There’s something delicious about writing these first few words of a story.
You can never quite tell where it will take you.
Mine took me here, where I belong ….

Ada yang terasa lezat saat menuliskan kata-kata pertama ini pada sebuah cerita.
Kau mungkin tak pernah tahu ke mana kata-kata itu akan membawamu.
(Kata-kata) milikku telah membawaku ke sini, di tempat aku berada saat ini.

UCAPAN BEATRIX POTTER—penulis dan ilustrator asal Inggris yang terkenal—dalam adegan pamungkas film Miss Potter itu bisa seketika terasa membius, meresap ke dalam hati, dan siap meletupkan banyak imajinasi. 


Menulis di alam membangkitkan semangat dan inspirasi. (Foto: pixabay/pasja1000)


Bagi sebagian besar pembaca, penulis, atau orang-orang yang bergumul dengan kata, diksi, atau kalimat, terutama yang terjalin indah sebagaimana yang dirangkai oleh para sastrawan, suasana hening di tengah alam yang sejuk dan asri adalah sebuah dambaan. Lewat ketenangan itu, mereka berharap bisa melahirkan beragam ide atau penemuan rangkaian kata indah untuk sebuah tulisan dan—pada perjalanan kata-kata itu selanjutnya—menjadi sebuah kenikmatan yang justru tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

Halus dan indahnya suatu karya sastra yang ditulis atau dibaca bahkan bisa menjadi katarsis dari pergulatan batin atau ketegangan emosional dalam diri seseorang. Tak heran jika membaca dan menulis pun sering kali menjadi terapi dan pengobatan bagi mereka yang mengalami tekanan dalam jiwanya. 

Menikmati sastra demi merawat budaya dan menghaluskan rasa


Pada zaman serbadigital sekarang ini, sendi-sendi budaya di masyarakat banyak yang mulai goyah dan menjadi PR kita semua sebagai anak bangsa. Perkembangan teknologi digital memiliki dampak positif dan negatif yang berkelindan sehingga harus kita sikapi dengan bijaksana. 

Gawai seperti ponsel pintar (smartphone) sudah seperti belahan jiwa yang tak terpisahkan dalam keseharian sehingga pengaruh informasi begitu deras tak terkira. Kemajuan teknologi melahirkan kemudahan dan kecepatan, tetapi di sisi lain juga turut menghadirkan cabikan pada moral dan nilai-nilai kepribadian yang terkoyak akibat tidak kuatnya menghadapi benturan dengan budaya global yang tidak sejalan dengan nilai budaya bangsa yang sejatinya adiluhung.




Betapa miris ketika kita menemukan kenyataan bahwa netizen negeri ini berada di peringkat pertama dalam hal pengguna ujaran-ujaran kasar padahal bangsa ini sejak dulu terkenal dengan keramahan dan kesopanannya. Tingkat literasi siswa dalam
Program for International Student Assesment (PISA) masih jauh berada di bawah padahal negeri ini pernah melahirkan banyak tokoh bijak dan cerdik cendekia.

Perilaku korupsi pun berurat berakar padahal religiusitas terasa begitu kental dan mestinya menjadi pedoman moral. Belum lagi ancaman radikalisasi dan intoleransi yang masih merongrong anak negeri, dan masih ada yang lainnya. 

Siapa bilang warga desa tak butuh sastra?


Tanpa bermaksud mengecilkan hati, realitas ini selayaknya menjadi lampu kuning dan PR bagi kita semua tanpa kecuali. Generasi milenial dan generasi alpha yang kini menjadi bagian terbesar populasi jelas harus menjadi bagian dari benah-benah ini. Menata kembali sendi-sendi kepribadian melalui penanaman kembali nilai-nilai moral bangsa yang adiluhung bisa dimulai dari sudut humaniora, pendidikan, dan lingkungan. 




Tentu saja ini bukan pekerjaan yang bisa dilakukan dengan mudah. Namun, melihat Heri Chandra Santoso, sosok berperawakan kecil dengan kepribadian yang ramah, supel, lincah, dan berpenampilan bersahaja, yang concerned untuk mengenalkan sastra bersama Komunitas Lereng Medini di pelosok desa sejuk di wilayah Gunung Ungaran, Kendal, Jawa Tengah akan membuat kita jadi percaya bahwa idealisme itu masih ada. Bahkan, hingga hari ini ia telah menapaki langkah bersama komunitasnya selama lebih dari 15 tahun.

Semangat Beatrix Potter yang memiliki kepedulian pada lingkungan masyarakat sekitarnya dengan mendonasikan 4.000 hektar tanahnya kepada para petani di Inggris tampaknya selaras dengan kiprah Heri yang memiliki wawasan dan pandangan yang maju meski tinggal di desa pada komunitas masyarakat Desa Boja, sebuah desa yang berada di atas ketinggian sekitar 2.050 mdpl di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Meski bukan dalam bentuk donasi tanah sebagaimana dilakukan pencipta karakter Peter Rabbit itu, Heri memantapkan dan mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan kecintaan pada sastra secara khusus dan kesadaran literasi secara umum pada lingkungan masyarakat desanya, Boja. Sastra, di mata seorang Heri, tidak hanya monopoli segelintir orang. Penduduk desa yang berkiprah di bidang pertanian dan peternakan juga sangat berhak untuk bersastra.

Pergulatan membidani Komunitas Lereng Medini


Sastra, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai dengan “bahasa (dalam hal ini adalah kata-kata atau gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)”. Makna lainnya adalah kesusastraan, kitab ilmu pengetahuan, tulisan, atau huruf. Dengan demikian, sastra merupakan bacaan atau tulisan yang memiliki nilai ketinggian, keagungan, atau kehalusan dan sangat berharga. 

Heri merasa sastra bisa menjadi salah satu instrumen atau sarana untuk menjahit kembali nilai-nilai kebaikan sekaligus keindahan jiwa. Lebih dari sekadar mencintai rangkaian kata, mempelajari, dan menikmatinya, sastra sebenarnya menjadi sebuah mata rantai untuk menata kembali akar budaya dalam masyarakat. 

Semangat Heri dalam menebarkan kecintaan pada sastra dan kesadaran literasi tersebut melatarbelakangi pendirian Komunitas Lereng Medini (KLM). Heri merintis langkah pertama dengan membuka perpustakaan gratis bernama Pondok Maos Guyub (sering disebut Guyub) pada tahun 2006. Perpustakaan ini memanfaatkan sebuah rumah di Jalan Raya Bebengan 221, Bebengan, Desa Boja yang dimiliki Sigit Susanto, sesama penggagas KLM yang saat ini bermukim di Swiss. 


Heri Chandra Santoso saat membaca puisi (Foto: jejakliterasi.id)


Heri yang merupakan lulusan Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang bersama kawannya, Sigit Susanto, seorang pegiat sastra asal Boja sekaligus (kala itu) menjadi moderator milis “Apresiasi Sastra” menggagas berdirinya Komunitas Lereng Medini pada tahun 2008 silam. 

Komunitas Lereng Medini bangkit berdiri


Cikal bakal pembentukan komunitas diawali dengan obrolan antara tiga orang, Sigit Susanto, Nurhadi, dan Heri C. Santoso di sela-sela hajatan Parade Obrolan Sastra pada tanggal 3-11 Mei 2008 di Pondok Maos Guyub.
 
Sambil lesehan mereka membahas tentang perlu adanya ruang bersama sebagai suatu wadah untuk saling berbagi ide antarpengunjung perpustakaan Pondok Maos Guyub dan pencinta sastra di Boja. Setelah konsep itu disepakati, tepatnya tanggal 3 Agustus 2008, mereka membentuk komunitas yang bisa mewadahi atau memfasilitasi aksi dan kreativitas anggotanya, khususnya dalam proses kreatif kepenulisan, baik sastra maupun nonsastra. 

