Saat ini Indonesia telah resmi memiliki layanan kereta cepat yang bernama Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Kereta ini konon diklaim sebagai kereta tercepat se-Asia Tenggara dengan kecepatan 350 kilometer (km) per jam. Kebayang dong cepatnya, whoosh … laksana angin.
Kereta cepat Whoosh, solusi perjalanan menyenangkan (Sumber: detik.com) |
Asyiknya nih, perjalanan Jakarta-Bandung jadi hanya memakan waktu sekitar 45 menit saja. Makanya tepatlah kereta ini diberi nama Whoosh sebagai gambaran dari cepatnya operasional dan (ternyata) juga menjadi singkatan dari Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Hebat. Unik dan keren ya?!
Kita juga pasti sudah tahu bahwa setelah melalui proses dan lika-liku pembangunan yang memakan waktu kurang lebih tujuh tahun, KCJB yang dioperasikan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ini akhirnya diresmikan pada 2 Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta Timur oleh presiden kala itu, Joko Widodo.
Kereta dan Dua Dekade Perjalanan Penuh Drama
“Jika boleh memilih, aku mau naik kereta aja, Bunda. Aku males naik mobil karena macet dan lama. Aku sering mual kalau naik bus karena sering ngerem ndat-ndut gitu. Naik kereta lebih mbois, enjoy, dan cepat. Semua kendaraan malah disuruh berhenti kalau kereta mau lewat. Mantap kan?” ujar Bumi, anak bungsuku yang berusia 12 tahun pada suatu hari.
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Rumi, kakaknya. Kedua anakku memang fans kereta garis keras. Tak peduli apa pun jenis dan bentuknya, lokal maupun antarkota, apa pun kategori kelasnya, kereta adalah moda transportasi yang pertama akan mereka pilih jika ingin traveling ke suatu tempat.
Sedemikian tergila-gilanya Bumi dengan kereta, ia bahkan hapal hampir segala jenis dan tipe kereta. Ia juga memiliki akun Instagram yang isinya gambar kendaraan-kendaraan besar, termasuk kereta hasil coretan tangannya. Ia tak mau melewatkan kesempatan acap kali ada pameran yang berkaitan dengan kereta.
Gambar kereta di Instagram Bumi (Sumber: @pensilbumi) |
Saya sendiri pun termasuk pengguna yang cukup loyal dan punya banyak memori dengan kereta. Hal ini karena saya pernah melaju ketika masih tinggal di Depok dan bekerja di Bogor. Kereta saat itu memang belum seaman dan senyaman sekarang. Tetapi saya tak punya pilihan lain karena harus mengejar waktu ke kantor dan memiliki kesempatan bisa tidur di perjalanan, itu pun jika kebagian kursi.
Perjalanan dua jam berangkat yang dimulai setelah Shalat Subuh dan berulang kembali dua jam saat menjelang azan magrib membuat saya betul-betul merindukan istirahat atau tidur. Di keretalah saya bisa tetirah sejenak dan di sana pula saya mulai berempati pada penumpang lain sesama komuter yang ketiduran di kereta. Saking lelapnya tidur, mereka tak lagi peduli perubahan bentuk wajahnya yang sudah full make-up sejak berangkat dari rumah.
Hubungan saya dengan kereta saat itu memang masih sebatas benci dan rindu, belum benar-benar cinta tanpa syarat, eeaahhh. Saya sangat membutuhkannya, tetapi saya juga sering mendapat pengalaman luar biasa menakutkan ketika menumpanginya. Bagaimana tidak, saya pernah mengalami beberapa kali kecopetan, mendapat pelecehan seksual, bahkan hampir menyabung nyawa ketika berhadapan dengan pelajar yang tawuran di dalam kereta.
Tentu saja peristiwa-peristiwa ini terjadi sebelum PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) melakukan revolusi besar-besaran di masa kepemimpinan Bapak Ignasius Jonas. Kereta yang kumuh dan umpel-umpelan kayak di film-film India, perlahan tapi pasti berubah menjadi semakin bersih, tertib, dan terasa nyaman. Saya salut sama kinerja Pak Jonas dan timnya yang bikin wajah perkeretaan di Indonesia bikin makin semringah.
Tapi ternyata kereta biasa itu masih belumlah cukup, Temans. Banyak yang merindukan moda kereta yang bisa lebih sat set, terutama setelah semakin banyak orang yang ingin mudik atau memiliki hobi wisata dan traveling, apalagi yang pernah menyaksikan Shinkansen di Jepang. Yups, Negeri Sakura itu memang merupakan pelopor pertama kereta cepat di dunia. Kita pun jadi ketularan ingin memiliki kereta yang bisa secepat angin seperti Shinkansen itu.
