ini bermula dari dirinya yang telah lama melakukan pemilahan sampah di rumahnya, tetapi ia masih merasa kurang puas karena sampah yang dipilah akhirnya tercampur kembali saat diangkut dan kemudian dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir atau TPA.


Ima Rida dan Magi Kit, bagian dari produk Magi Farm yang bisa digunakan di rumah tangga. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Kenyataan ini menimbulkan rasa bersalah bagi Ima. Ia menyadari, sampah yang berakhir di TPA dengan kondisi tercampur antara sampah organik dan anorganik justru memperparah masalah lingkungan.


Sampah organik, meski terurai, membutuhkan waktu dan menghasilkan gas yang mampu menyumbang penyebab pemanasan global. Sedangkan sampah anorganik di TPA yang tidak bisa terurai perlu membutuhkan proses daur ulang.


Dari serentetan fakta itulah, Ima terpikirkan untuk menemukan solusi yang lebih baik terhadap masalah sampah yang ada, terutama bagi sampah organik.

 

Kesadaran Terhadap Bahaya Sampah yang Salah Penanganan


Sebelum mengenal keberadaan maggot, Ima melakukan metode komposting untuk mengolah sampah organik yang ia hasilkan di rumahnya. Namun, proses penguraian sampah menjadi kompos ini memerlukan waktu yang tak bisa cepat terurai. Sementara itu, sampah makanan di rumahnya bisa terus bertambah setiap harinya.


Ima merasa kecepatan proses komposting tersebut tidak seimbang dengan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Sementara itu, jika sampah organik dibiarkan begitu saja, bisa membusuk dapat menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.


Kesadaran Ima akan pentingnya pengelolaan sampah yang tepat muncul setelah ia memahami dampak buruk sampah pada lingkungan.


Ima Rida. (Sumber foto: Instagram @imaridaa)


“Padahal dulu kan waktu kecil yang ku tahu, oh ni kulit pisang nih, udah buang aja sembarangan. Ntar kan juga ilang. Tapi ternyata nggak begitu proses si kulit pisang ini bisa sampai terurai sempurna. Itu bisa mengeluarkan gas metana yang berbahaya yang kalau di TPA, gas metana ini bisa bikin meledak tuh. Trus kalau di muka bumi biasa bisa berkontribusi terhadap global warming sama climate change,” jelas Ima.


Pemahaman inilah yang memotivasinya untuk mendirikan Magi Farm agar sampah makanan bisa diolah dengan benar dan bermanfaat bagi lingkungan.

 

Magi Farm, Solusi Pengelolaan Sampah Organik yang Inovatif


Suatu ketika, Ima menemukan solusi dengan maggot yang merupakan larva lalat hitam atau black soldier fly. Larva ini mampu menguraikan sampah makanan lebih cepat. Secara alami, maggot bisa mengonsumsi sampah organik dan menghasilkan pupuk organik dalam waktu singkat.


Setelah keberhasilannya mengolah sampah makanan sendiri, Ima terinspirasi untuk berbagi solusi ini dengan masyarakat luas. Terutama, untuk skala rumah tangga, hotel, dan restoran yang ada di Bali. Di Magi Farm, Ima membuka kesempatan kerja sama bagi siapa saja yang ingin mengelola sampah organik mereka secara lebih bertanggung jawab.


Magi Kit, salah satu produk utama dari Magi Farm. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Maka lahirlah Magi Farm, sebuah social enterprise yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam menangani sampah makanan. Magi Farm menawarkan solusi inovatif dalam pengelolaan sampah makanan dengan menggunakan maggot.


Usaha ini menawarkan dua pilihan bagi pelanggan. Pertama, pelanggan dapat mengumpulkan sampah makanan mereka di ember khusus yang disediakan Magi Farm yang nantinya akan diolah menggunakan maggot. Kedua, mereka bisa mengadopsi larva-larva maggot dalam Magi Kit yang dapat ditempatkan di rumah.


Tim dari Magi Farm yang mengumpul sampah organik dari pelanggan. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Dengan mengadopsi Maggi Kit, sampah makanan dapat diolah sendiri secara langsung di rumah sehingga pelanggan Magi Farm bisa melihat proses penguraian yang dilakukan oleh maggot. Nantinya, seminggu sekali, sampah dan maggot yang sudah besar akan diambil oleh tim Magi Farm dan diganti dengan larva maggot yang baru.


Selain mengolah sampah makanan, Magi Farm juga menghasilkan berbagai produk turunan dari maggot. Maggot hidup dapat dijadikan pakan ternak untuk ikan lele dan ayam, sementara maggot yang dikeringkan bisa menjadi pakan untuk hewan peliharaan eksotis, seperti koi, tokek, dan sugar glider.



Berbagai produk turunan Magi Farm. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)


Salah satu produk unggulan Magi Farm adalah suplemen untuk anjing. Suplemen ini bukanlah makanan utama, tetapi digunakan sebagai topping tambahan. Mengingat populasi anjing di Bali cukup besar, suplemen ini pun mendapat sambutan positif dari para pemilik hewan peliharaan.


Sejauh ini, perjalanan Magi Farm tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Mulai dari yayasan Kopernik, NGO yang bergerak di bidang isu lingkungan dan sosial, serta komunitas lingkungan lainnya. Berkat dukungan tersebut, Magi Farm berhasil mendapatkan informasi dan panduan dalam mengolah sampah makanan dengan maggot secara lebih efektif.


Respon dari masyarakat pun cukup positif, terutama di Bali. Beberapa pemilik restoran, hotel, bahkan rumah tangga di Bali menunjukkan ketertarikan terhadap pengelolaan sampah yang berkelanjutan.


Salah satu hotel bintang lima di Bali yang menggunakan jasa Magi Farm untuk pengolahan sampah organiknya. (Sumber foto: Instagram @magifarm_id)



Hingga kini, Magi Farm telah berkembang dan memiliki lima anggota tim. Ima sendiri memilih fokus penuh di awal tahun 2023 mengembangkan Magi Farm dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya.


Kini, walaupun Magi Farm sudah berhasil mengolah lima ton sampah dalam setahun, Ima merasa usahanya tersebut masih perlu ditingkatkan untuk mencapai dampak yang lebih signifikan. Sampah makanan yang dihasilkan di Indonesia masih sangat tinggi dan sebagian besar berakhir di TPA. Ima berharap semoga makin banyak masyarakat yang mau memilah dan mengelola sampah organik di rumah sehingga masalah sampah bisa makin ditekan.


Magi Farm juga terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Langkah kecil seperti memilah sampah atau mengolahnya sendiri sudah dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan.


Dalam perjalanannya membangun Magi Farm, Ima memiliki satu pesan penting bagi masyarakat yaitu ajakan untuk memulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, dengan pilah-pilih sampah organik dan non-organik di rumah, atau mencoba mengolah sampah makanan sendiri dengan metode sederhana.


Menurutnya, langkah-langkah kecil ini jika dilakukan secara konsisten, bisa membawa perubahan besar dan positif bagi lingkungan kita.


Atas kiprahnya bersama Magi Farm yang turut peduli pada lingkungan, Ima mendapat Apresiasi SATU Indonesia Awards di tahun 2023 untuk tingkat Provinsi Bali di bidang lingkungan.