Heri mengungkapkan bahwa nama Lereng Medini disepakati sejak awal karena menjadi ikon lokalitas bagi mereka selama beraktivitas di Pondok Maos Guyub. Medini merupakan nama sebuah perkebunan teh di sebelah barat Gunung Ungaran. Teh Medini dianggap menginspirasi mereka, yaitu orang-orang di pojok desa yang semangatnya bersemi untuk belajar sastra.


Keindahan kebun teh Lereng Medini (Foto: sonora.id)


Rekan yang hadir saat itu sekaligus menjadi generasi pertama anggota Komunitas Lereng Medini adalah Dwi Yuliahsari, Catur N. Muliana, Rizki Putri, Dewi Rahma (SMAN 1 Boja), Silvia NC, Wulan F. (SMAN 1 Singorojo), Annisa Nur Aini (MA NU 04 Boja), dan Amelina (SMPN 1 Boja). Seiring waktu berjalan, perkuliahan dan pekerjaan membuat mereka mengurangi aktivitas di KLM. Akan tetapi, regenerasi dilakukan untuk membuat komunitas tetap bisa berjalan dan bertahan eksistensinya. 

Komunitas menyepakati waktu yang luang dan efektif untuk berdiskusi pada hari Minggu sore dua minggu sekali dan pada setiap pertemuan ada program masing-masing. Pondok Maos Guyub dijadikan sebagai sekretariat dan base camp anggota komunitas yang saat itu jumlahnya mencapai puluhan orang dari beragam usia dan berbagai latar belakang. 

Akan tetapi, kata Heri, “Sebelum belajar sastra, kita perkenalkan mereka dengan bacaan.” Hal ini berarti bahwa Pondok Maos Guyub turut memiliki andil yang besar untuk mempersiapkan anggotanya mengikuti aktivitas di KLM. Tentu saja sistem semacam ini merupakan sebuah terobosan hebat karena peran mereka yang saling mendukung satu sama lain.

Komunitas Lereng Medini meniti langkah bersama harmoni sastra


Sejak awal, KLM bersifat terbuka bagi siapa pun. Komunitas ini merangkul dan melibatkan para pelajar, guru, dan semua pihak yang ingin belajar sastra, menulis, atau berproses menjadi individu yang kreatif. Masyarakat umum juga tak malu ikut nimbrung di dalamnya karena bagi mereka ilmu, membaca buku, dan sastra adalah hak siapa saja, tidak terkecuali para petani dan peternak. 

Jatuh bangunnya komunitas ini menunjukkan bahwa memang tidak mudah mengawal sastra yang sudah kadung dianggap eksklusif. Namun, hal itu bukan berarti tak mungkin untuk mengusahakan agar sastra bisa dicintai dan justru semakin berkembang luas di masyarakat lereng Medini. 

Kita bisa melihatnya dari beberapa kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Lereng Medini terkait dengan belajar dan mengapresiasi sastra bersama masyarakat Desa Boja di antaranya digambarkan sebagaimana berikut ini.

Reading Group (Kelab Baca) Novel


Kegiatan ini digelar setiap Sabtu sore yang diikuti lima hingga belasan pelajar mulai dari SD, SMP, SMA, mahasiswa hingga masyarakat umum. Peserta bisa melakukan kajian sastra ini secara mandiri atau dengan membuat reading group, yaitu membaca dan mendalami karya sastra secara bersama-sama tanpa terburu-buru untuk selesai.  


Kegiatan kelab baca KLM (Foto: litera.co.id)


Pada kajian ini, beberapa novel telah dibaca, baik novel berbahasa Indonesia atau novel berbahasa asing (Inggris). Contoh novel yang pernah dikaji adalah Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (bahasa Indonesia) dan The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway (berbahasa Inggris). Uniknya, Ahmad Tohari pernah dihadirkan di hadapan peserta reading group novel di sela hajatan Parade Obrolan Sastra ke-4 pada 22 Mei 2011. 
“Ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi para peserta yang telah tekun dan menyuntuki novel klasik ini,” papar Heri yang sejak kuliah telah aktif berorganisasi.

Bedah karya dan workshop penulisan kreatif


Bedah karya, bedah buku, dan diskusi adalah kegiatan yang digelar bulanan oleh KLM. Akan tetapi, agenda ini sulit untuk digelar secara rutin setiap bulan karena kesibukan masing-masing anggotanya. Terkait kegiatan ini, KLM tercatat hanya pernah menerbitkan produk berupa Buletin Jejak dan itu pun hanya bisa bertahan beberapa edisi saja karena faktor kurangnya SDM untuk membuat buletin tersebut.

Salah satu kegiatan jangka panjang KLM yang bisa digelar adalah Hajatan Bahasa dan Sastra dalam rangka memperingati Bulan Bahasa setiap Oktober. Kegiatan ini meliputi apresiasi seni, workshop penulisan kreatif, dan lomba karya tulis sastra dan budaya. 


Heri di tengah Jemuran Puisi (Foto: inibaru.id)


Ada pula kegiatan yang dihelat secara insidental, seperti dalam kegiatan untuk mengisi Ramadan dengan menggelar Pesantren Jurnalistik, Marathon Puisi, Pameran Puisi Jalanan atau Jemuran Puisi, Sastra Sepeda, dan menghadirkan penulis di sekolah-sekolah. 

Kendal Novel Award 2022 dan Residensi


Selama ini, kegiatan di ranah lokal yang memberi apresiasi kepada dunia sastra masih sangat kurang. Kegiatan dan apresiasi itu hanya ada di ranah pendidikan formal antarsekolah atau pada momen-momen kalender akademik. 

Inilah yang mendorong KLM menyelenggarakan perhelatan Kendal Novel Award 2022 sebagai bagian dari Bulan Bahasa tahun 2022. KLM menggandeng sejumlah komunitas dan penerbit di Kabupaten Kendal demi mendukung kesuksesan acara ini. 


Para pemenang Kendal Novel Award (Foto: inibaru.id)


Kendal Novel Award dimaksudkan untuk memberi ruang apresiasi sekaligus motivasi bagi penulis di Kabupaten Kendal berupa penganugerahan novel terbaik yang digelar pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Kebun Sastra Guyub, Desa Bebengan, Boja. 

Hadiahnya sangat unik berupa kambing peranakan Etawa (juara 1), sepasang kelinci (juara 2), sepasang ayam (juara 3), dan sepasang bebek (juara favorit). Semua hadiah ini memiliki nilai ekonomi dan edukasi yang, menurut saya, memang hanya bisa dilihat dari sudut pemahaman sastra dan kesadaran literasi yang sudah berkembang.

Kendal Novel Award 2022 juga dihelat dalam satu rangkaian dengan Residensi Akhir Pekan. Dalam residensi ini, para penulis yang terpilih difasilitasi untuk belajar secara intens (menurut konsep Jawa dikenal dengan nyantrik) kepenulisan dari ahlinya, yaitu penulis atau sastrawan yang kompeten. 

Residensi angkatan pertama berhasil memilih 10 orang dari berbagai tingkat usia dan daerah di Kabupaten Kendal. Peserta terpilih kemudian secara intens berdiskusi dan membedah karya selama dua hari (Sabtu—Minggu, 22—23 Oktober 2022) di Teras Budaya milik Prof. Mudjahirin Thohir di Sabrang Lor, Kaliwungu. 