Jepang dan Perjalanan Historis Kereta Cepat Shinkansen
Jepang bisa dibilang suhu alias pakar kereta cepat di dunia. Bagaimana tidak? Proyek kereta cepat di Jepang sudah mulai digagas pada dekade 1930-an di mana Jepang pada masa itu sedang berada dalam periode Restorasi Meiji. Periode tersebut menjadikan negeri matahari terbit itu berusaha memajukan industri dan infrastruktur dalam negeri, termasuk pembangunan jalur rel kereta api.
Akan tetapi, akses Tokyo ke wilayah garis depan terputus pada 1930 akhir sehingga Jepang memutuskan untuk membangun jarak antarrel dengan ukuran standar untuk mempersingkat waktu tempuh antara Tokyo dan Osaka. Jalur itu diberi nama “Shinkansen” yang juga merujuk pada nama kereta cepatnya.
Sempat mangkrak saat memasuki arena Perang Dunia II dan mengalami kekalahan cukup telak, maka pada dekade 1950-an Jepang berupaya untuk membangun kembali negaranya. Salah satu proyek yang menjadi fokus utamanya adalah melanjutkan pembangunan jalur kereta Shinkansen dari Tokyo menuju Osaka sebagai upaya percepatan ekonominya. Akhirnya pada 1 Oktober 1964, dilansir dari Japan Rail Pass, Jepang meluncurkan kereta cepat Shinkansen pertamanya yang diberi nama Hikari serta menandai dimulainya Shinkansen.
Tokyo-Osaka Nozomi Shinkansen (Sumber: railpass-japan.com) |
Setelah sukses dengan Shinkansen pertamanya, pada 1975 Jepang meluncurkan Shinkansen keduanya yang diberi nama Sanyo Shinkansen. Sepuluh tahun berselang, Jepang meluncurkan Shinkansen bernama Green Class yang lebih cenderung menawarkan pengalaman bagi penumpangnya karena menawarkan kelas utama atau first class.
Tak butuh waktu lama, pada 1992 Jepang kembali memperkenalkan Nozomi Trains. Nozomi merupakan Shinkansen series 300. Nozomi berjalan di lajur Tokaido dan lajur Shanyo Shinkansen. Nozomi saat ini adalah kereta tercepat di Jepang. Pada 1997, lahirlah Akita Nagano Shinkansen yang merupakan kereta cepat mini yang dibangun untuk memaksimalkan jalur sempit antarrel (narrow-gauge) di Jepang yang biasanya dipakai oleh kereta non-Shinkansen.
Selanjutnya ada Hokkaido Shinkansen yang diluncurkan pada 2016 di mana kereta cepat ini unik karena menghubungkan terowongan bawah laut yang diberi nama Terowongan Seikan. Terowongan tersebut menghubungkan Hokkaido dengan Pulau Honshu. Pokok’e untuk urusan perkeretaan, Jepang memang terkenal ahli di bidangnya.
Whoosh yang Memacu Adrenalin dan Dopamin Sekaligus
Nah, bagaimana dengan perjalanan kereta cepat yang ada di Indonesia hingga kini menjadi yang pertama di Asia Tenggara? Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung ini sebenarnya sudah digagas sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2011. Studi kelayakan kereta ini sempat dikerjakan pemerintah Indonesia dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), dengan pertimbangan dua rute. Ekspektasi pendanaan di rute Jakarta-Surabaya sempat mencapai Rp 100 triliun, sementara perkiraan nilai awal proyek di rute Jakarta-Bandung sepanjang 150 km sebesar Rp 67 triliun.
Namun, Cina masuk sebagai tandingan Jepang yang akhirnya dipilih oleh pemerintah untuk mengerjakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Konstruksi proyek tersebut berjalan dengan 60 persen saham dimiliki konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN, dan sisanya dipegang pemerintah Cina, melalui China Railway International Co. Ltd.
Kerja sama antara Indonesia dan China kemudian dipertegas dengan pendirian PT KCIC selaku konsorsium Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada 16 Oktober 2015. Ketetapan itu berdasarkan akta No. 86 yang memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) dalam Surat No. AHU-2461647 AH.01.01.11 Tahun 2015 tertanggal 20 Oktober 2015.