Penerbitan buku


Penerbitan buku karya anggota juga merupakan agenda jangka panjang KLM. Hingga tahun 2022, tercatat sudah belasan buku yang diterbitkan, di antaranya Donat untuk Kusno: Antologi Puisi dan Cerpen (2008), Kumpulan Catatan Perjalanan Sastra Sepeda di Boja (2009) berisi catatan kegiatan masyarakat ketika diajak bersepeda dan mengunjungi tempat-tempat tertentu, lalu diminta menulis tentang objek yang dikunjungi. 

Yang menarik, mereka juga menggagas penerbitan buku Antologi Puisi SMS Maaf (2009) yang menghimpun puisi dengan ide yang terinspirasi dari kian akrabnya masyarakat dengan telepon seluler.

Menurut Heri, dengan segala keterbatasannya, KLM tidak berlagak mengorbitkan penyair atau cerpenis muda yang terkenal. Tujuan utamanya adalah merangsang pelajar untuk mempelajari sastra dan berprinsip sederhana, yakni mengenalkan sastra, menikmati, dan berkarya. 

Kendati demikian, mereka terbukti berhasil memenangkan beberapa perlombaan penulisan sastra tingkat Jawa Tengah, bahkan beberapa karya mereka juga dimuat di surat kabar. Ini merupakan pencapaian luar biasa meski mereka tinggal di desa.

Parade Obrolan Sastra dan Wisata Sastra di Kebun Medini


Parade Obrolan Sastra dan Wisata Sastra di Kebun Medini merupakan program tahunan dan berskala nasional. Acara yang digelar kali pertama pada April 2008 tersebut berbentuk apresiasi dan diskusi sastra pada malam hari selama sepekan berturut-turut. Selain memberi pentas pada sosok lokal, KLM juga mengundang sastrawan kenamaan agar para anggota dan masyarakat bisa menimba ilmu secara langsung seputar proses kreatif menulis sastra.  


Sejumlah sastrawan yang pernah diundang KLM. (Foto: amanat.id)


Beberapa sastrawan kondang yang pernah diundang ke acara ini antara lain Puthut EA (2007), Wayan Sunarta (2008), Anindita S. Thayf (2009), Kurnia Effendi (2009), Agus Noor (2010), Ahmad Tohari (2011), Saut Situmorang (2011), Dwi Cipta, F. Rahardi, dan Remy Sylado (2012), Iman Budhi Santosa dan Martin Aleida (2013), Muda Wijaya (2014), Korrie Layun Rampan (2015), dan Gus tf Sakai (2016).

Kemah Sastra di Kebun Medini


Menjadi ajang para pesertanya untuk srawung (membaur) budaya, upaya silaturahim spiritualisme antarindividu dan komunitas, bersastra, dan belajar pada alam adalah beberapa tujuan awal penyelenggaraan dari agenda tahunan ini. Harapan dari adanya perhelatan ini adalah bisa menjadi ruang menyemai proses mengenal sastra secara lebih sederhana. Kemah Sastra yang digelar perdana pada 1—3 Mei 2015 ini menjadi ruang asah, asih, dan asuh antarpenulis, baik itu penulis pemula maupun penulis yang sudah kawakan. 

Lewat ajang ini, mereka yang masih berposes belajar bisa bersapa dan bersua dengan penulis lain serta bisa mengobrol bareng-bareng tanpa sekat dan tak berjarak. Heri menyebut kegiatan ini sebagai obrolan sastra lesehan untuk menggambar suasana santai walau proses belajar tetap berjalan.  


Keseruan Kemah Sastra (Foto: mojok.co)


Kemah Satra diakhiri dengan Wisata Jalan Kaki sejauh 5 km dengan menyusuri lereng Medini menuju Promasan sebagai napak tilas jejak sastrawan F. Rahardi tahun 1970-an. Anak-anak dan masyarakat setempat juga diajak ikut serta sebagai upaya KLM untuk mensosialisasikan kegiatan komunitas dengan mengajak mereka mencoba dolanan kreatif, sulap, dan yoga pagi hari di kebun teh. Instalasi seni genting jerami dan pendirian Gubuk Baca Medini turut menyempurnakan hari terakhir penyelenggaran kemah sastra tersebut. 


KLM menyebar virus literasi pada anak-anak melalui berbagai kegiatan. (foto: dok.KLM)


Selama gelaran acara, ada pula berbagai kegiatan lain yang menarik. Mulai pentas teater, bermain dan berliterasi dengan anak-anak Medini, workshop wayang suket, spontanitas baca puisi, dan musikalisasi puisi digelar dengan antusiasme peserta yang luar biasa. 

Belum lagi sesi menampung buku atau majalah (baru/bekas) untuk didonasikan kepada Gubug Baca Medini, pameran wayang gaga yakni kreasi wayang kontemporer berbahan daun dan tumbuh-tumbuhan, bursa buku, dan pemberian buku kepada perpustakaan Dusun Medini—seluruhnya kian menambah atmosfer literasi dan gairah kesusastraan di sana.

Kemah Sastra ini sudah terselenggara hingga kali keempat (terakhir tahun 2018 atau sebelum pandemi). Acara sengaja dirancang dengan nuansa tanpa jarak, dengan duduk lesehan dan tidur di dalam tenda di tengah kebun sehingga ikhtiar srawung tercapai. 

Sembari menikmati kesejukan udara pegunungan dan mencecap khazanah kearifan dari sastra, para peserta bisa sejenak melupakan rutinitas sehari-hari, mengambil jeda dari hiruk pikuk kehidupan yang mungkin telah kehilangan makna. 

Wakul Pustaka (Pustaka Bergerak)


Alih-alih sibuk menyalahkan tentang rendahnya minat baca orang Indonesia, KLM berinisiatif membuat program Wakul Pustaka sebagai upaya jemput bola. Konsepnya sederhana: buku diletakkan di dalam wakul (bakul nasi dalam bahasa Jawa). Bakul-bakul ini lantas dititipkan di warung-warung warga yang mau menerima. 

Agar tidak bosan, judul buku divariasi dengan buku lainnya setelah beberapa minggu berselang. “Daripada menunggu atau main HP, mari baca buku!” ujar Heri mempertegas slogan gerakan Wakul Pustaka. 


Upaya jemput bola untuk mendekatkan pembaca melalui program Wakul Pustaka. (Foto: KLM) 


Bakul dipilih sebagai simbol literasi sebab menyimpan nilai-nilai kearifan. Dalam budaya Jawa, bakul menjadi alat yang serbaguna di dapur keluarga. Bukan cuma menampung nasi setelah matang dari dandang, bakul juga kerap dipakai sebagai wadah bermacam benda, termasuk buah, sayur, hingga umbi-umbian hasil pekarangan. 

Sayangnya keberadaan bakul mulai terkikis seiring penanak nasi (rice cooker) dan semacamnya kian menjadi primadona. Meminjam ungkapan Jawa, wakule ngglimpang (bakulnya terkapar), KLM seolah ingin menegaskan betapa keberadaan petani kini makin terpinggirkan, jadi pihak yang marginal akibat masifnya pembangunan hunian yang mencaplok tanah-tanah di desa sebagai tempat tumbuhnya aneka pangan. 

Simbol kearifan dan perlawanan di tengah budaya serbadigital juga terwakili oleh bakul. Pemilihan bakul sebagai media menyiratkan pesan bahwa asupan gizi berupa ilmu pengetahuan melalui buku tak kalah penting dari gizi dan asupan makanan untuk mengenyangkan perut. 

Kita sangat khawatir akan mengalami stunting pada tubuh atau jasmani akibat kekurangan gizi dan nutrisi makanan, tapi kita jarang peduli bahwa akal dan jiwa bisa mengalami kekerdilan (stunting) akibat kurangnya asupan ilmu pengetahuan, imajinasi,dan budaya dalam pengertian seluas-luasnya.

Menyiapkan generasi penjaga budaya pencinta sastra 


Sebagai organisasi sosial, KLM yang dikomando oleh Heri tak terlepas dari kendala. “Regenerasi menjadi salah satu kendalanya,” ujarnya singkat. Namun, komunitas ini enggan diam atau mati. Meski terkendala minimnya sumber daya, KLM terus berupaya bergerak dan bertahan lewat gebrakan sebagaimana saya uraikan sebelumnya. 

Adapun terbatasnya jumlah pengurus, mereka siasati dengan menjalin berkolaborasi atau berjejaring dengan para pegiat sastra di Kendal dengan mengusung program-program yang bisa dikerjakan bersama. 

Kendala lainnya adalah kuatnya gempuran televisi di rumah-rumah warga dan masifnya perkembangan teknologi, dalam hal ini gawai (gadget) yang sulit terlepas dari genggaman. “Namun, kami sadar diri dan sadar posisi. Sastra belum menjadi isu vital bagi masyarakat. Revolusi masih seputar mengisi perut. Untuk itu, kami pun tak pernah berekspektasi yang lebih,” tutur Heri dengan nada miris tapi menyiratkan optimisme.

Ketika mengungkapkan hal itu, Heri masih tetap optimistis bahwa kegiatan KLM setidaknya mampu membangkitkan semangat dan menyalakan harapan untuk bersama-sama menyemai bibit literasi dan merawat kearifan lokal melalui sastra hingga ke desa-desa. Spirit literasi dan kearifan lokal ini dilakukan sesuai dengan kapasitas dan aktivitas masing-masing pribadi, mulai dari ranah keluarga, sekolah/kampus hingga masyarakat.
 
Persoalan literasi pada masyarakat lokal, bahkan nasional, tak bisa hanya dibebankan pada negara. Kurangnya kesadaran literasi pada sebagian warga di Indonesia memang menjadi problem yang sangat pelik di antara pelbagai persoalan yang kita hadapi saat ini. Kadang, upaya untuk mengatasinya malah terasa seperti menegakkan benang basah. Semua orang seharusnya bisa cancut taliwanda atau bekerja keras dan saling memberi dukungan. 

Heri yang pernah meraih penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah sebagai Pegiat Bahasa dan Sastra tahun 2014 ini pun sadar bahwa membangun sebuah komunitas harus didukung jejaring dan lingkungan sekitar. 
“Prinsip gotong royong menjadi pijakan kami. Kami sadar, kami tak kan bisa berbuat banyak bila kami sendirian,” ujarnya. Ini sekaligus menegaskan bahwa hanya dengan sinergi kita bisa bergerak maju dan lebih mudah.
Saling support antarsesama jejaring komunitas dan masyarakat sekitar misalnya ditunjukkan oleh KLM pada akhir tahun 2021 dengan menggandeng Komunitas 127 Line.net saat menggelar bedah sastra secara daring. Komunitas 127 Line.net adalah komunitas anak muda pecinta skateboard sehingga kerja sama lintas hobi ini akan memperluas jangkauan sastra.

Agar menjaring banyak peminat, bedah buku sastra daring dilakukan di taman dekat warnet komunitas tersebut dengan memanfaatkan layar lebar melalui telekonferensi. Bedah buku berlangsung menarik dengan kehadiran sejumlah narasumber: Ally Dalijo di Hongkong, Sigit Susanto di Swiss, dan komunitas sastra di Lebak, Banten.

Menikmati sastra menabur keindahan rasa; inspirasi dari Heri


Pantaslah jika Heri diganjar penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2011 untuk kategori pendidikan. Munculnya nama Heri sebagai salah satu dari 6 pemenang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards menunjukkan bahwa pendidikan bukan melulu menyangkut proses belajar di kelas atau bangku sekolah. Penyemaian nilai baik dan penumbuhan budaya positif lewat sastra juga sama pentingnya—sebagaimana yang diyakini Astra.


Heri telah mengiringi KLM lebih dari 15 tahun. (Foto: Satu Indonesia Awards)


Heri Chandra Santoso sudah bergerak dan menolak untuk berhenti. Kecintaannya pada dunia sastra menjadikannya tabah hingga mampu melewati rentang waktu 15 tahun lebih dan Komunitas Lereng Medini saat ini masih tetap eksis berdiri, menemani mimpi anak-anak di Kendal Jawa Tengah. 

Kiprah Heri sebagai koordinator KLM membuktikan bahwa sastra bisa tumbuh di mana saja dan dinikmati oleh siapa saja. Tak melulu oleh mereka yang berjuluk sastrawan, atau mereka yang berpenampilan eksentrik dan hadir di perhelatan sastra bergengsi. 

Dari Heri kita belajar tentang semangat belajar, tentang spirit bekerja tanpa lelah, dan memberi pengaruh melalui kehalusan akal budi, suburnya imajinasi, juga lahirnya kreasi yang memperkaya hati. Semua bisa dimulai dari sekitar kita, tanpa jauh kita mencarinya.

Sastra, baik yang ditulis untuk menghasilkan karya atau hanya sekadar untuk dinikmati dengan membaca tetap akan memberi pengaruh meski secara lembut dan perlahan. Ia lambat laun akan menghaluskan akal budi, merangsang imajinasi, dan melahirkan kreasi sehingga pola-pola budaya bangsa yang tercabik dan tercerabut akan mencari pijakannya kembali.

Kita tak perlu mengerutkan kening ketika belajar atau menikmati sastra. Keindahan karya sastra bisa kita cecap di mana saja. Bisa dengan mengobrol sambil lesehan ditemani kopi atau teh dan kudapan, singkong dan kacang rebus pun tak mengapa. 

Dari kenikmatan tenggelam dalam buku itulah, kita bisa bertemu di ruang imajiner untuk bersatu dalam gerak yang akan menimbulkan dampak positif bagi masa depan bangsa. Semoga!

Memilih pondok pesantren bagi anak-anak kita memang bukan perkara yang sederhana. Banyak hal yang harus dipersiapkan terkait dengan pondok yang sesuai dengan nilai (value) dan kemampuan finansial yang dimiliki, termasuk profil pondok tersebut yang tepercaya. Tentu saja pengetahuan dan informasi yang cukup perlu kita miliki agar sang buah hati dapat mondok dengan nyaman dan kita sebagai orangtua merasa aman menitipkan anak di suatu pondok pesantren.  




Keinginan Sang Anak VS Keinginan Orangtua? Dialog Solusinya!


Saya teringat ketika si sulung menginjak kelas 6 MI/SD, ia mengemukakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren. “Aku pengen mondok di pesantren salaf, Yah,” demikian ujarnya kala itu yang membuat kami cukup terkejut. Tentu saja kami sedikit mengernyitkan dahi karena secara akademik, si sulung termasuk berprestasi dan berpeluang masuk ke sekolah favorit di daerah kami. Bahkan salah satu kepala sekolah SMPN unggulan di kawasan kota menawarkan si sulung untuk masuk di sekolah yang dipimpinnya karena melihat prestasinya. Melanjutkan sekolah di SMP, apalagi sekolah negeri favorit adalah impian hampir semua siswa lulusan SD/MI di sini, bahkan termasuk orangtuanya.


Akan tetapi, tentu saja kami sebagai orangtua tidak ingin memaksakan kehendak kepada anak-anak kami. Selama proses mengobrol dan berdialog dengannya, terlihat kesungguhan dalam pilihannya. Ia mengemukakan alasan ingin belajar hidup mandiri melalui tinggal di pondok pesantren dan mendalami ilmu-ilmu agama. 