Pada 2016, setahun setelah KCIC dibentuk, proyek KCJB ditetapkan sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Kemenhub juga menerbitkan izin pembangunan KCJB sepanjang 142,3 kilometer. Ketika itu, Presiden Joko Widodo melaksanakan peletakan batu pertama atau ground breaking di Kebun Teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Kenyamanan kereta cepat Whoosh jadi moda idaman (Dok. antara.com) |
Pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung semakin dikebut pada 2018. Hal itu ditandai dengan penandatangan kontrak kerja sama dengan Cars Dardela Joint Operation (CDJO) selaku pengawas konstruksi. Selain itu, terdapat perjanjian pemanfaatan lahan Stasiun Halim dan trase KCJB. Sempat molor lantaran pandemi Covid-19, pada 2021, pemerintah Indonesia menggenjot pengerjaan proyek tersebut hingga pada 20 April 2022 dilaksanakan pemasangan rel pertama di kawasan Tegalluar, kemudian breakthrough Tunnel 2 yang menandai tembusnya seluruh tunnel proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (13 tunnel) di 17 Juni 2022.
Nah, pada 2023, PKCIC telah memulai uji coba gratis Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Dalam proses uji coba itu, penumpang tidak perlu membayar dan setiap harinya terdapat 4 jadwal keberangkatan, khusus untuk masyarakat yang tinggal di pinggiran jalur. Saat ini, kereta cepat Whoosh sudah dapat dinikmati oleh masyarakat yang ingin melakukan perjalanan dengan rute Jakarta – Bandung. Tentu saja hal ini menimbulkan euforia yang luar biasa di kalangan masyarakat. Mereka penasaran untuk menjajal Whoosh si ular besi yang super cepat.
Kabarnya, kereta cepat juga akan dapat dinikmati oleh masyarakat yang akan melakukan perjalanan rute Jakarta – Surabaya. Eittss, tapi … sabar dulu ya. Untuk saat ini kita cobain Whoosh yang rute Halim – Tegalluar aja dulu deh.
Whoosh bikin perjalanan maknyus. (Sumber: tempo.co) |
Dari Benci dan Rindu Bisa Menjadi Klangenan Buat Aku dan Kamu
Saat masih proses uji coba kereta cepat Whoosh, banyak yang bertanya-tanya tentang cara pemesanan tiket dan apa aja yang bisa dinikmati ketika traveling. Terus terang saat itu saya cuma bisa sekadar penasaran dan belum bisa ikut menikmati keriuhan itu karena saya saat ini tinggal di Jawa Timur. Antrean pemesanan tiket dan antusiasme calon penumpang bikin saya mundur. Lha kok gitu?
Lha iya dong, saya belum punya alasan dan kemudahan untuk melakukan perjalanan dengan kereta cepat Whoosh itu. Sebagaimana saya dulu yang benci, tapi rindu dengan kereta api, sekarang saya pun masih diliputi kerinduan menjelajah kota-kota, terutama yang dilewati jalur kereta cepat Whoosh.
Akan tetapi, belakangan ada yang bikin gelora untuk mencoba si ular besi yang super cepat itu makin meronta-ronta. Apalagi kalau bukan BRI yang mlemeri saya untuk menggunakan kemudahan BRImo saat memesan tiket Whoosh, si kereta cepat itu.
Rasanya tak mungkin kali ini saya bisa bertahan dari godaan yang bertubi-tubi ini. Apalagi BRI tengah kembali menghadirkan BRImo FSTVL 2024 untuk seluruh nasabah Tabungan BRI pengguna Super Apps BRImo dimulai dari 1 Oktober 2024-31 Maret 2025. Jelas ini sangat berat untuk dilewatkan karena promo ini sangat menggiurkan dengan #BerlimpahHadiah dan segala keuntungannya.
#BRImoFSTVL merupakan sebuah program loyalti yang dipersembahkan kepada seluruh nasabah Tabungan BRI. Program Undian Berhadiah adalah Program loyalti yang diberikan kepada seluruh pengguna Tabungan BRI dalam bentuk undian berhadiah yang bersumber dari setiap rata-rata saldo dan nominal BRI Poin yang dimiliki nasabah selama periode program.
Program Direct Gift (Redeem BRIPoin) adalah Program loyalti yang diberikan kepada seluruh nasabah Tabungan BRI (BritAma dan Simpedes), pengguna e-banking (BRImo, Qlola Internet Banking, dan ATM), Kartu Debit dan Kartu Kredit BRI akan mendapatkan reward dalam bentuk BRIPoin atas setiap transaksi yang dilakukan.
Pakai BRImo serbauntung, serbamudah (Sumber: Pribadi) |
Memangnya saya sudah punya rekening dan memakai aplikasi #BRImo di smartphone? Haddeeuuhh, ya itu mah sudah jelas punya dooong. Gini hari gak punya rekening di BRI yang banknya ada di hampir seluruh pelosok Nusantara? Jangan ya, Dek yaaa! Kalau gak punya, bagaimana kita bisa ikutan BRImo FSTVL? Heuheuheu.