Rupanya ia terinspirasi oleh ayahnya yang sering menceritakan pengalamannya saat dulu tinggal di pondok pesantren di daerah Jombang meski hanya sebentar. Ia pun terinspirasi oleh mendiang Mbah Kiai Maimoen Zubair, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Jawa Tengah, yang kezuhudan dan keilmuannya diakui hingga ke mancanegara.


Perjalanan Mencari Pondok, Meniti Jalan Mencari Jalur Ilmu


Setelah mengungkapkan keinginannya, tentu saja kami segera mencari informasi yang berkaitan dengan pondok pesantren yang bakal menjadi tempat si sulung melanjutkan studinya. Saat itu, hal yang pertama kali menjadi pertimbangan adalah lokasi atau tempat yang tidak terlalu jauh atau bisa dijangkau dengan mudah dari tempat tinggal kami. Pertimbangan kedua, tentu saja bentuk pendidikan pada pondok pesantren tersebut, pesantren salaf atau pesantren modern. 


Hal ketiga tentu saja berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan selama pendidikan di pondok pesantren. Keempat, pertimbangan yang tak kalah penting adalah profil pondok pesantren, termasuk para pengasuh dan pengajarnya. Hal terakhir memang sangat penting karena belakangan ini banyak berita miring dari beberapa pondok yang akhirnya mempengaruhi nama baik suatu pondok pesantren.


Berikut ini akan saya jabarkan hal-hal tersebut berdasarkan pengalaman kami yang mungin bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca dalam mencari pondok pesantren yang sesuai dengan keinginan.


Beda Karakter Beda Pondok 


Berhubung kami tinggal di Lamongan, saat pertama kali kami survei, lokasi yang akan menjadi pilihan mondok bagi si sulung adalah Pondok Pesantren Langitan di kawasan perbatasan Lamongan dan Tuban. Pondok ini menjadi tempat pertama karena akses jalan dan kendaraan cukup relatif dekat dan mudah, baik dengan kendaraan pribadi atau pun kendaraan umum. Bus-bus menuju Semarang atau ke Jakarta via pantura akan melintasi jalan menuju pondok pesantren ini.


Namun, sejak awal si sulung memang berkeras hati ingin masuk pondok Mbah Maimoen, maka kami pun melanjutkan dengan survei ke Rembang, JawaTengah. Akses menuju pondok ini memang hampir sama dengan ke Pondok Langitan, tetapi hanya sedikit lebih jauh dari Lamongan. Kemudahan akses ini menjadi pertimbangan jika kami ingin sambang (mengunjungi) ketika anak kami telah menimba ilmu di tempat tersebut.


Survei terakhir yang kami lakukan adalah mencari pondok pesantren pengganti ke Jombang, sebulan setelah anak kami mondok di Rembang. Suasana pondok yang relatif terlalu ramai karena santri yang berjumlah ribuan membuat si sulung mengalami culture shock lumayan berat. Kami tidak sampai hati melihat kondisinya tersebut yang membuatnya meminta mundur dan pindah tempat mondok sehingga kami harus mencari alternatif pengganti meski merasa berat hati. 


Kami memutuskan untuk survei pondok di Jombang yang terkenal sebagai kota santri. Awalnya, hal ini agak membingungkan karena sedemikian banyaknya pondok pesantren yang berada di daerah ini. Belajar dari pengalaman, kami memang tidak mencari pondok pesantren yang memiliki terlalu banyak santri seperti di kawasan Tambakberas atau Tebu Ireng, tetapi mencari pondok yang cenderung berukuran sedang agar si sulung dapat lebih beradaptasi dengan mudah.


Kami menemukan pondok pesantren di kawasan Denanyar (tempat ayah si sulung dulu mondok) dan Peterongan. Sayangnya, pengelola di tempat pertama sudah tidak sama seperti ketika ayahnya mondok sehingga kami langsung melanjutkan survei ke Peterongan yang juga akhirnya kami lewatkan karena ternyata juga memiliki santri yang jumlahnya mencapai ribuan. Kami khawatir hal yang sama seperti pondok di Rembang akan terulang kembali.


Mungkin takdir yang mempertemukan kami dengan pondok yang terakhir kami survei dan kini menjadi tempat si Sulung mondok. Kami justru mendapatkan informasi ini ketika kami mengikuti lomba blog yang diselenggarakan Astra Indonesia. Pondok Pesantren Fathul Ulum di kawasan Diwek, satu kecamatan dengan Pondok Pesantren Tebu Ireng, adalah salah satu pondok yang pernah mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Award, bahkan kini menjadi salah satu pondok yang mendapat bantuan dari Bank Indonesia. 


Pesantren yang dikenal dengan pesantren dan santripreneur ini menarik perhatian kami karena lokasinya cukup mudah dijangkau dan memiliki suasana lebih adem atau sejuk ketimbang pondok lainnya di Jombang karena dekat dengan kaki Gunung Wonosalam. Pondok pesantren yang relatif tidak terlalu besar dan masih memiliki santri tidak terlalu banyak kami rasakan cocok bagi si sulung. Alhamdulillah, hingga saat ini, si Sulung merasa betah dan kerasan menuntut ilmu di pondok pesantren ini. Profil pondok yang diasuh oleh Kiai Habibul Amin ini insya Allah akan saya ulas pada postingan terpisah.


Berbeda dengan kakaknya, si bungsu sejak awal memutuskan pilihannya pada pondok pesantren modern yang menggabungkan sistem pendidikan pondok dan sekolah formal. Kini ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Di sana terdapat sekitar 51 pondok (asrama) dan 12 unit sekolah mulai jenjang ibtidaiyah, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.


Mondok Bukan Sekadar Sekolah, Miniatur Sekolah Kehidupan


Berdasarkan pengalaman kami, mondok bukan sebuah keputusan yang sederhana. Ada sebuah visi dan misi yang harus dimiliki, baik oleh orangtua maupun anak yang ingin mondok di pesantren. Sering kali saya menemukan stereotipe bahwa orangtua yang mau memasukkan anaknya ke pesantren dilandasi oleh pertimbangan bahwa anaknya sudah sulit ditangani (nakal), anaknya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, atau bahkan hanya mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.


Namun, belakangan ini kesadaran orangtua untuk memasukkan anaknya ke pondok esantren telah lepas dari stereotipe semacam itu. Banyak dari mereka justru memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, prestasi yang cemerlang, memiliki karakter yang santun dan mandiri serta kalangan menengah ke atas.


Memang banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk memasukkan anak ke pondok pesantren. Selain untuk mengenal lingkungan pondok, juga mengetahui sistem pengajaran yang dimiliki agar sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.


Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan ketika anak dan orangtua mulai menyepakati bahwa sang buah hati akan melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren.


Bentuk Pendidikan Pondok Pesantren


Bentuk pendidikan di pondok pesantren salaf dan pondok pesantren modern sering sulit dipahami oleh sebagian orang yang awam dengan dunia pesantren, termasuk saya pada awal mengetahui si sulung ingin masuk pesantren. Saya membayangkan bahwa pesantren itu seperti sebuah tempat mengaji di surau/masjid dengan rumah di dekatnya yang menjadi tempat tinggalnya. Bayangan itu mungkin tidak sepenuhnya keliru, tetapi juga tidak seluruh pesantren berbentuk demikian.


Jika ingin memasukkan anak ke pesantren, kita perlu mengetahui dengan detail bentuk pendidikan yang dimiliki oleh pondok tersebut. Secara umum, ada dua macam bentuk pesantren yang ada dalam sistem pendidikan pesantren di Indonesia dan sudah diakui oleh kementerian agama dan kementerian pendidikan nasional, yaitu pesantren salaf (konvensional) dan pesantren modern. 