BRI bikin saya makin semangat karena apresiasi serta pengalaman akan diberikan kepada seluruh nasabah yang terus meningkatkan saldo serta memperbanyak transaksi menggunakan #BRImo, Kartu Debit, dan Kartu Kredit BRI. Saya yakin siapa pun tidak akan sanggup menahan keseruannya.
Ya, memang semenggiurkan itu karena kita bisa meraih 100.000 hadiah langsung di BRImo FSTVL dan juga kesempatan memenangkan hadiah undian BMW 520i M Sport, Hyundai Creta Alpha, dan kendaraan bermotor Vespa Primavera! Wooow, keren banget kaaan? Sssttt, jangan lewatkan juga hadiah mingguan yang ada di Friday Deals! Dijamin bakalan bikin happy juga.
Nah, ini dia yang terpenting, Temans. Perbanyak nabung di BRI agar kesehatan finasialmu makin terjaga dan tingkatkan terus transaksimu di BRImo FSTVL melalui #BRImoMudahSerbaBisa agar bisa ikutan BRImo FSTVL 2024. Salah satunya pakai BRImo saat kamu mau memesan tiket kereta cepat Whoosh. Jika kamu pikir itu bakalan susah, mungkin kamu harus cobain sendiri pakai aplikasi BRImo ini deh. Caranya? Yuk ikutin langkah-langkah yang sudah aku praktikkan berikut ini.
7 Cara Mudah Pesan Tiket Kereta Whoosh Pakai Aplikasi BRImo
Dikutip dari www.portal.dephub.go.id, Menhub pernah mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang menjadikan Whoosh sebagai tujuan wisata. Mereka banyak yang ingin merasakan naik Whoosh. Begitu tiba di Jakarta, mereka langsung menjajal LRT yang terkoneksi dengan Whoosh, lalu menikmati wisata kuliner, kemudian balik kembali pada hari yang sama. Bahkan ada pula warga dari Malaysia juga turut antusias menjajal Whoosh dengan mendarat di Kertajati, lalu menginap semalam di Bandung, naik Whoosh ke Jakarta, kemudian kembali lagi ke Malaysia.
Tuh kan, warga negeri jiran saja bisa seantusias itu. Kita juga tentu gak mau ketinggalan dong. Eh, tapi gak usah khawatir bakal ribet atau lama, langsung ambil handphone kamu dan segera pesan tiket kereta Whoosh lewat BRImo. Begini langkah-langkahnya:
Langkah pertama:
Tunda dulu pesanan makananmu lewat babang kurir, hehehe. Biar gak lupa, segera download BRImo sekarang juga jika kamu belum punya! Kamu bisa dapatkan Super Apps BRImo di Google Play Store atau di App Store.
Langkah kedua:
Nah, setelah punya aplikasi BRImo, jangan kamu pandangin aja, emang dia pacarmu? Segera log in dan lihat fitur-fitur yang terpampang nyata di dalamnya.
Langkah ketiga:
Klik fitur lifestyle yang bergambar tas seperti berikut ini. Jangan klik yang lain, kecuali jika kamu kehabisan kuota dan pengen isi ulang dulu, hehehehe.
Langkah keempat:
Klik fitur Whoosh secepatnya agar tidak segera kehabisan tiketnya. Jika ingin berselancar untuk transaksi yang lainnya, tinggal balik lagi dengan mudah.
Langkah kelima:
Pesan tiket yang kita inginkan, dan lanjut dengan Isi data pribadi serta kelengkapannya.
Langkah keenam:
Pilih tempat duduk sesuai keinginan, tapi jika masih tersedia ya, Gaes. Makanya jangan kelamaan mikirnya. Buruan pesan sekarang juga supaya bisa bebas memilih.
Langkah ketujuh:
Klik pembayaran dan itu bisa langsung dipotong dari saldo tabungan BRI kita. Jadi gak perlu ke mana-mana, Gaes. Sesimpel itu .... Klik Bayar, konfirmasi transaksi, dan selesai deh. Lanjut makan seblak pesananmu udah boleh kok. Iya, beneran semudah itu.
Selanjutnya kita bisa segera siapin tas atau koper untuk menikmati traveling naik Whoosh. Kamu pasti gak sabar untuk segera menikmati pengalaman luar biasa yang sudah menanti di sana. Dengan meningkatkan transaksi melalui BRImo, kesempatan mendapat beragam hadiah dari BRImo FSTVL juga makin terbuka. Whoosh ... BRImo FSTVL, aku dataaang!!!
Kamu mau ikut juga kaaan???