Pesantren salaf (tradisional/konvensional) adalah pesantren yang sepenuhnya mengadopsi sistem pembelajaran agama murni dan tidak bercampur dengan sistem pendidikan umum/formal. Mereka secara khusus mempelajari ilmu agama, seperti mengajarkan kitab-kitab klasik/kitab kuning mengenai fikih, Al-Qur’an, tafsir, hadis, akhlak/adab, tarikh, dll serta ilmu alat (bahasa dan tata bahasa Arab). 


Mereka mempelajari kitab dengan metode sorogan, wetonan, hafalan, dan muzakarah. Polanya masih terpusat pada kiai dan takzim pada keluarga kiai (ndalem) serta para ustaz seniornya. Kitab-kitab yang dipelajari kebanyakan masih bertulisan Arab, baik berbahasa Arab maupun pegon (Arab Jawa). Lulusan pesantren salaf disiapkan untuk menguasai ilmu agama Islam secara mendalam dan mampu menguasai ilmu dan kitab yang sebagian besar berbahasa Arab.


Adapun pesantren modern (campuran) adalah pesantren yang memadukan ilmu agama dengan sistem pendidikan formal, seperti SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.  


Bunda, bisa kasih rekomendasi laptop yang bagus dan harganya terjangkau?” tanya salah satu Moms yang sering lihat story-ku di Instagram atau di Whatsapp. Rupanya dia tengah butuh laptop untuk salah satu keluarganya.


Laptop ASUS AI asisten terbaik dengan Copilot+ PC, yaitu performa 45+ TOPS NPU. (Dok. ASUS Indonesia)

Tanpa ragu aku langsung menjawab, 

Laptop ASUS AI, Moms! Teknologinya terkini, stylish, dan punya beragam jenis sesuai kebutuhan. Apalagi sekarang laptop AI ASUS punya performa 45+ TOPS NPU yang sudah melampaui standar minimum Copilot+ PC. Pilihan numero uno lah.


Mungkin ia merasa nyaman bertanya kepadaku sebagai sesama perempuan. Bisa juga merasa percaya bahwa produk yang aku perkenalkan selalu terbukti berkualitas tinggi. Atau, mungkin ia ingin mendapat informasi produk lebih lengkap setelah melihat keseruanku tiap kali ikut acara launching laptop ASUS sehingga tanpa ragu bertanya detail produk itu kepadaku.


Belakangan aku juga dapat kabar, salah satu teman yang memiliki perusahaan di bidang jasa telah membeli banyak unit laptop ASUS untuk kebutuhan kantor. Aku merasa ikut bangga. Laptop ASUS telah dipercaya dan terbukti menjadi andalannya. 



Nggak heran sih. ASUS merupakan perusahaan multinasional sekaligus produsen motherboard, PC, monitor, kartu grafis, dan router terbaik di dunia. Sebagai bukti dari komitmen terhadap inovasi, desain, dan kualitas, ASUS telah memenangkan lebih dari 72.192 penghargaan dari organisasi teknologi terpandang dan media IT dari seluruh dunia sejak tahun 2001 lalu. 


Bahkan, di tahun 2025, ASUS kembali mengukuhkan diri sebagai pemimpin pasar laptop di Indonesia. Nggak tanggung-tanggung, penguasaan pasar laptop ASUS lebih dari 30% yang menandakan ASUS telah menjadi pemimpin pasar laptop consumer di Indonesia selama lebih dari satu dekade berturut-turut.  

 

Salah satu keseruan acara ASUS Blogger Gathering Surabaya 2025 di Hotel Double Tree Surabaya. (Foto: ASUS Indonesia)

Nah, hari Rabu tanggal 17 September 2025 kemarin, aku mendapat kesempatan untuk menghadiri acara ASUS Blogger Gathering di Surabaya. Dalam acara ini, ASUS kembali menghadirkan rangkaian produk inovasinya yang dirilis sepanjang tahun 2025 ini di Jawa Timur. Tak hanya dari lini laptop AI consumer, rangkaian teknologi terbaru yang dibawa ASUS Indonesia juga mencakup laptop gaming terbaik, PC desktop all-in-one, handheld gaming PC hingga aksesoris pendukung.


Solusi Laptop AI Paling Lengkap


Di acara gathering ini, ASUS kembali menunjukkan kepemimpinannya di pasar laptop AI dengan menghadirkan jajaran laptop AI terbaik. Tak hanya menghadirkannya dengan lengkap dan komprehensif, laptop AI terbaik ASUS juga telah melampaui standar minimum (40+) Copilot+ PC dengan kecepatan Neural Processing Unit (NPU) 45+ TOPS (Tera Operation Per Second).  



Solusi Laptop AI Terlengkap dan Tercanggih dari ASUS

 

ASUS kembali membuktikan kepemimpinannya di dunia laptop berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan menghadirkan lini produk yang tidak hanya lengkap, tetapi juga melampaui standar Copilot+ PC. Setiap perangkat AI dari ASUS dibekali Neural Processing Unit (NPU) dengan performa lebih dari 45 TOPS (Tera Operation Per Second), menjanjikan pemrosesan AI yang lebih cepat, responsif, dan hemat daya.

 

Didukung oleh beragam platform terdepan seperti Intel® Core™ Ultra Series, AMD Ryzen™ AI Series, dan Qualcomm Snapdragon® X Series, ASUS memberikan kebebasan bagi pengguna untuk memilih perangkat sesuai preferensi dan ekosistem mereka.

 

AI untuk Semua Kalangan, Kebutuhan, dan Gaya Hidup


Para petinggi ASUS Indonesia bersama deretan laptop andal ASUS (Foto: ASUS Indonesia)


Banyak pengguna, termasuk aku yang mengutamakan tampilan laptop yang stylish, portabilitas, dan efisiensi energi. Berdasarkan hal ini, ASUS Vivobook S14 (S3407QA & S3407CA) sangat cocok menjadi pilihan karena laptop ini hadir dengan desain ringkas, bobot hanya 1,35 kg, dan ketebalan 1,5 cm serta ditenagai baterai 70WHrs yang mampu membuat perangkat ini mampu bertahan hingga lebih dari 16 jam. Laptop ini bisa menemani kita, baik untuk bekerja, bermain maupun mendapat hiburan di mana pun tanpa repot.

 

Bagi pengguna yang membutuhkan keseimbangan antara performa AI dan kemampuan grafis, ASUS menawarkan Vivobook S14 M3407HA. Laptop ini cocok untuk pelajar maupun profesional muda yang mencari perangkat andal untuk multitasking. Anakku yang kini duduk di sekolah menengah dan menyukai desain grafis tampaknya akan membutuhkan laptop semacam ini.

Laptop super tipis dan super ringan yang gak bikin pegal di tangan dan di punggung saat masuk ransel. (Foto: ASUS Indonesia)
 

Jangan khawatir, ASUS juga menghadirkan pilihan untuk segmen pemula melalui Vivobook 14 (A1407CA, A1407QA, M1407KA) yang menawarkan fitur unggulan dengan harga lebih terjangkau—membuka akses teknologi AI bagi lebih banyak kalangan. Laptop inilah yang aku rekomendasikan pada teman yang kemarin meminta saranku saat memilih laptop yang dibutuhkannya. Aku yakin dia akan menyetujui setelah menyaksikan performa dan tampilan laptop ini.

 

Sementara itu, bagi kalangan pencinta perangkat premium, Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menjadi simbol puncak inovasi. Laptop idaman ini menggabungkan desain ultra-tipis dan ringan, baterai tahan lama, layar OLED berkualitas tinggi, serta penggunaan material inovatif Ceraluminum yang menjadikannya pilihan ideal untuk pengguna profesional dan kreator konten.


Apalagi ASUS AI telah dilengkapi lagi dengan privacy protection, storage dan memorinya yang ditambah, hingga 1 TB, melewati uji ketahanan Military Grade Durability, dan kualitas gambar dan suara yang gahar. Benar-benar serasa punya asisten yang andal dan tepercaya deh. Salah satu teman blogger bahkan mengatakan bahwa punya laptop ASUS AI serasa seperti punya teman curhat, hahaha.


Laptop-laptop ini sudah sempat aku coba kinerjanya di acara Blogger Gathering Surabaya. Laptop ASUS AI yang luar biasa ini tentu saja menerbitkan decak kekaguman. ASUS sekali lagi membuktikan dominasinya di dunia laptop AI. Ini berarti laptop-laptop tersebut tidak hanya cepat, tapi juga super efisien saat menjalankan fitur-fitur AI. 


ASUS memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk memilih, dengan opsi prosesor dari Intel, AMD, dan Qualcomm. Entah Anda seorang pelajar yang butuh laptop andal (seperti Vivobook S14 M3407HA), pekerja yang mementingkan gaya dan baterai tahan lama (Vivobook S14 S3407QA/CA), atau bahkan mencari laptop AI bagi pemula yang harganya terjangkau (seri Vivobook 14), ASUS punya semua jawabannya. Bahkan untuk para pencari laptop premium, Zenbook S14 OLED hadir dengan perpaduan desain tipis, performa AI, dan layar menakjubkan. 


Singkatnya, ASUS ingin memastikan bahwa setiap orang bisa merasakan kecanggihan AI dalam kehidupan sehari-harinya.


Laptop ASUS AI adalah solusi laptop terbaik semua kalangan. (Foto: ASUS Indonesia)

Dengan rangkaian produk yang luas, ASUS memastikan setiap segmen pengguna—mulai dari pelajar, kreator, pebisnis, hingga power user—bisa merasakan langsung manfaat teknologi AI dalam aktivitas sehari-hari. Berkat performa NPU 45+ TOPS, fitur-fitur seperti Copilot+, pemrosesan bahasa alami, dan optimalisasi performa real-time dapat berjalan mulus tanpa mengorbankan daya tahan baterai.

 

ASUS tidak hanya menjual perangkat, tetapi membangun ekosistem AI (Artificial Intelligence) yang komprehensif untuk mendukung cara kerja, cara berkreasi, dan gaya hidup modern yang semakin dinamis.

 

Ekosistem Gaming Paling Lengkap dan Inovatif

 

Sejak 2015, ASUS ROG telah dikenal sebagai brand laptop gaming paling dominan di Indonesia, dengan reputasi yang dibangun atas dasar performa tanpa kompromi, desain futuristik, dan teknologi terkini. Berdasarkan data internal, lebih dari 50% aktivasi laptop gaming ASUS ROG di Indonesia berasal dari seri NVIDIA® GeForce RTX™ 50, yang menunjukkan antusiasme tinggi pengguna terhadap inovasi ROG.


Laptop ASUS gaming adalah laptop nomor satu pilihan para gamer di Indonesia. (Foto: Pribadi)

Untuk menjangkau lebih banyak gamer, ASUS juga menghadirkan TUF Gaming dan ASUS Gaming Series sebagai solusi lengkap, mulai dari gamer kasual hingga eSports enthusiast.

 

Berikut beberapa perangkat unggulan di lini gaming ASUS tahun ini:

  • TUF Gaming F16, sangat cocok bagi gamer yang menginginkan laptop tangguh dengan standar militer, kini hadir lebih ramping dengan ketebalan hanya 17,9 mm.
  • ROG Zephyrus G14 & G16, menawarkan kombinasi ideal antara portabilitas dan performa, sangat cocok untuk kreator konten yang juga gamer.
  • ROG Strix SCAR 16/18 & Strix G16/G18, dirancang khusus untuk profesional eSports, perangkat ini dibekali refresh rate tinggi dan sistem pendinginan canggih untuk sesi kompetitif tanpa kompromi.
  • ROG Flow Z13, inovasi unik berupa laptop yang bisa berfungsi sebagai tablet gaming, berat hanya 1,2 kg, dan mendukung VRAM hingga 48GB berkat sistem unified quad-channel RAM—layak disebut tablet gaming paling bertenaga di dunia.
  • ROG Ally X, konsol handheld berbasis Windows yang memberikan pengalaman gaming premium di mana saja. Ringkas, kuat, dan praktis.

 

Dengan portofolio mulai dari entry-level hingga premium, ASUS memperkuat posisinya sebagai pemimpin ekosistem gaming terbesar di Indonesia, mendukung gamer dari berbagai level dan kebutuhan.

 

Layanan Purna Jual dan Aksesori Lengkap Manjakan Pelanggan

 



Apa sih yang bikin kita loyal pada suatu brand? Pertanyaan ini sering terlontar pada saat aku berdiskusi dengan teman. Salah satu jawaban mereka adalah garansi purna jual yang menenangkan buat pelanggannya. Nah, hal terbaru dari ASUS ini pasti membuat mereka terperangah. Kini ASUS menetapkan standar baru dalam layanan purna jual, khususnya untuk lini laptop premium, seperti Zenbook, Vivobook S, Vivobook Flip, dan ProArt. ASUS memberikan garansi internasional hingga 3 tahun memberikan rasa aman bagi pengguna yang sering bepergian atau tinggal di luar negeri.

 

Garansi dari ASUS bikin pelanggan merasa tenang dan susah berpaling. (Foto: ASUS Indonesia)

Bahkan lebih dari itu, ASUS juga menyediakan ASUS VIP Perfect Warranty, perlindungan ekstra yang berlaku selama tahun pertama garansi. Layanan ini bahkan menanggung kerusakan akibat kesalahan pengguna, seperti tumpahan cairan atau benturan, dan tersedia di 114 negara.


Garansi dari ASUS membuat pelanggan makin loyal. (Foto: Pribadi)
 

Gak cuma itu, gabungan antara garansi global selama 3 tahun dan proteksi ekstra di tahun pertama, menunjukkan komitmen ASUS dalam memberikan layanan terbaik bagi penggunanya. Bukan hanya perlindungan, tetapi juga jaminan kinerja optimal sepanjang masa pakai perangkat. Kita juga bisa menemukan berbagai aksesori pendukung dari ASUS yang tentu berkualitas premium dan stylish, seperti mousekeyboard hingga tas atau ransel.

 

Kualitas produk yang unggul, komitmen pada inovasi, serta dukungan pelanggan yang menyeluruh menjadikan ASUS sebagai brand yang dipercaya dan dicintai. Tidak heran jika banyak pengguna setia memilih ASUS, karena mereka mendapatkan lebih dari sekadar perangkat teknologi—mereka mendapatkan sahabat yang mengerti kebutuhannya dalam produktivitas dan kreativitas. 

 

Jadi berdasarkan hasil mengamati dan mencoba di acara garhering itu, kalo buat aku sih laptop ASUS AI memang pilihan terbaik dan laptop ASUS gaming adalah pilihan terjangkau.  Apalagi dengan garansi terbaru, punya laptop ASUS bikin hati tenang. Setuju?


Setiap aktivitas manusia sehari-hari sangat bergantung pada keberadaan air. Kamu menggunakannya untuk minum, memasak, mandi, mencuci pakaian, hingga menyiram tanaman. Sayang sekali, banyak sumber air yang kualitasnya masih kurang memenuhi standar. Salah satu sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah air sumur, tetapi air sumur sering kali memiliki masalah seperti bau tidak sedap, warna keruh, dan kandungan kotoran berlebih. Untuk itu, diperlukan penyaring air yang tepat agar air sumur menjadi bersih dan layak digunakan.


Mengapa Penyaring Air Penting untuk Air Sumur?




Sumur menjadi pilihan utama bagi masyarakat di daerah yang belum terjangkau oleh layanan PDAM. Namun, air dari sumur seringkali mengandung zat besi, mangan, lumpur, dan berbagai bakteri yang dapat menyebabkan bau, rasa tidak enak, hingga gangguan kesehatan. Dalam jangka panjang, penggunaan air yang tidak bersih bisa menimbulkan kerusakan pada peralatan rumah tangga serta kulit dan kesehatan tubuh. Karena itulah, menggunakan penyaring air menjadi sangat penting.


Dengan adanya penyaring air, berbagai kotoran dan partikel berbahaya bisa disaring sebelum air digunakan. Kamu tidak hanya mendapatkan air yang lebih bersih, tetapi juga bisa menghemat biaya karena tidak perlu membeli air kemasan atau mengalami kerusakan alat akibat air yang buruk kualitasnya.


Jenis-Jenis Penyaring Air

Ada berbagai jenis penyaring air yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, khususnya untuk menyaring air sumur. Berikut beberapa di antaranya:

1.      Penyaring Air Sederhana

Biasanya terbuat dari pasir, kerikil, dan arang aktif. Alat ini bekerja efektif dalam menyaring kotoran besar seperti pasir maupun endapan lumpur. Meski cukup efektif dalam menyaring kotoran fisik, penyaring ini kurang maksimal untuk menghilangkan bau dan zat kimia.

2.      Penyaring Air Berbasis Karbon Aktif

Karbon aktif sangat baik untuk menghilangkan bau dan rasa pada air. Jika kamu sering mendapati air sumur yang berbau besi atau amis, penyaring karbon aktif bisa menjadi pilihan yang bagus.

3.      Penyaring Air RO (Reverse Osmosis)

Teknologi RO mampu menyaring air secara maksimal hingga ke tingkat molekul. Berbagai kandungan berbahaya, termasuk logam berat dan bakteri, bisa tereliminasi secara efektif. Namun, sistem ini tergolong mahal dan butuh perawatan khusus.

4.      Penyaring Air Nanotec

Dalam dunia filtrasi air, teknologi Nanotec menjadi salah satu pembaruan terkini. Produk-produk penyaring air dari Nanotec terkenal mampu menyaring berbagai kotoran mikro maupun zat kimia berbahaya. Bahkan, air sumur yang semula kotor dan berbau bisa diubah menjadi air yang jernih, bersih, dan bebas bau hanya dengan sekali proses filtrasi.


Kelebihan Menggunakan Penyaring Air Nanotec

Teknologi penyaring air dari Nanotec telah digunakan oleh banyak rumah tangga di Indonesia. Berikut beberapa kelebihannya:

1.      Mampu Menyaring Air Kotor Secara Maksimal

Dengan media filtrasi canggih, penyaring air Nanotec mampu menyaring pasir, lumpur, karat, serta mikroorganisme berbahaya dalam air sumur.

2.      Bebas Bau dan Lebih Bersih

Air yang awalnya berbau besi atau amis bisa berubah menjadi bebas bau. Ini membuat air sumur lebih nyaman digunakan untuk mandi, mencuci, bahkan memasak.

3.      Hemat Biaya dan Tahan Lama

Penggunaan produk Nanotec terbukti hemat dalam jangka panjang karena mampu bekerja efektif tanpa perlu sering diganti. Selain itu, kamu tidak perlu membeli air isi ulang atau memasang sistem mahal seperti RO jika sudah menggunakan filter dari Nanotec.

4.      Mudah Dipasang dan Dirawat

Desain penyaring air Nanotec dibuat praktis untuk kebutuhan rumah tangga. Proses pemasangan dan penggantian filter tidak membutuhkan keahlian khusus.


Ciri-Ciri Air Sumur yang Perlu Disaring

Tidak semua air sumur secara kasat mata tampak kotor. Namun, ada beberapa ciri yang menunjukkan bahwa air tersebut perlu disaring segera:

1.      Berbau Aneh

Bau seperti bau besi, amis, atau bahkan seperti bau telur busuk menunjukkan adanya kandungan zat besi atau sulfur dalam jumlah tinggi.

2.      Bercampur Lumpur atau Endapan

Jika setelah mengendap, air terlihat keruh dan meninggalkan bekas lumpur, maka itu pertanda adanya kotoran fisik yang perlu disaring.

3.      Meninggalkan Noda pada Peralatan

Air sumur yang tidak disaring bisa meninggalkan noda cokelat pada pakaian, lantai kamar mandi, atau wastafel karena kandungan zat besi.

4.      Mengiritasi Kulit atau Rambut

Kandungan zat berbahaya dalam air sumur bisa menyebabkan kulit gatal, rambut rontok, atau iritasi saat mandi.


Dampak Negatif Air Kotor bagi Kesehatan dan Rumah Tangga

Menggunakan air kotor secara terus-menerus bisa memberikan dampak buruk, baik terhadap tubuh maupun lingkungan rumah tangga. Beberapa di antaranya:

1.      Masalah Kesehatan Kulit

Air sumur yang tercemar bisa menyebabkan penyakit kulit, seperti gatal, ruam, bahkan infeksi jamur.

2.      Gangguan Pencernaan

Menggunakan air sumur yang kotor untuk memasak atau minum tanpa proses pemasakan yang tepat dapat menyebabkan infeksi bakteri seperti E. coli, yang berujung pada diare.

3.      Kerusakan Alat Rumah Tangga

Peralatan rumah tangga seperti pemanas air, mesin cuci, dan saluran pipa rentan rusak akibat endapan zat besi dan kerak.

4.      Mengurangi Kenyamanan Rumah

Air yang berbau dan keruh bisa membuat aktivitas harian menjadi tidak nyaman. Bayangkan harus mandi dengan air yang kotor dan berbau itu pasti tidak menyenangkan, bukan?


Tips Memilih Penyaring Air Terbaik



Agar kamu mendapatkan hasil maksimal dari penyaring air, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih produk:

1.      Kenali Masalah Air Sumur di Rumahmu

Apakah air keruh, berbau, atau meninggalkan noda? Dengan mengenali masalahnya, kamu bisa memilih jenis filter yang sesuai.

2.      Pilih Produk yang Teruji

Gunakan produk dari merek terpercaya seperti Nanotec yang sudah banyak digunakan masyarakat dan terbukti efektif.

3.      Sesuaikan dengan Kebutuhan dan Anggaran

Tidak semua rumah membutuhkan sistem penyaringan kompleks. Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhanmu agar lebih hemat.

4.      Perhatikan Perawatan dan Ketersediaan Filter Pengganti

Pilih penyaring air yang mudah dirawat dan memiliki suku cadang yang mudah ditemukan.


Kesimpulan

Kualitas air sumur yang kerap mengandung kotoran, bau, dan zat berbahaya menjadi alasan utama mengapa penyaring air sangat dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga. Penggunaan penyaring air yang tepat, seperti produk dari Nanotec, dapat secara efektif mengubah air sumur yang kotor menjadi air yang bersih, jernih, dan bebas bau. Selain meningkatkan kenyamanan, penyaring air juga melindungi kesehatan keluarga serta memperpanjang usia peralatan rumah tangga.


Dengan memahami ciri-ciri air sumur yang perlu disaring dan memilih sistem penyaringan yang sesuai, kamu bisa memastikan bahwa air yang digunakan setiap hari aman dan layak pakai. Investasi pada penyaring air bukan hanya soal kebersihan, tapi juga bentuk perlindungan jangka panjang untuk rumah dan keluarga. Jadi, jangan ragu untuk memasang filter air dari Nanotec untuk menjaga kesehatan keluarga.